7 Penyebab Sindrom Kelelahan Kronis, dari Long COVID hingga Genetik

Bisa ganggu aktivitas sehari-hari

Sindrom kelelahan kronis atau yang juga dikenal sebagai myalgic encephalomyelitis (ME) adalah gangguan yang ditandai dengan kelelahan ekstrem yang berlangsung setidaknya selama enam bulan. Kelelahan juga memburuk seiring peningkatan aktivitas fisik atau mental.

Gejala sindrom kelelahan kronis lainnya, termasuk:

  • Tidur yang tidak menyegarkan.
  • Memiliki masalah memori, fokus, dan konsentrasi.
  • Pusing.

Penyebab sindrom kelelahan kronis tidak sepenuhnya diketahui. Namun, beberapa ahli percaya bahwa kondisi ini mungkin dipicu oleh kombinasi beberapa faktor. Berikut adalah beberapa hal yang mungkin menyebabkan sindrom kelelahan kronis.

1. Infeksi virus

7 Penyebab Sindrom Kelelahan Kronis, dari Long COVID hingga Genetikilustrasi perempuan sakit karena infeksi virus (freepik.com/benzoix)

Beberapa orang mengembangkan sindrom kelelahan kronis setelah mengalami flu. Hal ini membuat peneliti menduga infeksi virus menjadi salah satu pemicunya, dikutip dari laman Mayo Clinic.

Selain itu, sekitar satu dari sepuluh orang yang terinfeksi virus Epstein-Barr, virus Ross River, atau bakteri Coxiella burnetti kemudian mengembangkan serangkaian gejala sindrom kelelahan kronis. Namun, tidak semua orang dengan sindrom kelelahan kronis mengalami infeksi ini.

Infeksi lain yang telah diteliti memiliki hubungan dengan sindrom kelelahan kronis adalah human herpesvirus, enterovirus, rubella, Candida albicans, bornavirus, mikoplasma, dan human immunodeficiency virus (HIV). Namun, infeksi ini belum ditemukan menyebabkan sindrom kelelahan kronis.

2. Masalah sistem kekebalan tubuh

7 Penyebab Sindrom Kelelahan Kronis, dari Long COVID hingga Genetikilustrasi daya tahan tubuh (pixabay.com/Bru-nO)

Orang dengan sindrom kelelahan kronis tampaknya memiliki sistem kekebalan yang sedikit terganggu. Ini dimungkinkan karena perubahan sistem kekebalan tubuh dan cara merespons infeksi atau stres dapat memicu sindrom kelelahan kronis. 

Diterangkan dalam laman Centers for Disease Control and Prevention (CDC), sistem kekebalan mungkin berkontribusi terhadap sindrom kelelahan kronis dengan cara berikut:

  • Produksi kronis sitokin: Sitokin ialah protein yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh dan mengatur perilaku sel lain. Tingginya tingkat sitokin untuk waktu lama dapat menyebabkan perubahan kemampuan tubuh dalam merespons stres yang kemudian memicu perkembangan berbagai kondisi kesehatan, termasuk sindrom kelelahan kronis.
  • Sel pembunuh alami yang berfungsi rendah: Sel ini berfungsi membantu tubuh melawan infeksi. Semakin buruk fungsi sel pembunuh alami pada pasien sindrom kelelahan kronis, makin buruk tingkat keparahan penyakitnya.
  • Perbedaan penanda aktivasi sel T: Sel T adalah sel dari sistem imunitas yang membantu mengaktifkan dan menekan respons imun terhadap infeksi. Jika mereka menjadi terlalu aktif atau tidak cukup aktif, respons imun tidak bekerja sebagaimana mestinya.

3. Stres

7 Penyebab Sindrom Kelelahan Kronis, dari Long COVID hingga Genetikilustrasi orang sedang stres (pexels.com/Liza Summer)

Stres fisik atau emosional berpengaruh terhadap sumbu hipotalamus-hipofisis-adrenal (sumbu HPA). Sumbu HPA ialah jaringan yang mengontrol reaksi tubuh terhadap stres. Ini juga mengatur berbagai proses tubuh, seperti respons imun, pencernaan, penggunaan energi, dan suasana hati. 

Masalah dalam hal ini dapat menyebabkan peningkatan peradangan dan aktivasi kronis dari sistem kekebalan tubuh. Pasien dengan sindrom kelelahan kronis sering melaporkan stres fisik atau emosional sebelum mereka jatuh sakit. Beberapa pasien juga memiliki kadar kortisol yang lebih rendah daripada orang sehat. Kostisol sendiri adalah hormon yang berkaitan dengan stres dan peradangan

Baca Juga: 5 Alasan Seseorang Merasa Kelelahan Sepanjang Waktu, Pernah Mengalami?

4. Long COVID

7 Penyebab Sindrom Kelelahan Kronis, dari Long COVID hingga Genetikilustrasi virus COVID-19 (unsplash.com/CDC)

Sejumlah orang yang terinfeksi virus COVID-19 masih mengalami gejala berminggu-minggu atau berbulan-bulan kemudian setelah mereka dinyatakan sembuh. Kumpulan gejala yang muncul setelah seseorang dinyatakan sembuh dari COVID-19 ini disebut long COVID.

Beberapa gejala dari long COVID meliputi kelelahan ekstrem, kesulitan berkonsentrasi, pusing, dan masalah tidur, dikutip dari laman MedlinePlus. Karena gejala ini mirip dengan sindrom kelelahan kronis, para peneliti meyakini terdapat hubungan antara kedua kondisi tersebut.

5. Gangguan produksi energi

7 Penyebab Sindrom Kelelahan Kronis, dari Long COVID hingga Genetikilustrasi kelelahan (pexels.com/cottonbro)

Terdapat perbedaan cara sel-sel di dalam tubuh mendapatkan energi pada orang dengan sindrom kelelahan kronis dibandingkan dengan orang tanpa kondisi tersebut. Diterangkan dalam laman Health Rising, ini kemungkinan berkaitan dengan disfungsi mitokondria dan penurunan produksi ATP.

Pada intinya, rendahnya produksi ATP mungkin memicu penyakit yang melelahkan. Meskipun begitu, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengonfirmasi hal ini.

6. Ketidakseimbangan hormon

7 Penyebab Sindrom Kelelahan Kronis, dari Long COVID hingga Genetikilustrasi perempuan mengalami ketidakseimbangan hormon (freepik.com/karlyukav)

Hormon merupakan pembawa pesan kimiawi dalam tubuh yang bertugas mengatur suasana hati, pertumbuhan, tingkat energi, dan fungsi inti lainnya. Mempertahankan hormon dalam keadaan keseimbangan akan membuat tubuh berfungsi dengan baik, menurut laman Austin Woman Magazine.

Terkadang, hormon menjadi tidak seimbang karena berbagai hal. Saat ini terjadi, suasana hati, pertumbuhan fisik, dan tingkat energi akan mengalami perubahan secara dramatis. Salah satu masalah yang dapat terjadi akibat ketidakseimbangan hormon adalah kelelahan kronis.

7. Genetik

7 Penyebab Sindrom Kelelahan Kronis, dari Long COVID hingga Genetikilustrasi keluarga (pixabay.com/chillla70)

Gen dan lingkungan mungkin berperan dalam sindrom kelelahan kronis. Jadi, jika ada satu orang yang memiliki sindrom kelelahan kronis, ada kemungkinan anggota lain dalam keluarga juga mengalami hal yan sama. Sayangnya, para ilmuwan belum menemukan gen yang tepat atau faktor lain dari lingkungan yang mungkin bertanggung jawab.

Namun, mewarisi kecenderungan genetik tidak berarti kamu pasti akan mengembangkan sindrom kelelahan kronis di kemudian hari. Menurut sebuah penelitian yang dimuat dalam jurnal Epigenomics tahun 2017, genetika hanya mewarisi sekitar 10 persen dari keseluruhan penyebab sindrom kelelahan kronis.

Itulah tadi beberapa kemungkinan penyebab sindrom kelelahan kronis. Jika kamu sering mengalami kelelahan tanpa alasan yang jelas, atau jika kelelahan ini tidak membaik dengan istirahat, ada baiknya kamu memeriksakan diri ke dokter.

Baca Juga: Mengenal Farmakogenomik, Pemeriksaan Genetik Biar Nggak Salah Konsumsi Obat

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya