Apa Benar Kanker Bisa Memengaruhi Kesuburan Penderitanya?

Risiko ketidaksuburan tergantung pada beberapa faktor

Kanker adalah suatu kondisi ketika sel-sel abnormal membelah dengan tidak terkendali. Ini dimulai saat perubahan gen membuat satu sel atau beberapa sel mulai tumbuh dan berkembang biak terlalu banyak. Ini bisa menyebabkan pertumbuhan yang disebut tumor. Tumor primer adalah nama tempat kanker dimulai.

Kanker terkadang bisa menyebar ke bagian tubuh lainnya. Ini disebut dengan tumor sekunder atau metastasis. Sel kanker bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui aliran darah atau sistem limfatik. Di sana, mereka bisa mulai tumbuh menjadi tumor baru.

Kanker diberi nama sesuai dengan di mana mereka pertama kali berkembang. Contohnya, kanker usus yang telah menyebar ke hati disebut dengan kanker usus metastasis atau kanker hati sekunder. Ini karena sel kanker di hati merupakan sel kanker usus. Mereka bukan sel-sel hati yang menjadi kanker.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker adalah penyebab utama kematian kedua secara global. Terhitung sekitar 9,6 juta kematian atau 1 dari 6 kematian pada 2018. Angka tersebut menggambarkan berbahayanya kanker.

Selain itu, muncul pula dugaan bahwa kanker bisa memengaruhi kesuburan penderitanya. Sebab, penyakit serius biasanya pengobatannya cukup intens, sehingga kadang menyebabkan efek samping yang bisa memengaruhi bagian tubuh lainnya.

Apa benar kanker bisa memengaruhi kesuburan penderitanya? Simak penjelasannya berikut ini, ya.

1. Kanker dan pengobatannya bisa memengaruhi sistem tubuh

Apa Benar Kanker Bisa Memengaruhi Kesuburan Penderitanya?ilustrasi kanker memengaruhi sistem tubuh (freepik.com/kjpargeter)

Beberapa kanker bisa memblokir saluran dalam tubuh dan menghentikan sistem tubuh tertentu untuk bekerja dengan baik. Selain itu, beberapa jenis kanker juga bisa menyebabkan perubahan pada tubuh dengan menekan jaringan atau organ tubuh di sekitarnya.

Kanker dan pengobatannya juga bisa memengaruhi sistem tubuh seperti peredaran darah, sistem limfatik dan kekebalan tubuh, serta sistem hormon.

Berikut cara kanker dan pengobatannya memengaruhi sistem tubuh:

  • Darah dan sistem aliran darah: Beberapa jenis kanker dan pengobatannya bisa mengubah jumlah sel darah yang beredar di dalam darah. Darah selalu beredar melalui tubuh ke arah yang sama. Ini membawa oksigen, karbon dioksida, dan banyak zat lainnya. Ketika darah beredar melalui usus (sistem pencernaan), ia mengambil produk makanan yang dicerna dan membawanya ke hati untuk disimpan atau digunakan. Sementara itu, kanker bisa menyebar dengan menumpahkan sel ke dalam aliran, yang kemudian menetap di bagian tubuh lainnya. Sirkulasi bisa membantu menjelaskan bagaimana beberapa kanker menyebar ke bagian tubuh tertentu. Contohnya, kanker usus besar sering menyebar ke hati. Ini karena darah bersikulasi dari usus melalui hati, dalam perjalanannya kembali ke jantung. Jadi, jika beberapa sel kanker lolos ke sirkulasi, mereka kemungkinan menempel di hati saat darah melewatinya. Mereka kemudian bisa mulai tumbuh menjadi kanker sekunder.

  • Sistem limfatik: Sistem limfatik biasanya membantu menjebak dan menghancurkan sel kanker, serta bakteri dan organisme berbahaya lainnya. Terkadang, sel kanker terperangkap di kelenjar getah bening yang dekat dengan kanker dan kemudian mulai tumbuh di sana. Perlu diketahui bahwa sistem limfatik mirip dengan sirkulasi darah. Pembuluh getah bening bercabang melalui seluruh bagian tubuh seperti arteri dan vena, yang membawa darah. Namun, tabung sistem limfatik, jauh lebih halus dan membawa cairan tidak berwarna yang disebut getah bening. Getah bening mengandung sejumlah besar jenis sel darah putih yang disebut limfosit. Sel-sel ini melawan infeksi dan menghancurkan sel-sel yang rusak atau tidak normal. Nah, ketika darah bersikulasi ke seluruh tubuh, maka cairan bocor ke luar dari pembuluh darah ke jaringan tubuh. Cairan ini membawa makanan ke sel dan menggenangi jaringan tubuh untuk membentuk cairan jaringan. Cairan tersebut kemudian mengumpulkan produk limbah, bakteri, dan sel yang rusak, juga mengumpulkan sel kanker apa pun yang ada. Cairan ini kemudian mengalir ke pembuluh getah bening. Saat sel kanker melepaskan diri dari tumor, mereka kemungkinan tersangkut di satu atau lebih kelenjar getah bening terdekat. Jadi, dokter memeriksa kelenjar getah bening terlebih dahulu ketika mereka mengetahui seberapa jauh kanker telah tumbuh atau menyebar. Ketika kelenjar getah bening membengkak, maka dokter menyebutnya limfadenopati. Penyebab paling umum yaitu infeksi, tetapi kelenjar getah bening juga dapat membengkak karena kanker.

  • Sistem kekebalan tubuh: Sistem kekebalan melindungi tubuh terhadap penyakit dan juga infeksi. Namun, kanker dan perawatannya terkadang bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh. Perlu diketahui bahwa kanker bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh dengan menyebar ke sumsum tulang. Sumsum tulang membuat sel darah yang membantu melawan infeksi. Ini paling sering terjadi pada leukemia atau limfoma, tetapi juga dapat terjadi pada kanker lain. Kanker bisa menghentikan sumsum tulang membuat sel darah. Selain itu, perawatan kanker tertentu untuk sementara bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh. Ini karena bisa mengakibatkan penurunan jumlah sel darah putih yang dibuat di sumsum tulang. Perawatan kanker yang lebih cenderung melemahkan sistem kekebalan tubuh yaitu kemoterapi, obat kanker yang ditargetkan, radioterapi, dan steroid dosis tinggi. Meski begitu, beberapa sel dari sistem kekebalan tubuh bisa mengenali sel kanker sebagai abnormal dan membunuhnya. Namun, ini mungkin tidak cukup untuk menyingkirkan kanker. Menariknya, beberapa pengobatan kanker bertujuan untuk menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Ini mencakup imunoterapi dan terapi sel yang dipersonalisasi.

  • Sistem hormon: Sistem hormon merupakan jaringan kelenjar dan organ dalam tubuh yang menghasilkan hormon. Namun, kanker dan perawatannya kadang bisa mengubah kadar hormon dan mengakibatkan efek samping. Perawatan kanker yang disebut terapi hormon bisa mengubah jumlah hormon yang diproduksi tubuh, biasanya menurunkan kadar hormon tertentu. Ini juga bisa menghalangi kerja hormon dan mengurangi jumlah hormon yang dibuat tubuh. Namun, perawatan itu bisa mengurangi kemungkinan kanker datang kembali sesudah perawatan lainnya, atau mungkin menghentikan atau memperlambat pertumbuhan kanker untuk beberapa waktu.

2. Kanker dan pengobatannya bisa memengaruhi kesuburan

Apa Benar Kanker Bisa Memengaruhi Kesuburan Penderitanya?ilustrasi memegang test pack dan obat (freepik.com/freepik)

Ya, kanker dan pengobatannya bisa memengaruhi kesuburan, bahkan juga bisa mengubah perasaan penderitanya tentang seks atau mempersulit hubungan seks secara fisik, mengutip laman Macmillan Cancer Support. 

Risiko infertilitas sesudah diagnosis kanker tergantung pada beberapa faktor, termasuk jenis kanker, stadium kanker, pengobatan yang dibutuhkan, dosis/durasi/sifat agen kemoterapi  yang diberikan, usia ketika diagnosis, cadangan ovarium (jumlah telur ovarium) pada saat diagnosis, dan usia ketika didiagnosis kanker.  

Kanker secara langsung bisa memengaruhi kesuburan dengan pengangkatan ovarium atau testis karena kanker ovarium atau kanker testis.

Selain itu, perubahan dalam cara kerja ovarium atau perubahan hormon yang dibutuhkan untuk melepaskan sel telur dari ovarium selama siklus bulanan bisa mengakibatkan pembuahan tidak terjadi. Dengan kata lain, bisa terjadi kerusakan sistem tubuh yang bisa memengaruhi kemampuan seorang perempuan untuk hamil dan melahirkan anak selama masa kehamilan. Masalah kesehatan tertentu, termasuk kanker, bisa memengaruhi hal-hal tersebut. 

Selain itu, perubahan apa pun dalam cara kerja organ atau perubahan hormon yang dibutuhkan untuk perkembangan sperma bisa menghalangi pembuahan. Dengan kata lain, bisa terjadi kerusakan sistem tubuh yang bisa memengaruhi kesuburan laki-laki dan memengaruhi kemampuannya dalam memiliki keturunan. Masalah kesehatan tertentu, termasuk kanker, bisa memengaruhi hal-hal tersebut.

Kanker juga bisa memengaruhi kesuburan secara tidak langsung, yaitu melalui pengobatai seperti radioterapi atau kemoterapi yang merusak ovarium atau testis. Bahkan dalam banyak kasus, operasi atau perawatan kanker lebih mungkin mengganggu proses reproduksi dan memengaruhi kemampuan pasien kanker untuk mempunyai anak daripada kanker itu sendiri.

Masalah kesuburan sesudah perawatan kanker kemungkinan bersifat sementara, berbulan-bulan hingga bertahun-tahun, atau bisa juga permanen.

Berikut beberapa pengobatan kanker yang bisa memengaruhi kesuburan pasien:

  • Kemoterapi (terutama agen alkilasi): Prosedur ini bisa memengaruhi ovarium, menyebabkan ovarium berhenti melepaskan sel telur dan estrogen. Ini disebut insufisiensi ovarium primer (POI). Terkadang, POI bersifat sementara dan periode menstruasi serta kesuburan pasien bisa kembali sesudah perawatan. Namun, pada lain waktu kerusakan ovarium bersifat permanen. Pasien kemungkinan mengalami hot flash, keringat malam, mudah marah, vagina kering, dan menstruasi tidak teratur atau tidak ada. Selain itu, kemoterapi juga bisa menurunkan jumlah sel telur yang sehat di ovarium. Perempuan yang mendekati usia menopause kemungkinan mempunyai risiko infertilitas yang lebih besar.

  • Terapi radiasi: Terapi radiasi ke atau di dekat perut, panggul, atau tulang belakang bisa merusak organ reproduksi di dekatnya. Beberapa organ seperti ovarium, sering kali bisa dilindungi dengan pelindung ovarium atau dengan oophoropexy, yaitu prosedur operasi yang memindahkan ovarium menjauh dari area radiasi. Akan tetapi, radiasi ke otak juga bisa membahayakan kelenjar hipofisis. Kelenjar ini penting karena mengirimkan sinyal ke ovarium untuk membuat hormon seperti estrogen yang diperlukan untuk ovulasi. Jumlah radiasi yang diberikan dan bagian tubuh yang dirawat sama-sama berperan dalam memengaruhi kesuburan atau tidak.

  • Pembedahan: Pembedahan untuk kanker sistem reproduksi dan kanker di daerah panggul bisa merusak jaringan reproduksi di sekitarnya dan menyebabkan jaringan parut, yang bisa memengaruhi kesuburan pasien kanker. Ukuran dan lokasi tumor merupakan faktor penting yang memengaruhi kesuburan atau tidak.

  • Terap hormon (disebut juga terapi endokrin): Prosedur yang digunakan untuk mengobati kanker ini bisa mengganggu kesuburan penderitanya. Efek samping tergantung pada hormon spesifik yang digunakan, dan kemungkinan termasuk hot flash, keringat malam, dan kekeringan pada vagina.

  • Transplantasi sumsum tulang, transplantasi sel punca darah tepi, dan transplantasi sel punca lainnya yang melibatkan penerimaan kemoterapi atau radiasi dosis tinggi: Perawatan-perawatan ini bisa merusak ovarium dan menyebabkan kemandulan.

Berbagai jenis operasi dan perawatan bisa memiliki efek yang berbeda. Risiko infertilitas bervariasi, tergantung pada:

  • Usia dan tahap perkembangan pasien, misalnya sebelum atau sesudah pubertas, sebelum atau sesudah menopause, dan lain-lain.  
  • Jenis dan luasnya pembedahan. 
  • Jenis pengobatan yang diberikan (terapi radiasi, kemoterapi, terapi hormon, terapi target, imunoterapi, transplantasi sel punca). 
  • Dosis pengobatan. 

Perawatan kanker bisa membahayakan bayi yang belum lahir. Pasien mungkin masih bisa untuk hamil meskipun menstruasi terhenti selama pengobatan. Jadi, penting untuk menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan selama pengobatan dan untuk beberapa waktu setelahnya. Dokter spesialis kanker akan memberi tahu pasien berapa lama ia perlu menggunakan kontrasepsi. 

Jika kesuburan pasien benar-benar pulih, sulit untuk memprediksi kapan itu akan terjadi. Ini dapat terjadi tanpa disadari pasien. Kalaupun pasien tidak ingin memulai kehamilan, ia harus tetap menggunakan kontrasepsi kecuali dokter memberi tahu bahwa ketidaksuburannya permanen.

Apabila pasien didiagnosis kanker payudara, maka dokter kemungkinan menyarankan pasien untuk tidak menggunakan kontrasepsi yang mengandung hormon, seperti pil KB. Ini karena hormon dapat mendorong sel kanker payudara untuk tumbuh.

Baca Juga: [CEK FAKTA] Apakah Tempe Bisa Menyebabkan Kanker?

3. Cara menjaga kesuburan perempuan yang menderita kanker

Apa Benar Kanker Bisa Memengaruhi Kesuburan Penderitanya?ilustrasi memegang hasil test pack positif

Apabila kamu sedang merencanakan pengobatan kanker dan ingin mempertahankan kesuburan, sebaiknya konsultasikan dengan dokter yang menangani dan dokter spesialis reproduksi sesegera mungkin.

Dokter spesialis reproduksi bisa membantu memahami pilihan yang ada, menjawab pertanyaan, dan bertindak sebagai advokat kesuburan selama kamu menjalani perawatan.

Kesuburan bisa rusak oleh satu sesi terapi kanker, dan bagi perempuan, beberapa metode pemeliharaan kesuburan biasanya dilakukan selama fase tertentu dari siklus menstruasi.

Selain itu, sebaiknya tanyakan kepada dokter apakah perlu menunda pengobatan kanker untuk mengambil langkah-langkah pelestarian kesuburan. Jika demikian, tanyakan juga bagaimana itu bisa memengaruhi kanker.

Pilihan pelestarian kesuburan tergantung pada beberapa faktor, seperti:

  • Usia.
  • Status hubungan, seperti mempunyai pasangan yang dapat menyediakan sperma.
  • Kematangan fisik dan seksual.
  • Preferensi dan perasaan pribadi tentang prosedur yang berbeda.

Tanyakan juga tentang berapa lama kamu perlu mempertimbangkan pilihan pelestarian kesuburan. Dalam banyak kasus, seseorang bisa menunggu selama 1-2 minggu sebelum memulai pengobatan kanker. Pasien juga sebaiknya memastikan untuk memahami risiko dari setiap pilihan kesuburan dan perlu diingat bahwa tidak ada metode yang berhasil sepanjang waktu. 

Apabila tidak ada kesempatan untuk mendiskusikan pilihan sebelum memulai pengobatan, maka kamu bisa mempertimbangkan kesuburannya nanti, tetapi mungkin tidak banyak pilihan yang tersedia.

Dilansir Cancer Council Victoria, berikut pilihan kesuburan untuk perempuan sebelum memulai pengobatan kanker:

  • Pembekuan telur atau embrio: Ini merupakan proses mengumpulkan, mengembangkan, dan membekukan telur atau embrio sebagai bagian dari siklus fertilisasi in vitro (IVF). Sel telur atau embrio bisa disimpan selama bertahun-tahun. Ketika pasien dengan kanker siap untuk mempunyai anak, maka sel telur beku akan dibuahi menggunakan IVF atau embrio akan ditanamkan ke dalam rahimnya. Pembekuan telur dan embrio merupakan bagian dari IVF, metode yang paling umum dan berhasil untuk menjaga kesuburan perempuan. Satu siklus IVF dapat memakan 2-3 minggu. Pengumpulan telur merupakan prosedur kecil di ruang operasi. Pasien membutuhkan waktu untuk menjalani IVF sebelum pengobatan kanker. Nantinya, spesialis kanker akan menyarankan seberapa cepat pengobatan harus dimulai. Pasien tidak perlu mempunyai pasangan untuk membekukan sel telur. Namun, untuk membekukan embrio, pasien harus memiliki pasangan laki-laki pada awal dan akhir perawatan, karena kedua pasangan harus setuju untuk menanamkan embrio sesudah perawatan. Pasien sebaiknya membicarakan dengan spesialis kesuburannya tentang apakah akan membekukan telur, embrio, atau campuran keduanya. Pembekuan telur sama efektifnya dengan pembekuan embrio. Untuk setiap 10 telur yang dibekukan, maka pasien dapat mendapatkan 1-4 embrio. Tergantung pada usia pasien, tingkat keberhasilan klinik kesuburan dan tahap penyimpanan embrio, kemungkinan ada peluang 25-40 persen per siklus embrio beku berkembang menjadi kehamilan.

  • Pembekuan jaringan ovarium (cryopreservation): Ini merupakan proses mengeluarkan, mengiris, dan membekukan potongan-potongan kecil jaringan dari ovarium sehingga bisa digunakan nanti. Prosedur ini bisa digunakan jika tidak ada banyak waktu sebelum pengobatan, jika mengonsumsi hormon untuk mendorong produksi sel telur tidak aman, jika ada risiko infertilitas yang tinggi, atau jika seseorang belum melewati masa pubertas. Selain itu, cryopreservation juga bisa digunakan untuk tujuan selain pembekuan telur. Saat prosedur berlangsung, jaringan dikeluarkan dari indung telur pasien selama operasi laparoskopi. Jika pasien menjalani operasi perut sebagai bagian dari pengobatan kanker, maka jaringan bisa diangkat saat ini. Jaringan tersebut kemudian dibekukan hingga dibutuhkan, yaitu ketika siap untuk hamil, beberapa jaringan ovarium dicairkan dan dimasukkan kembali (dicangkokkan) ke dalam ovarium. Jaringan bisa menghasilkan hormon dan telur bisa berkembang. Namun, ada risiko bahwa menyimpan jaringan sebelum pengobatan dimulai berarti akan mengandung sel kanker, dan pasien kemungkinan tidak ingin mengembalikan jaringan ini ke dalam tubuhnya. Risiko ini lebih tinggi pada pasien leukemia. Jadi, penting bagi pasien untuk mendiskusikan risiko ini dengan dokternya. Sekitar sepertiga dari pasien yang jaringan ovariumnya dikembalikan menjadi hamil.

  • Transposisi ovarium (oophoropexy): Ini merupakan jenis operasi yang melibatkan pembedahan untuk memindahkan satu atau kedua ovarium untuk mempertahankan fungsinya. Prosedur ini digunakan ketika ovarium berada di jalur terapi radiasi. Saat prosedur berlangsung, satu atau kedua ovarium dipindahkan dari bidang radiasi dan dijahit di tempatnya. Ini bisa menurunkan jumlah radiasi yang diterima ovarium. Meski begitu, prosedur ini bisa memutus suplai darah, mengakibatkan hilangnya fungsi ovarium pasien. Ini tidak selalu berhasil. Untuk tingkat kehamilannya tergantung dari usia pasien, jumlah radiasi yang mencapai ovarium, dan jika pasien mulai menstruasi lagi.

  • Trachelectomy: Ini merupakan jenis operasi yang mengangkat sebagian atau seluruh kanker serviks, bagian atas vagina, dan kelenjar getah bening di panggul. Rahim, saluran tuba, dan ovarium dibiarkan di tempatnya. Prosedur ini digunakan untuk tumor kecil yang hanya ditemukan di leher rahim. Saat prosedur berlangsung, serviks diangkat sebagian atau seluruhnya, tetapi rahim dibiarkan di tempatnya dan dijahit sebagian tertutup. Lubang ini digunakan untuk haid dan untuk masuknya sperma. Namun, prosedur ini membuat pasien berisiko lebih tinggi untuk mengalami keguguran dan melahirkan bayi prematur. Pasien kemungkinan mempunyai jahitan yang ditempatkan di sisa serviks untuk mengurangi risiko. Untuk tingkat kehamilannya, dimungkinkan untuk hamil sesudah trachelectomy.

Pilihan kesuburan sesudah pengobatan kanker kemungkinan terbatas. Kemampuan pasien untuk hamil tergantung efek pengobatan kanker pada kesuburan, usia, dan apakah pasien terkena insufisiensi ovarium prematur atau menopause dini. Pilihan meliputi:

  • Hamil secara alami (jika indung telur masih mengeluarkan sel telur dan pasien memiliki rahim).
  • Menggunakan telur atau embrio yang pasien panen dan simpan sebelum perawatan.
  • Membekukan telur atau embrio sesudah perawatan berakhir untuk digunakan nanti (jika indung telur pasien masih berfungsi). 
  • Menggunakan telur donor atau embrio.

4. Cara menjaga kesuburan pria dengan kanker

Apa Benar Kanker Bisa Memengaruhi Kesuburan Penderitanya?ilustrasi pria duduk di tempat tidur (freepik.com/jcomp)

Pria juga bisa mengambil langkah-langkah untuk menjaga kesuburannya ketika didiagnosis kanker.

Dilansir Cancer Council Victoria, berikut langkah-langkah yang bisa dilakukan pria untuk menjaga kesuburannya sebelum memulai pengobatan kanker:

  • Perbaikan sperma atau pembekuan sperma (cryopreservation): Ini merupakan prosedur untuk mengumpulkan, membekukan, dan menyimpan sperma. Ini merupakan cara standar untuk menjaga kesuburan pada pria. Prosedur ini digunakan ketika pasien ingin menyimpan sperma untuk masa depan (sampel bisa disimpan hingga 20 tahun). Prosedur ini dilakukan di rumah sakit atau fasilitas bank sperma (disebut juga unit andrologi). Sampel kemudian dibekukan hingga dibutuhkan, yaitu ketika siap memiliki anak. Sperma yang sudah beku tersebut dicairkan dan digunakan untuk membuat sel telur dengan metode IVF. Jika pasien tidak mampu ejakulasi, ada cara medis untuk mendorong ejakulasi. Jika pasien tidak bisa menghasilkan sampel air mani, maka sperma bisa dikumpulkan menggunakan ekstraksi sperma testis. Selain itu, sperma juga bisa dikumpulkan dari pria dengan ejakulasi retrograde.

  • Perisai radiasi: Prosedur ini melindungi testis dari terapi radiasi sinar eksternal dengan pelindung. Prosedur ini digunakan jika testis dekat dengan tempat pacaran radiasi diarahkan (namun bukan target radiasi). Saat prosedur ini dilakukan, penutup timah pelindung digunakan. Namun, teknik ini tidak menjamin bahwa radiasi tidak akan memengaruhi testis, tetapi memberikan beberapa tingkat perlindungan.

  • Ekstraksi sperma testis (TESE): Ini merupakan metode mencari sperma di dalam jaringan testis. Ini juga disebut pengambilan sperma bedah. Prosedur ini digunakan ketika pasien tidak dapat ejakulasi atau ketika tidak ada cukup sperma dalam sampel air mani. Setelah anestesi, jarum halus dimasukkan ke dalam epididimis atau testis untuk menemukan dan mengekstrak sperma (aspirasi testis). Jika tidak ada sperma yang ditemukan, dokter mungkin melakukan biopsi terbuka untuk mengambil sampel jaringan yang lebih besar. Sperma yang terkumpul dibekukan dan nantinya bisa digunakan untuk membuahi sel telur selama IVF. Dalam kasus yang jarang, tidak ada sperma yang ditemukan di jaringan testis.

Sesudah perawatan kanker, tim medis akan menganalisis sampel air mani untuk menilai seberapa banyak sperma yang dihasilkan pasien dan seberapa baik pergerakannya. Tergantung pada hasil tes, pilihan perawatan kesuburan sesudah pengobatan kanker yaitu meliputi:

  • Hamil secara alami. 
  • Inseminasi buatan atau IVF yang menggunakan sperma pasien sendiri yang dibekukan sebelum perawatan atau sperma segar yang dikumpulkan sesudah perawatan. 
  • Ekstraksi sperma testis, jika pasien tidak bisa ejakulasi secara normal atau tidak ada sperma di dalam air mani. 
  • Bank sperma sesudah pengobatan berakhir, jika pasien masih subur. 

Penting untuk menggunakan kontrasepsi untuk mencegah kehamilan selama pengobatan kanker dan beberapa waktu setelahnya. Ini karena pengobatan kanker bisa merusak sperma. Ini bisa memengaruhi bayi jika kehamilan dimulai selama perawatan.

Dokter spesialis kanker akan memberi tahu pasien berapa lama kontrasepsi diperlukan.

Meskipun kesuburan pasien benar-benar pulih, sulit untuk diprediksi kapan tepatnya. Ini dapat terjadi tanpa pasien sadari. Meskipun pasien nantinya tidak ingin mempunyai anak, ia harus tetap menggunakan kontrasepsi, kecuali jika dokter memberi tahu bahwa ketidaksuburannya itu permanen.

Mampu ereksi dan ejakulasi tidak selalu berarti pasien subur. Ini karena terkadang air mani kemungkinan tidak mengandung sperma di dalamnya. Setelah pengobatan kanker, pasien bisa menguji air maninya untuk mengetahui apakah ia menghasilkan sperma yang sehat. Dokter atau perawat akan memberi tahu pasien berapa lama ia harus menunggu sesudah perawatan sebelum menguji air maninya. Perlu diketahui bahwa menguji air mani merupakan satu-satunya cara untuk mengetahui apakah kesuburan pasien pulih.

5. Waktu yang tepat bagi pasien kanker untuk bisa hamil setelah pengobatan kanker

Apa Benar Kanker Bisa Memengaruhi Kesuburan Penderitanya?ilustrasi suami memegang perut istrinya yang hamil (freepik.com/tirachardz)

Beberapa perawatan kanker bisa membahayakan bayi yang belum lahir atau mengakibatkan cacat lahir. Meski begitu, pasien dengan kanker masih bisa hamil, meski menstruasi pasien berhenti selama pengobatan kanker.

Pada hubungan heteroseksual, maka perlu penggunaan kontrasepsi penghalang, seperti kondom atau dental dam, untuk melindungi pasangan seksualnya dari obat kemoterapi yang mungkin ada dalam cairan tubuh.

Tim medis yang menangani pasien dengan kanker biasanya menyarankan pasien untuk menunggu antara 6 bulan dan 2 tahun setelah pengobatan berakhir dan sebelum memulai perawatan kesuburan atau mencoba hamil secara alami. Ini mungkin untuk memungkinkan sperma atau sel telur pasien pulih dan untuk memastikan pasien tetap sehat selama itu.

Namun, jika pasien didiagnosis kanker yang peka terhadap hormon dan sedang mengonsumsi obat anti estrogen, maka ia harus menunggu selama 9 bulan sesudah selesai pengobatan dan sebelum mencoba hamil. Diskusikan risiko obat anti estrogen yang membahayakan bayi yang belum lahir dengan dokter spesialis kanker atau kesuburan.

Bisa atau tidaknya pasien hamil setelah memulai pengobatan kanker tergantung dari efek pengobatan kanker pada kesuburan, usia pasien, dan apakah pasien terkena insufisiensi ovarium prematur atau menopause dini.

Pasien mungkin bisa hamil secara alami sesudah menjalani pengobatan kanker, jika indung telur masih mengeluarkan sel telur dan pasien masih memiliki rahim. Selain itu, jika tes kesuburan menunjukkan kemungkinan bagi pasien untuk hamil, maka tim medis akan mendorong pasien untuk mencoba hamil secara alami.

Bahkan, jika menstruasi pasien kembali sesudah kemoterapi atau terapi radiasi panggul, masih ada risiko menopause dini yang tinggi. Jika menopause bersifat permanen, maka pasien tidak bisa hamil secara alami.

6. Cara menjaga kehamilan pada pasien kanker yang telah hamil ketika didiagnosis kanker

Apa Benar Kanker Bisa Memengaruhi Kesuburan Penderitanya?ilustrasi ibu hamil sakit kepala (freepik.com/user15285612)

Didiagnosis kanker selama kehamilan jarang terjadi. Dilansir Cancer Council, diperkirakan 1 dari setiap 1.000 perempuan hamil didiagnosis kanker. Pasien yang didiagnosis kanker saat hamil harus mendiskusikan potensi risiko dan manfaat bagi pasien dan bayinya dengan ahli onkologi sebelum perawatan kanker dimulai.

Dalam beberapa kasus, pengobatan bisa ditunda hingga bayi lahir. Untuk beberapa jenis kanker, kemoterapi bisa digunakan dengan aman sesudah trimester pertama (12 minggu), biasanya dengan jeda beberapa minggu sebelum kelahiran.

Apabila pasien didiagnosis kanker pada akhir masa kehamilannya, ia mungkin bisa melahirkan bayinya sebelum hari perkiraan lahir.

Perlu diketahui juga bahwa pasien dengan kanker tidak disarankan untuk menyusui ketika menjalani kemoterapi, terapi bertarget, atau imunoterapi karena bayi bisa terpapar obat melalui ASI.

Apabila menjalani terapi radiasi, konsultasikan dengan dokter apakah aman menyusui anaknya selama menjalani perawatan kanker tersebut.

7. Pasien kanker bisa menurunkan kanker ke anaknya

Apa Benar Kanker Bisa Memengaruhi Kesuburan Penderitanya?ilustrasi anak menjalani kemoterapi (freepik.com/freepik)

Studi menunjukkan bahwa jika salah satu atau kedua orang tua mempunyai riwayat kanker, maka anak mereka mempunyai risiko yang sama untuk terkena kanker seperti orang lain.

Dilansir Cancer Council, hingga 10 persen dari beberapa kanker disebabkan oleh gen yang diwariskan dari salah satu orang tua. Ini dikenal sebagai kanker familial. Gen tersebut meningkatkan risiko kanker, tetapi tidak semua anak akan mewarisi gen tersebut. 

Jika diagnosis pasien dengan kanker dihubungkan dengan gen yang salah, maka pasien dengan kanker bisa mempertimbangkan untuk melakukan tes genetik praimplantasi (PGT) sebagai bagian dari IVF. Ini melibatkan pengujian embrio untuk kondisi genetik. Hanya embrio yang tidak terpengaruh yang dipilih dan ditanamkan ke dalam rahim. Ini bisa mengurangi kemungkinan gen yang salah diteruskan ke anaknya.

Sebelum memulai perawatan kesuburan, pasien kanker harus memikirkannya dengan matang tentang baik dan buruknya untuk kondisinya maupun anak yang dikandungnya nanti. Jangan terburu-buru dalam mengambil keputusan, karena ini bisa berdampak buruk bagi dirinya maupun anaknya nanti.

Baca Juga: Kenapa Makan Junk Food Berlebihan Tingkatkan Risiko Kanker?

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya