Degenerasi Makula: Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatan

Gangguan penglihatan yang sering menyerang lansia

Degenerasi makula atau age-related macular degeneration (AMD) merupakan kelainan mata yang ditandai dengan kerusakan pada bagian tengah retina, yaitu makula.

Makula merupakan bagian lapisan belakang bagian dalam mata yang bertugas untuk merekam gambar yang dilihat, mengirimkannya melalui saraf optik dari mata ke otak, yang kemudian ditafsirkan sebagai penglihatan. 

Jika makula mengalami kerusakan, maka gambar tidak bisa diterima dengan benar, sehingga mengakibatkan hilangnya penglihatan yang tajam, detail, serta lurus ke depan, sehingga memengaruhi kemampuan penderitanya untuk melakukan aktivitas seperti membaca, menulis, mengenali wajah, mengemudi, dan aktivitas visual lainnya.

Penderita degenerasi makula akan kehilangan penglihatan sentral secara bertahap, tetapi tetap mempertahankan penglihatan perifer atau samping. Degenerasi makula jarang menyebabkan kebutaan total.

1. Salah satu gangguan mata yang sering menyerang lansia

Degenerasi Makula: Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatanilustrasi lansia (pixabay.com/Alessandro Squassoni)

Dilansir American Macular Degeneration Foundation, faktor risiko terbesar dari degenerasi makula adalah usia. Risiko seseorang mengalaminya akan meningkat seiring penuaan.

Degenerasi makula umumnya dimulai pada usia 55 tahun ke atas. Mengutip laman BrightFocus, jumlah orang yang hidup dengan degenerasi makula diperkirakan mencapai 196 juta di seluruh dunia pada tahun 2020 dan meningkat menjadi 288 juta pada tahun 2040.

Menurut perkiraan dari National Eye Institute (NEI), orang yang berusia 50-an memiliki risiko sekitar 2 persen untuk mengembangkan degenerasi makula. Risiko akan meningkat secara drastis sebesar 30 persen ketika usianya di atas 75 tahun.

2. Jenis

Degenerasi Makula: Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatanilustrasi degenerasi makula (absorption.com)

Degenerasi makula bisa memengaruhi satu mata atau keduanya. Dilansir Iris Vision, degenerasi makula terbagi menjadi dua jenis, yaitu:

  • Degenerasi makula kering (non-neovaskular) atau AMD kering

Ini adalah jenis yang paling umum dan merupakan 90 persen dari total kasus degenerasi makula yang dilaporkan. Jenis ini mengakibatkan penipisan dan penuaan pada makula, sehingga membuat potongan-potongan kecil lemak dan protein (drusen) mulai menumpuk di bagian bawah retina.

Pada sebagian besar kasus AMD, kehilangan penglihatan jenis ini berlangsung lambat, tetapi ada kemungkinan jika nantinya berkembang menjadi bentuk yang cukup parah seperti AMD basah. Meski begitu, kasus AMD kering yang berkembang hingga tingkat legally blind (penglihatan 20/200) masih jarang terjadi.

  • Degenerasi makula basah (neovaskular) atau AMD basah

Jumlah kasus jenis ini hanya 10 persen dari seluruh kasus degenerasi makula yang dilaporkan. Namun, jumlah kasus kebutaan legal pada AMD basah jauh lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kering.

Baca Juga: Studi: Polusi Udara Tingkatkan Risiko Kerusakan Mata

3. Gejala

Degenerasi Makula: Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatanilustrasi penglihatan pada orang dengan degenerasi makula (rutnin.com)

Gejala yang muncul bisa berbeda-beda, tergantung jenis yang dimiliki. Pada AMD kering, gejala kemungkinan tidak akan muncul hingga 10 tahun sesudah munculnya penyakit. Bahkan, kadang gejala bisa lebih lama munculnya jika hanya satu mata yang terpengaruh.

Berikut ini gejala degenerasi makula yang perlu diwaspadai:

  • Kesulitan membaca di tempat yang kurang penerangan
  • Semakin sulit mengenali wajah orang
  • Penglihatan menjadi kabur saat membaca teks
  • Warna tampak pudar dari sebelumnya
  • Pemulihan fungsi visual menjadi lambat setelah terkena paparan cahaya terang
  • Penglihatan menjadi semakin kabur dan kurang jelas

Menurut NEI, gejala degenerasi makula kering dan basah tak ada bedanya seperti yang sudah disebutkan di atas. Namun, bisa juga ada gejala lain berupa:

  • Metamorphosia: merupakan fenomena garis lurus yang muncul bergelombang atau bengkok.
  • Scotoma tengah: penglihatan sentral mengalami titik buta, yang bisa membesar jika tidak segera ditangani.

Perkembangan gejala AMD basah jauh lebih cepat dibanding AMD kering.

4. Penyebab dan faktor risiko

Degenerasi Makula: Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatanilustrasi lansia (pixabay.com/pasja1000)

Penyebab pasti degenerasi makula tidak diketahui, tetapi telah dikaitkan dengan sejumlah faktor risiko. Ini termasuk memiliki kelebihan berat badan dan tekanan darah tinggi, merokok, dan memiliki riwayat keluarga dengan kondisi tersebut.

Selain usia, terdapat beberapa faktor risiko lain yang berkontribusi pada perkembangan kondisi ini, yakni:

  • Merokok: menurut penelitian, perokok memiliki risiko 2-3 kali lebih besar mengembangkan degenerasi makula dibanding dengan orang yang tidak merokok.
  • Asupan makanan: asupan makanan dapat memengaruhi perkembangan degenerasi makula dalam waktu yang lama. Contohnya yaitu tinggi konsumsi makanan yang diproses dan kurang makan sayur dan buah.
  • Obesitas: menurut penelitian, risiko berkembangnya degenerasi makula akan meningkat jadi dua kali lipat pada orang dengan obesitas.
  • Hipertensi: menurut penelitian dari NEI, kemungkinan risiko mengembangkan AMD basah meningkat menjadi 1,5 lipat pada penderita hipertensi.
  • Paparan sinar matahari: meskipun buktinya belum lengkap, tetapi paparan sinar matahari jangka panjang diyakini bisa berkontribusi pada perkembangan degenerasi makula akibat efek berbahaya dari sinar ultraviolet pada retina.

Faktor-faktor risiko di atas masih bisa dikendalikan atau dicegah. Namun, ada pula yang tidak bisa, seperti:

  • Jenis kelamin: dibanding laki-laki, perempuan berisiko lebih tinggi mengembangkan AMD.
  • Ras: menurut penelitian, ras Kaukasia disebut-sebut berisiko lebih tinggi mengembangkan kondisi mata ini dibanding ras Afrika-Amerika.
  • Warna iris: pemilik warna mata terang berisiko lebih tinggi mengembangkan AMD kering.
  • Genetika dan riwayat keluarga: seseorang yang memiliki orang tua, saudara kandung, atau keluarga dekat lainnya dengan degenerasi makula berisiko 3-4 kali lipat untuk mengembangkan kondisi yang sama.

5. Komplikasi yang bisa terjadi

Degenerasi Makula: Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatanilustrasi komplikasi degenerasi makula (pixabay.com/Free-Photos)

Seiring berkembangnya penyakit, degenerasi makula dapat menimbulkan berbagai macam komplikasi. Dilansir Healthline, komplikasi yang bisa timbul antara lain:

  • Tidak bisa melakukan tugas tertentu sendiri: seiring perkembangan penyakit, penderitanya akan kesulitan untuk melakukan beberapa aktivitas seperti mengemudi, membaca, dan menyelesaikan aktivitas-aktivitas lainnya.

  • Kecemasan dan depresi: kehilangan penglihatan membuat sekitar 30 persen penderita mengalami beberapa bentuk kecemasan atau depresi.

  • Halusinasi visual: diperkirakan sekitar 1 dari 10 penderita degenerasi makula mengalami halusinasi visual karena rangsangan penglihatannya rendah. Saat penglihatan menurun, maka otak kemungkinan mengimbanginya dengan membuat gambar atau halusinasi palsu.

6. Diagnosis

Degenerasi Makula: Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pemeriksaan mata (pixabay.com/Paul Diaconu)

Dalam proses diagnosis, dokter akan melakukan beberapa tes. Misalnya dengan menggunakan obat tetes mata khusus untuk melebarkan mata pasien, kemudian memeriksa bagian belakang mata pasien untuk melihat adanya cairan, darah, atau endapan kuning.

Selain itu, dokter juga akan memeriksa bidang penglihatan sentral pasien dengan meminta pasien untuk melihat kisi-kisi. Jika beberapa garis di kisi tampak memudar atau putus, kemungkinan itu adalah tanda degenerasi makula. Beberapa tes lainnya juga akan dilakukan dokter untuk memperkuat hasil diagnosis. Beberapa tes tersebut di antaranya:

  • Angiografi fluoresens: dokter akan menyuntikkan pewarna ke pembuluh darah pada lengan pasien untuk memeriksa pembuluh darah di mata pasien. Setelah itu, dokter akan menggunakan kamera khusus untuk memotret pasien. Dokter akan memeriksa gambar-gambar ini untuk mencari masalah dan juga perubahan pada pembuluh darah dan retina pasien.

  • Angiografi hijau indosianin: mirip angiografi fluoresens, dokter akan menyuntikkan pewarna hijau indosianin dan menggunakan tes ini untuk mengonfirmasi hasil tes angiografi fluoresens serta untuk mendiagnosis jenis AMD pasien.

  • Tomografi koherensi optik: melibatkan pengambilan gambar penampang retina, serta memeriksa pembengkakan, penebalan, atau penipisan. Sesudah pasien terdiagnosis AMD, dokter kemungkinan juga menggunakan tes ini untuk melihat bagaimana reaksi mata pasien pada perawatan yang diberikan.

7. Pengobatan

Degenerasi Makula: Gejala, Penyebab, Komplikasi, Pengobatanilustrasi pengobatan degenerasi makula (sharecare.com)

Meski degenerasi makula tidak ada obatnya, tetapi perawatan dapat menghambat perkembangan gejala atau memperbaiki penglihatan. Perawatannya sendiri disesuaikan dengan jenis AMD pasien.

Untuk pasien dengan AMD kering, dokter akan menyarankan untuk bekerja sama dengan spesialis rehabilitasi penglihatan rendah. Spesialis akan mengajarkan cara beradaptasi dan mengatasi kehilangan penglihatan.

Selain merujuk pasien ke spesialis rehabilitasi penglihatan rendah, dokter juga akan merekomendasikan operasi untuk membantu meningkatkan penglihatan. Selama operasi, ahli bedah mata akan menanamkan lensa teleskopik pada mata pasien untuk memperbesar bidang penglihatan.

Untuk perawatan jenis AMD basah, dokter juga akan merujuk pasien ke spesialis rehabilitasi penglihatan rendah. Selain itu, dokter juga mungkin akan memberikan obat langsung ke mata pasien, yang bertujuan untuk menghentikan pertumbuhan pembuluh darah yang baru.

Umumnya, dibutuhkan perawatan selama beberapa minggu agar pasien bisa melihat perbedaannya. Selain obat, dokter juga akan merekomendasikan beberapa terapi. Terapi yang akan bisa dilakukan mungkin termasuk:

  • Terapi fotodinamik: dokter akan menyuntikkan obat ke pembuluh darah pada salah satu lengan pasien, kemudian menggunakan laser khusus untuk menutup pembuluh darah yang bocor. Terapi ini bisa meningkatkan penglihatan pasien, tetapi membutuhkan lebih banyak perawatan.

  • Terapi fotokoagulasi: melibatkan penggunaan sinar laser yang berenergi tinggi untuk menghancurkan pembuluh darah yang tidak normal. Tujuannya adalah menghentikan pendarahan dan mengurangi kerusakan yang lebih parah pada makula. Namun, laser bisa menyebabkan jaringan parut dan meninggalkan titik buta pada mata pasien. Bahkan, meski  pengobatan sukses, pembuluh darah yang tidak normal bisa tumbuh kembali, sehingga pasien harus mencoba pengobatan lainnya.

Selain dua terapi di atas, ada pula pilihan perawatan lain untuk mengatasi degenerasi makula, yaitu suntikan ranibizumab dan aflibercept.

Studi yang dilakukan para peneliti di Rumah Sakit Mata Moorfields NHS Foundation Trust, Inggris, menemukan bahwa pasien AMD basah yang mendapat perawatan dengan suntikan ranibizumab dan aflibercept mengalami peningkatan penglihatan.

Penulis studi tersebut, Dr. Pearse Keane, berkomentar bahwa studi yang dilakukannya ini menunjukkan fakta bahwa pasien yang diobati dengan dua suntikan tersebut untuk AMD basah mencapai hasil visual yang baik, terutama pada pasien dengan usia yang lebih muda dan yang menerima banyak suntikan.

Itulah deretan fakta seputar degenerasi makula atau AMD, masalah penglihatan yang sering menyerang lansia. Jika ada riwayat penyakit tersebut dalam keluarga, atau mengalami gejala-gejala yang disebutkan di atas tadi, segera periksa ke dokter spesialis mata. Karena, perawatan sedini mungkin dapat mengurangi risiko komplikasi.

Kamu juga disarankan untuk melakukan pemeriksaan rutin ke dokter spesialis mata setidaknya setahun sekali. Selain dapat mendukung kesehatan mata, pemeriksaan tersebut adalah langkah deteksi dini penyakit pada mata. Bila memang ditemukan gejala tertentu, maka dokter bisa segera menanganinya.

Baca Juga: 7 Penyebab Diplopia, Gangguan Penglihatan Ganda pada Mata

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya