Bisa Menyebabkan Kebutaan, 5 Penyakit Retina Ini Perlu Diwaspadai

Penglihatanmu jadi taruhannya

Mata adalah jendela dunia. Kalau organ tersebut mengalami gangguan, tentu akan berdampak buruk pada penglihatan. Salah satu bagian mata yang rentan terserang penyakit adalah retina. Bahkan, dampak paling fatalnya bisa sebabkan kebutaan.

Retina adalah lapisan tipis yang berada di belakang bola mata. Retina mengandung jutaan sel yang sensitif pada cahaya dan sel saraf, yang tugasnya menerima dan mengatur informasi visual, lalu mengirimkan ke otak melalui saraf optik, sehingga memungkinkan kita untuk melihat objek.

Jika retina mengalami kerusakan akibat penyakit tertentu, penglihatan bisa terganggu hingga memicu kebutaan. Melansir berbagai sumber, berikut ini adalah lima jenis penyakit retina yang perlu kita waspadai.

1. Degenerasi makula

Bisa Menyebabkan Kebutaan, 5 Penyakit Retina Ini Perlu Diwaspadaidrweil.com

Penyakit retina pertama yang harus diwaspadai adalah degenerasi makula atau age-related macular degeneration (AMD). Penyakit ini adalah penyakit degeneratif retina yang bisa mengakibatkan kebutaan bila tidak ditangani dengan benar.

Penyebab kebutaan nomor satu di dunia ini terjadi akibat kerusakan pada lapisan tengah retina (makula). Makula berfungsi untuk memfokuskan penglihatan pusat, mengendalikan kemampuan membaca atau saat berkendara, pengenalan terhadap wajah atau warna, serta kemampuan melihat objek dengan detail.

Degenerasi makula umumnya memengaruhi penglihatan saat penyakit sudah berkembang. Jika penyakit sudah berkembang,  maka penglihatan penderita akan menjadi kabur dan akan kehilangan penglihatan sentral secara total jika kondisinya terus memburuk.

Menurut keterangan dari American Macular Degeneration Foundation, degenerasi makula terdiri dari dua tipe dasar, yaitu degenerasi makula tipe kering (atrofik) yang kasusnya sekitar 85-90 persen, dan degenerasi makula tipe basah (eksudatif) yang kasusnya sekitar 10-15 persen.

Sementara itu, berdasarkan tahapan penyakitnya, ada tiga tahap degenerasi makular, yaitu dini, menengah, dan akhir. Pada tahap akhir, penderitanya akan kehilangan penglihatannya.

Usia adalah faktor risiko terbesar dari degenerasi makula. Carl Kupfer, mantan Direktur National Eye Institute, berpendapat bahwa degenerasi makula akan segera mengambil aspek epidemi seiring bertambahnya usia generasi baby boomers (lahir antara tahun 1946-1964).

Bila tidak ada kemajuan dalam pencegah dan tidak adanya pengobatan lebih lanjut, maka prevalensi degenerasi makular bisa mencapai 6,3 juta di Amerika Serikat (AS) di tahun 2030.

Selain itu, genetik, ras, dan kebiasaan merokok juga merupakan faktor risiko degenerasi makula. Penyakit ini tidak bisa disembuhkan, tetapi risikonya bisa diturunkan dengan memperlambat perkembangan penyakit ini. Caranya adalah dengan rutin olahraga, menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang, tidak merokok, dan melindungi mata dari sinar matahari.

2. Retinoblastoma

Bisa Menyebabkan Kebutaan, 5 Penyakit Retina Ini Perlu DiwaspadaiKanker mata langka retinoblastoma. labmedica.com

Retinoblastoma adalah kanker mata langka yang sering menyerang anak-anak, terutama yang berusia di bawah 2 tahun. Kanker mata yang menyerang retina ini terjadi karena sel saraf pada retina mengalami mutasi genetik. Kondisi ini membuat sel terus tumbuh dan berkembang biak. Hingga saat sel sehat mati, massa sel yang terakumulasi membentuk tumor. 

Retinoblastoma dapat menyebar ke bagian tubuh lain (metastasis) seperti ke otak dan tulang belakang.

Jenis kanker mata ini bisa diwariskan. Sekitar 60 persen kasus retinoblastoma tidak diwariskan, sementara 40 persennya bisa diturunkan dari orang tua. Jika orang tua punya riwayat retinoblastoma, maka kemungkinan besar anaknya juga akan memilikinya dalam waktu sekitar 28 bulan setelah dilahirkan. Retinoblastoma dapat memengaruhi satu atau kedua mata.

Sekitar 60 persen gejala yang sering muncul pada penderita retinoblastoma yaitu leukokoria atau pupil mata berwarna putih saat terkena cahaya, sehingga terlihat seperti mata kucing. Gejala lainnya termasuk mata juling, mata merah atau meradang, dan mata bengkak.

Retinoblastoma bisa menyebabkan glaukoma, yang mana juga salah satu penyebab utama kebutaan. Selain itu, pasien retinoblastoma karena faktor genetik umumnya memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengembangkan kanker lainnya, seperti osteosarkoma, pinealoma, dan melanoma.

Retinoblastoma yang terdeteksi sejak dini memiliki peluang kesembuhan yang tinggi. Oleh karena itu, deteksi dini sangat penting lewat pemeriksaan mata secara rutin.

Baca Juga: Kenali 5 Gejala Penyakit Glaukoma, Penyebab Kebutaan Nomor Dua

3. Retinitis pigmentosa

Bisa Menyebabkan Kebutaan, 5 Penyakit Retina Ini Perlu Diwaspadaiunsplash.com/Nonsap Visuals

Retinitis pigmentosa adalah sekelompok penyakit mata genetik yang menyebabkan kerusakan dan hilangnya sel pada retina. Penyakit ini membuat penderitanya kesulitan melihat pada malam hari, tidak mampu melihat ke samping (perifer), serta kehilangan penglihatan sentral dan kemampuan melihat warna.

Menurut keterangan dari National Organization for Rare Disorders, retinitis pigmentosa memengaruhi sekitar 1 dari 3.000-4.000 orang di dunia. Yang artinya, dengan jumlah populasi sekitar 324 juta jiwa di AS pada pertengahan 2017, maka diperkirakan sekitar 81.000-108.000 warga AS menderita penyakit ini.

Retinitis pigmentosa merupakan penyebab paling umum dari kehilangan penglihatan karena faktor keturunan (genetik).

Dikutip WebMD, retinitis pigmentosa umumnya dimulai saat masa kanak-kanak. Namun, kehilangan banyak penglihatan umumnya terjadi ketika penderitanya memasuki usia dewasa awal, dan sering kali kehilangan penglihatan sepenuhnya saat berusia 40 tahun.

Retinitis pigmentosa tidak bisa disembuhkan. Namun, perawatan yang tepat dapat memperlambat kehilangan penglihatan dan memulihkan sebagian penglihatan.

4. Retinopati diabetik

Bisa Menyebabkan Kebutaan, 5 Penyakit Retina Ini Perlu Diwaspadaihealthgrades.com

Retinopati diabetik juga merupakan salah satu penyebab kebutaan paling umum selain degenerasi makula. Penyakit kronis ini terjadi karena kerusakan pembuluh darah retina pada penderita diabetes.

Ya, retinopati diabetik adalah salah satu komplikasi yang sering dialami pasien diabetes tipe 1 maupun tipe 2. Menurut data dari sebuah ulasan dalam Diabetes/Metabolism Reviews tahun 1989, sekitar 3,6 persen pasien dengan onset yang lebih muda (diabetes tipe 1) dan 1,6 persen dari pasien yang lebih tua (diabetes tipe 2), secara legal buta.

Pada kelompok usia yang lebih muda, sekitar 86 persen kasus kebutaan terjadi karena retinopati diabetik. Sementara itu, pada kelompok usia yang lebih tua, yang penyakit mata lainnya juga sering terjadi, sekitar sepertiga dari kasus kebutaan legal terjadi karena retnopati diabetik.

Retinopati diabetik terdiri dari dua jenis, yaitu retinopati diabetik nonproliferatif (NPDR) dan retinopati diabetik proliferatif (PDR). Pada NPDR, mata tidak membuat pembuluh darah baru selama tahap awal retinopati diabetik. Sementara itu, pada PDR atau retinopati lanjut, pembuluh darah baru mulai tumbuh di dalam retina.

Pada tahap awal, retinopati diabetik jarang menunjukkan gejala hingga mata mengalami kerusakan yang parah. Melansir Healthline, berikut gejala retinopati diabetik:

  • Penglihatan kabur
  • Kehilangan penglihatan
  • Melihat floaters atau bintik hitam
  • Kesulitan membedakan warna

Pengobatan retinopati diabetik berbeda-beda, tergantung pada kondisi pasien dan perkembangan penyakit. Pada retinopati diabetik tahap awal, dokter kemungkinan akan melakukan pemeriksaan mata secara teratur untuk mengawasi kesehatan mata, jika nantinya perawatan dibutuhkan.

Pasien retinopati diabetik juga bisa menggunakan jasa dari ahli endokrinologi. Tujuannya adalah untuk membantu mengelola diabetes agar bisa memperlambat perkembangan retinopati.

Perawatan pada retinopati diabetik stadium lanjut tergantung jenis dan tingkat keparahannya. Salah satu perawatan yang direkomendasikan adalah operasi fotokoagulasi untuk mencegah hilangnya penglihatan. Melansir Healthline, beberapa jenis fotokoagulasi dan jenis perawatan lainnya yang bisa dilakukan adalah: fotokoagulasi sebar, fotokoagulasi fokal, dan vitrektomi.

Untuk mengurangi risiko retinopati diabetik, sebaiknya penderita diabetes menjaga agar kadar gula darah dan tekanan darah tetap stabil. Caranya dengan melakukan pengobatan sesuai anjuran dokter, menerapkan pola makan sehat, rutin olahraga, dan tidak merokok. Pemeriksaan mata juga sebaiknya dilakukan setidaknya setahun sekali untuk mendeteksi retinopati diabetik. Pasalnya, orang-orang dengan diabetes berisiko mengembangkan penyakit mata kronis ini.

5. Penyakit Stargardt

Bisa Menyebabkan Kebutaan, 5 Penyakit Retina Ini Perlu Diwaspadaihealthline.com

Penyakit Stargardt, biasa disebut dengan fundus flavimaculatus atau distrofi makula Stargardt, adalah penyakit bawaan yang diwariskan ke anak, saat orang tua membawa mutasi gen yang berkaitan dengan pemrosesan vitamin A pada mata, meski mereka tidak menderita penyakit ini.

Melansir All About Vision, para peneliti telah menemukan fakta bahwa sekitar 5 persen orang membawa mutasi gen yang bisa memicu penyakit bawaan seperti penyakit Stargardt dan retinitis pigmentosa.

Selain itu, beberapa penelitian juga menunjukkan fakta bahwa paparan cahaya terang berkontribusi pada kerusakan retina yang terjadi penyakit Stargardt.

Kehilangan penglihatan akibat penyakit ini umumnya terjadi dalam 20 tahun pertama, terutama saat masa kanak-kanak. Namun, waktu kerusakan retina sulit untuk diprediksi karena variasi bisa terjadi, meski di antara keluarga dengan warisan penyakit yang serupa.

Penyakit Stargardt bisa menyebabkan kebutaan dengan kisaran 20/50 hingga 20/200 pada grafik mata standar. Pada beberapa kasus yang ditemukan, gejala penyakit bisa muncul pada anak usia dini. Namun, terkadang gejala juga muncul pada usia paruh baya, sebelum masalah penglihatan bisa terdeteksi.

Gejala umum penyakit Stargardt di antaranya:

  • Penglihatan kabur atau distorsi
  • Ketidakmampuan untuk melihat dalam pencahayaan yang rendah
  • Kesulitan mengenali yang dikenali
  • Kehilangan kemampuan untuk mendeteksi warna atau buta warna

Penyakit Stargardt hingga saat ini belum ada obatnya. Namun, untuk mengurangi kerusakan mata karena paparan sinar matahari, dokter makan menyarankan penggunaan kacamata hitam yang dapat mencegah 100 persen sinar ultraviolet bila beraktivitas di luar rumah saat cahaya terik.

Selain itu, penggunaan kacamata lensa khusus untuk memblokir cahaya tertentu juga mungkin akan disarankan dokter. American Macular Degeneration Foundation menyarankan agar pasien penyakit Stargardt atau seseorang yang memiliki riwayat penyakit mata di keluarga untuk mendapatkan konseling genetik sebelum memutuskan untuk berkeluarga.

Itulah lima jenis penyakit retina yang bila tidak ditangani dengan benar dapat menyebabkan kebutaan. Bila kamu mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas, apalagi bila ada riwayat penyakit retina atau penyakit mata lainnya di keluarga, segera periksakan diri ke dokter. Karena, semakin cepat penyakit terdeteksi, maka akan semakin besar juga peluangnya untuk bisa diobati. Risiko komplikasi pun bisa dihindari.

Baca Juga: Apa Sakit Mata Bisa Menular Melalui Tatapan? Ini Kata Para Ahli Medis!

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya