5 Fakta Sindrom Munchausen, Pura-pura Sakit untuk Mencari Perhatian

Perilaku ini butuh perawatan khusus

Pernahkah kamu bertemu dengan seseorang yang terus-menerus berpura-pura sakit demi mencari perhatian? Jika iya, bisa jadi orang tersebut sedang mengidap sindrom Munchausen.

Sindrom Munchausen adalah gangguan mental yang membuat seseorang secara rutin bertindak seolah-olah mereka memiliki masalah kesehatan fisik atau mental. Individu dengan kondisi ini dengan sengaja akan membuat, mengeluhkan, atau membesar-besarkan gejala suatu penyakit yang sebenarnya tidak ada.

Selain berpura-pura sakit, ternyata ada beberapa fakta menarik lainnya seputar sindrom Munchausen. Mari, kita bahas satu per satu.

1. Penderita sering menirukan gejala penyakit tertentu

5 Fakta Sindrom Munchausen, Pura-pura Sakit untuk Mencari Perhatianpexels.com/Andrea Piacquadio

Gejala dari sindrom Munchausen biasanya melibatkan peniruan penyakit atau cedera yang berlebihan untuk menipu orang lain. Orang dengan gangguan ini berusaha keras untuk menyembunyikan tipuan mereka, sehingga sulit untuk menyadari bahwa gejala mereka sebenarnya adalah bagian dari gangguan kesehatan mental yang serius. Bahkan, penderita sindrom Munchausen tetap melanjutkan tipuan meskipun tanpa menerima keuntungan apa pun.

Melansir Mayo Clinic, tanda dari sindrom Munchausen meliputi:

  • Masalah medis yang meyakinkan
  • Pengetahuan yang luas tentang istilah medis dan penyakit
  • Gejala yang tidak konsisten
  • Kondisi yang semakin parah tanpa alasan yang jelas
  • Tidak merespons terapi standar sebagaimana mestinya

2. Penyebab sindrom Munchausen tidak diketahui secara pasti

5 Fakta Sindrom Munchausen, Pura-pura Sakit untuk Mencari Perhatianpexels.com/Andrea Piacquadio

Hingga saat ini, penyebab pasti sindrom Munchausen tidak diketahui. Akan tetapi, melansir WebMD, para peneliti percaya akan adanya peran faktor biologis dan psikologis dalam perkembangannya.

Riwayat pelecehan atau penelantaran di usia muda atau penyakit yang memerlukan rawat inap mungkin menjadi faktor dalam perkembangan sindrom ini. Juga, kemungkinan adanya kaitan dengan gangguan kepribadian pada orang dengan sindrom Munchausen.

Baca Juga: 5 Fakta Sindrom Tourette, Penyakit yang Diderita oleh Billie Eilish 

3. Sindrom Munchausen juga dikaitkan dengan gangguan kepribadian

5 Fakta Sindrom Munchausen, Pura-pura Sakit untuk Mencari Perhatianpexels.com/Andrea Piacquadio

Memungkinkan terdapat hubungan antara sindrom Munchausen dengan gangguan kepribadian. Ini karena gangguan kepribadian umum terjadi pada orang dengan sindrom Munchausen, menurut studi yang dilaporkan di jurnal Einstein.

Gangguan tersebut kemungkinan berasal dari kebutuhan batin individu untuk dianggap sakit atau cacat. Bisa juga karena orang tersebut merasa tidak aman tentang identitasnya sendiri.

Orang yang terkena sindrom Munchausen biasanya juga rela menjalani tindakan ekstrem, seperti menjalani tes atau operasi yang menyakitkan atau berisiko dalam upaya mendapatkan simpati dan perhatian khusus layaknya yang diberikan pada orang sakit. Jadi, menurut mereka, berpura-pura sakit memungkinkan mereka untuk memperoleh dukungan dan penerimaan dari orang lain.

4. Diagnosis yang cenderung sulit

5 Fakta Sindrom Munchausen, Pura-pura Sakit untuk Mencari Perhatianpexels.com/Andrea Piacquadio

Diagnosis sindrom Munchausen bisa sangat sulit mengingat ketidakjujuran yang ditunjukkan oleh para penderitanya. Mula-mula, dokter harus mengabaikan semua kemungkinan gangguan fisik dan mental sebelum mempertimbangkan diagnosis sindrom Munchausen.

Menurut penelitian di jurnal Einstein, ada empat kriteria yang harus dipenuhi untuk mendiagnosis individu dengan sindrom Munchausen:

  • Meniru gejala fisik atau psikologis terkait dengan penipuan yang teridentifikasi
  • Individu menampilkan dirinya kepada orang lain sebagai sakit, cacat, atau terluka
  • Pemalsuan tersebut terbukti, bahkan walaupun penderita tidak mendapatkan imbalan eksternal yang jelas
  • Perilaku tersebut tidak lebih baik dijelaskan dengan gangguan mental lain, seperti gangguan delusi atau gangguan psikotik lainnya

5. Pengobatan untuk sindrom Munchausen biasanya berupa konseling

5 Fakta Sindrom Munchausen, Pura-pura Sakit untuk Mencari Perhatianpexels.com/cottonbro

Individu dengan sindrom Munchausen kerap kali tidak mau mengakui kondisinya dan mencari pengobatan untuk sindrom itu sendiri. Hal ini membuat perawatan orang dengan sindrom Munchausen bisa jadi sangat menantang.

Saat mencari pengobatan, tujuan pertama adalah mengubah perilaku orang tersebut dalam penggunaan sumber daya medis yang berlebihan. Setelah tujuan ini tercapai, pengobatan bertujuan untuk mengatasi masalah psikologis yang mendasari yang mungkin menyebabkan perilaku orang tersebut.

Melansir WebMD, pengobatan utama untuk sindrom Munchausen adalah psikoterapi atau konseling. Perawatan ini berfokus pada perubahan pemikiran dan perilaku individu atau terapi perilaku kognitif.

Untuk obat, sebetulnya tidak ada obat untuk mengobati gangguan sindrom Munchausen. Akan tetapi, obat dapat digunakan untuk mengobati penyakit terkait, seperti depresi atau kecemasan dan harus dipantau secara hati-hati.

Jika seseorang di sekitarmu sedang berkutat dengan sindrom Munchausen, penting untuk mencari bantuan. Sebab, sindrom ini juga dikaitkan dengan kesulitan emosional yang parah dan kerusakan tambahan akibat komplikasi yang terkait dengan beberapa tes, prosedur, dan perawatan.

Baca Juga: Keringat Berlebih setelah Makan? Waspada Gangguan Sindrom Frey 

Eka Ami Photo Verified Writer Eka Ami

https://mycollection.shop/allaboutshopee0101

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya