Banyak Dilakukan, Ini 5 Bahaya Self-Diagnosis yang Perlu Diwaspadai

Tetap perlu bantuan profesional, ya

Saat ini, berbagai informasi dapat dengan mudah ditemukan di internet, TV, maupun buku. Salah satu informasi yang banyak dicari oleh orang adalah informasi kesehatan. Namun, alih-alih menambah pengetahuan soal kesehatan, banyak orang yang menggunakan informasi yang beredar luas untuk melakukan self-diagnosis.

Meskipun kelihatannya sepele, self-diagnosis bisa saja berbahaya karena kita hanya menggunakan asumsi mandiri untuk mengidentifikasi kondisi kesehatan diri sendiri. Asumsi tersebut mungkin bisa saja salah. Lantas, apa saja risiko yang mungkin terjadi akibat self-diagnosis? Simak penjelasannya berikut ini yang dirangkum dari laman Mental Help dan Rasmussen College.

1. Salah diagnosis

Banyak Dilakukan, Ini 5 Bahaya Self-Diagnosis yang Perlu Diwaspadaipexels.com/Andrea Piacquadio

Risiko pertama dari melakukan self-diagnosis adalah bahwa individu mungkin melewatkan sesuatu yang halus, tetapi penting tentang masalah mereka. Ini akan menyebabkan mereka salah mendiagnosis diri sendiri dan mungkin menambah masalah.

Misalnya, berdasarkan self-diagnosis, seseorang mungkin mengira dirinya memiliki masalah kecemasan, padahal sebenarnya ia mengidap aritmia jantung yang memiliki gejala hampir mirip. Akhirnya, orang tersebut tidak mencari pengobatan yang serius karena mengira bahwa dirinya tidak mengalami masalah kesehatan yang rumit.

2. Risiko perawatan yang salah

Banyak Dilakukan, Ini 5 Bahaya Self-Diagnosis yang Perlu Diwaspadaipexels.com/Polina Tankilevitch

Risiko lain yang mungkin dialami akibat kebiasaan self-diagnosis adalah orang tersebut akhirnya memperlakukan diri sendiri dengan metode yang tidak efisien, salah, bahkan menyebabkan kerugian. Risiko ini meningkat ketika orang tersebut melakukan perawatan kesehatan yang berbahaya.

Sebagai contoh, seseorang mungkin mencoba mengatasi masalah dengan menggunakan pil yang diresepkan untuk orang lain atau nekat membeli obat-obatan secara ilegal karena yakin obat tersebut mampu mengatasi masalahnya. Alih-alih mengatasi masalah, cara ini justru bisa menempatkan individu pada risiko besar akibat salah pengobatan.

Baca Juga: Penting bagi Kesehatan, 5 Cara Alami Meningkatkan Kolesterol Baik

3. Kepanikan yang tidak beralasan

Banyak Dilakukan, Ini 5 Bahaya Self-Diagnosis yang Perlu Diwaspadaipexels.com/Andrea Piacquadio

Kadang-kadang, masalah kesehatan yang ringan dan rumit bisa memiliki gejala yang sama. Ketika seseorang mencari tahu tentang gejala yang dialami lewat internet dan menemukan skenario terburuk, hal ini dapat menyebabkan histeria.

Ini adalah naluri manusia untuk khawatir tentang kemungkinan terburuk. Akan tetapi, stres yang disebabkan oleh asumsi sebelum menemui dokter bisa lebih merugikan bagi kesehatan.

4. Informasi yang tidak dapat diandalkan

Banyak Dilakukan, Ini 5 Bahaya Self-Diagnosis yang Perlu DiwaspadaiUnsplash.com/Andrew Neel

Siapa pun dapat menulis apa saja tentang topik apa pun, terutama dengan media sosial. Di internet, banyak orang memberikan saran berdasarkan pengalaman pribadi tanpa adanya dasar ilmu pengetahuan yang jelas. Padahal, setiap orang memiliki riwayat keluarga yang berbeda, faktor risiko yang berbeda, dan riwayat sosial yang berbeda. Semuanya berkontribusi pada proses pengambilan keputusan yang dilalui dokter saat memutuskan diagnosis yang tepat.

Selain itu, sering kali informasi di internet terlalu umum sehingga kamu tidak bisa mengambil kesimpulan dengan pasti. Lain halnya jika kamu langsung menemui dokter yang memiliki pengalaman medis terlatih. Pengetahuan pribadi yang dimiliki dokter tentang kamu dan riwayat kesehatanmu tidak dapat digantikan oleh situs web.

5. Sikap abai yang tidak berdasar

Banyak Dilakukan, Ini 5 Bahaya Self-Diagnosis yang Perlu Diwaspadaiunsplash.com/Jud Mackrill

Sementara beberapa orang secara otomatis berasumsi yang terburuk tentang gejala yang dialami, beberapa orang lainnya akan melakukan apa saja untuk menganggap gejala yang dialami sebagai sesuatu yang normal dan menghindari pergi ke dokter. Sama seperti kamu dapat menemukan di internet bahwa sakit kepala kronis dan batuk adalah indikasi penyakit mematikan yang langka, di saat yang sama, kamu juga dapat menemukan informasi yang menunjukkan bahwa itu hanyalah gejala penyakit biasa.

Akhirnya, kamu akan menunggu hingga beberapa waktu untuk mengetahui apakah gejala makin parah. Pada intinya, sulit untuk menghindari bias pribadi tentang kesehatan saat kamu berupaya untuk mendiagnosis diri sendiri menggunakan internet.

Memang, di era internet ini, kebanyakan orang pasti akan langsung mencari informasi di internet saat mengalami gejala tertentu. Hal ini sah-sah saja asalkan kamu tidak menganggap internet sebagai pengganti praktisi kesehatan. Yang terbaik adalah segera mengunjungi ahlinya begitu kamu merasakan gejala tertentu.

Baca Juga: Waspada, 5 Masalah Kesehatan Ini Rentan Menyerang Karyawan Shift

Eka Ami Photo Verified Writer Eka Ami

https://mycollection.shop/allaboutshopee0101

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Yudha

Berita Terkini Lainnya