Kenapa Makan Junk Food Berlebihan Tingkatkan Risiko Kanker?

Obesitas adalah salah satu penyebabnya

Kanker adalah sekelompok besar penyakit yang bisa dimulai di hampir seluruh organ atau jaringan tubuh, yang terjadi saat sel abnormal tumbuh tak terkendali untuk menyerang bagian tubuh yang berdampingan dan/atau menyebar ke organ lain. Proses terakhir disebut metastasis (menyebar ke bagian tubuh lain), dan ini merupakan penyebab utama kematian akibat kanker.

Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), kanker merupakan penyebab utama kematian kedua secara global. Terhitung sekitar 9,6 juta kematian atau 1 dari 6 kematian pada tahun 2018. Kanker juga merupakan penyebab utama kematian pada anak-anak dan remaja. Setiap tahun diperkirakan 400.000 anak dan remaja usia 0–19 tahun mengidap kanker.

Sekitar 33 persen kematian karena kanker kemungkinan disebabkan oleh tembakau, alkohol, indeks massa tubuh (BMI) yang tinggi, konsumsi buah dan sayur yang rendah, dan aktivitas fisik yang kurang.

Kanker paru-paru, prostat, kolorektal, perut, dan hati, merupakan jenis kanker yang paling umum pada laki-laki, sedangkan kanker payudara, serviks, kanker kolorektal, paru-paru, dan tiroid adalah kanker yang paling umum di antara perempuan. 

Dilansir American Cancer Society, jenis kanker yang paling umum pada anak-anak yaitu leukemia, tumor otak dan sumsum tulang belakang, limfoma (termasuk Hodgkin dan non-Hodgkin), kanker tulang (seperti osteosarkoma dan sarkoma Ewing), neuroblastoma, retinoblastoma, dan tumor Wilms. 

Peneliti memperkirakan 5 hingga 12 persen dari seluruh kanker disebabkan oleh mutasi genetik bawaan yang tidak bisa dikendalikan. Lebih sering, kanker terjadi karena mutasi genetik yang didapat, yang terjadi sepanjang hidup seseorang, seperti mengutip Cleveland Clinic.

Peneliti telah mengidentifikasi beberapa faktor risiko yang bisa meningkatkan risiko kanker, tetapi ini masih bisa dikendalikan. Ini meliputi merokok, paparan racun di lingkungan (asbes, pestisida, dan radon), serta paparan ultraviolet (UV) dari matahari, terapi hormon, dan mengonsumsi makanan tinggi lemak atau tinggi gula, seperti junk food

Menurut sebuah studi dalam British Medical Journal (BMJ) tahun 2019, kemungkinan ada hubungan antara makanan ultra proses dan kanker. Studi ini mendefinisikan makanan ultra proses sebagai makanan yang kekurangan vitamin dan serat, tetapi mengandung kadar gula, lemak, dan garam yang tinggi. 

Dilansir CNN, seseorang yang makan junk food paling banyak menunjukkan risiko lebih tinggi terkena kanker kolorektal, saluran pernapasan (seperti kanker mulut, lidah, hidung, hingga kanker tenggorokan), dan kanker perut. 

Nah, jika memang mengonsumsi junk food berlebihan bisa meningkatkan risiko kanker, mengapa hal itu bisa terjadi? Yuk, simak penjelasannya berikut ini!

1. Bagaimana kanker bisa terjadi?

Kenapa Makan Junk Food Berlebihan Tingkatkan Risiko Kanker?ilustrasi sel kanker (freepik.com/kjpargeter)

Kanker disebabkan oleh perubahan (mutasi) pada DNA di dalam sel. DNA di dalam sel dikemas ke dalam sejumlah besar gen individu, yang masing-masing berisi serangkaian perintah yang memberi tahu sel tentang fungsi apa yang harus dilakukan, serta cara tumbuh dan membelah.

Kesalahan dalam instruksi bisa mengakibatkan sel menghentikan fungsi normalnya dan memungkinkan sel menjadi kanker. Dilansir Mayo Clinic, mutasi gen bisa terjadi karena beberapa sebab, yaitu:

  • Mutasi gen yang dimiliki sejak lahir: Seseorang kemungkinan dilahirkan dengan mutasi genetik yang diwarisi dari orang tuanya. Jenis mutasi ini menyumbang sebagian kecil kanker.
  • Mutasi gen yang terjadi sesudah lahir: Sebagian besar mutasi gen terjadi sesudah lahir dan tidak diwariskan. Sejumlah faktor bisa mengakibatkan mutasi gen, seperti merokok, radiasi, virus, bahan kimia penyebab kanker (karsinogen), obesitas, peradangan kronis, dan kurang berolahraga.

Mutasi gen sering terjadi selama pertumbuhan sel normal. Namun, sel mengandung mekanisme yang mengenali ketika terjadi kesalahan dan memperbaiki kesalahan tersebut. Namun, terkadang kesalahan terlewatkan, dan itu dapat mengakibatkan sel menjadi kanker.

Faktor risiko tertentu bisa meningkatkan peluang kita terkena kanker. Faktor risiko ini bisa meliputi:

  • Penggunaan tembakau.
  • Konsumsi alkohol yang tinggi.
  • Pola makan yang tidak sehat, ditandai dengan daging merah dan olahan, minuman manis dan camilan asin, makanan bertepung dan karbohidrat olahan termasuk gula dan biji-bijian olahan, menurut ulasan ilmiah tahun 2017.
  • Kurangnya aktivitas fisik.
  • Paparan polusi udara.
  • Paparan radiasi.
  • Paparan sinar UV yang tidak terlindungi, seperti sinar matahari.
  • Infeksi oleh virus tertentu, mencakup H. pylori, human papillomavirus (HPV), hepatitis B, hepatitis C, HIV, dan virus Epstein-Barr, yang mengakibatkan infeksi mononukleosis.

Risiko kanker juga meningkat seiring bertambahnya usia. Secara umum, risiko meningkat hingga usia 70 hingga 80 tahun, dan kemudian berkurang, menurut keterangan dari National Cancer Institute. Menurut ulasan tahun 2020, ini kemungkinan hasil dari:

  • Mekanisme perbaikan sel yang kurang efektif seiring penuaan.
  • Penumpukan faktor risiko selama hidup.
  • Durasi paparan karsinogen.

Beberapa kondisi kesehatan yang mengakibatkan peradangan juga bisa meningkatkan risiko kanker. Ini termasuk kolitis ulseratif, penyakit radang usus kronis.

Tidak seperti pada orang dewasa, kanker pada anak-anak sebagian besar tidak diketahui penyebabnya. Banyak penelitian telah berusaha untuk mengidentifikasi kanker pada anak, tetapi sangat sedikit kanker pada anak yang disebabkan oleh faktor lingkungan atau gaya hidup.

Oleh sebab itu, upaya pencegahan kanker pada anak-anak, harus fokus pada perilaku yang akan mencegah anak untuk mengembangkan kanker, yang bisa dicegah ketika dewasa.

Menurut WHO, beberapa infeksi kronis seperti HIV, virus Epstein-Barr, dan malaria, merupakan faktor risiko kanker pada anak. Infeksi-infeksi kronis tersebut sangat relevan terjadi di negara dengan penghasilan rendah dan menengah.

Data saat ini menunjukkan bahwa sekitar 10 persen dari seluruh anak-anak dengan kanker mempunyai predisposisi karena faktor genetik. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengidentifikasi perkembangan kanker pada anak-anak.

Namun, infeksi lain juga bisa meningkatkan risiko anak terkena kanker ketika dewasa. Jadi, penting untuk divaksinasi hepatitis B untuk mencegah kanker hati dan vaksin HPV untuk mencegah kanker serviks dan penyakit lainnya yang terkait HPV. Selain itu, penting untuk mengejar metode lain seperti deteksi dini dan pengobatan infeksi kronis yang bisa menyebabkan kanker.

2. Mengapa konsumsi junk food berlebihan bisa meningkatkan risiko kanker?

Kenapa Makan Junk Food Berlebihan Tingkatkan Risiko Kanker?ilustrasi makan makanan junkfood (freepik.com/DCStudio)

Sering mengonsumsi junk food, yang oleh para ilmuwah sering disebut sebagai makanan ultra proses, bisa meningkatkan risiko kanker di setiap gigitannya, mengutip laman Study Finds. Para peneliti bahkan berpendapat bahwa junk food bisa meningkatkan risiko kematian karena kanker, terutama di kalangan perempuan.

Menurut sebuah studi dalam jurnal The Lancet pada Januari 2023, peningkatan konsumsi makanan ultra proses sebesar 10 persen meningkatkan risiko kanker sebesar 2 persen, kanker ovarium sebesar 19 persen, dan kemungkinan kematian akibat penyakit tersebut bisa meningkat sebesar 6 persen. Studi tersebut juga menunjukkan bahwa makan terlalu banyak junk food memiliki kaitan dengan peningkatan risiko kematian akibat kanker, terutama kanker ovarium dan kanker payudara.

Dalam sebuah penelitian dalam jurnal PLOS Medicine, para peneliti melaporkan bahwa orang yang paling banyak makan junk food, menunjukkan risiko lebih tinggi terkena kanker perut, kolorektal, dan kanker yang menyerang saluran pernapasan.

Selain itu, studi baru juga memperingatkan bahwa makanan junk food umumnya tinggi garam, lemak, gula, dan mengandung aditif buatan, yang juga bisa menyebabkan obesitas, diabetes tipe 2, dan penyakit kardiovaskular. Perlu diketahui bahwa obesitas merupakan salah satu faktor risiko kanker. 

Dilansir Centers for Disease Control and Prevention (CDC), risiko kanker meningkat dengan makin besar kelebihan berat badan dan makin lama seseorang mengalami kelebihan berat badan. 

Lemak ekstra dalam tubuh aktif dan mengirimkan sinyal ke seluruh tubuh. Sinyal-sinyal ini bisa memberi tahu sel-sel dalam tubuh untuk membelah dengan lebih cepat, yang mana ini dapat menyebabkan kanker. Sinyal yang dikeluarkan lemak bisa memengaruhi:

  • Hormon pertumbuhan: Terlalu banyak lemak tubuh bisa mengakibatkan kadar hormon pertumbuhan meningkat, yang memberi tahu sel untuk membelah lebih sering. Ini meningkatkan kemungkinan sel kanker akan berkembang.
  • Peradangan: Sel kekebalan pergi ke bagian tubuh di mana terdapat banyak sel lemak. Ini bisa mengakibatkan sel membelah dengan lebih cepat. Seiring waktu, ini bisa meningkatkan risiko kanker.
  • Hormon seks: Sesudah menopause, sel-sel lemak menghasilkan hormon estrogen. Hormon ini membuat sel-sel di rahim dan payudara membelah lebih sering, sehingga bisa meningkatkan risiko kanker.

Itu merupakan cara utama kelebihan lemak tubuh bisa menyebabkan kanker yang telah diidentifikasi oleh para ilmuwan. Namun, penelitian terus dilakukan untuk mengetahuinya lebih lanjut.

Penelitian telah menunjukkan bahwa kelebihan berat badan dan obesitas menyebabkan 13 jenis kanker. Ini termasuk:

  • Payudara dan usus (dua jenis kanker yang paling umum).
  • Pankreas, esofagus, dan kandung empedu (tiga kanker yang paling sulit diobati).
  • Rahim dan ovarium.
  • Ginjal, hati, dan perut bagian atas.
  • Myeloma (sejenis kanker darah).
  • Meningioma (sejenis tumor otak).
  • Tiroid.

Ini tidak berarti bahwa setiap orang yang kelebihan berat badan akan terkena kanker, hanya saja risikonya yang lebih tinggi daripada orang-orang yang tidak kelebihan berat badan.

3. Apa saja gejala kanker yang perlu diwaspadai?

Kenapa Makan Junk Food Berlebihan Tingkatkan Risiko Kanker?ilustrasi gejala kanker (freepik.com/jcomp)

Tanda dan gejala yang ditimbulkan dari kanker akan bervariasi, tergantung bagian tubuh mana yang terkena. Beberapa tanda dan gejala umum yang terkait dengan kanker, tetapi tidak spesifik, meliputi:

  • Kelelahan.
  • Benjolan atau area penebalan yang bisa dirasakan di bawah kulit.
  • Perubahan berat badan, termasuk kehilangan atau penambahan yang tidak diinginkan.
  • Perubahan kebiasaan buang air besar atau berkemih.
  • Batuk terus-menerus atau kesulitan bernapas.
  • Kesulitan menelan.
  • Suara serak.
  • Gangguan pencernaan atau ketidaknyamanan yang terus-menerus sesudah makan.
  • Nyeri otot atau sendi yang terus-menerus dan tidak bisa dijelaskan.
  • Demam atau keringat malam yang terus-menerus dan tidak bisa dijelaskan.
  • Pendarahan atau memar yang tidak bisa dijelaskan.
  • Perubahan kulit, seperti kulit menguning, menggelap atau kemerahan, luka yang tidak kunjung sembuh, atau perubahan pada tahi lalat yang sudah ada.

Gejala kanker pada anak, dapat sangat mirip dengan penyakit anak lainnya. Segera temui dokter anak, jika anak anda memiliki salah satu dari gejala berikut:

  • Tidak bisa buang air kecil atau memiliki darah di kencing mereka.
  • Benjolan yang tidak bisa dijelaskan, pembengkakan di bagian tubuh mana saja.
  • Sakit perut atau bengkak yang tidak kunjung sembuh.
  • Nyeri punggung atau tulang yang tidak kunjung sembuh, atau nyeri yang membuat anak terbangun di malam hari.
  • Kejang yang tidak bisa dijelaskan atau perubahan perilaku dan suasana hati mereka.
  • Sakit kepala yang tidak kunjung sembuh.
  • Memar yang sering atau tidak bisa dijelaskan, atau ruam bintik merah atau ungu kecil yang tidak bisa dijelaskan.
  • Pucat yang tidak biasa.
  • Merasa lelah sepanjang waktu.
  • Sering mengalami infeksi atau gejala mirip flu.
  • Muntah yang tidak bisa dijelaskan (sakit).
  • Suhu tinggi (demam) atau berkeringat yang tidak bisa dijelaskan.
  • Merasa sesak napas.
  • Perubahan penampilan mata atau pantulan mata yang tidak biasa di foto.

Baca Juga: [CEK FAKTA] Tes Swab COVID-19 Bisa Picu Kanker Mulut?

4. Apa saja pilihan pengobatan untuk kanker?

Kenapa Makan Junk Food Berlebihan Tingkatkan Risiko Kanker?ilustrasi dirawat di rumah sakit (freepik.com/pikisuperstar)

Dokter biasanya meresepkan perawatan berdasarkan jenis kanker, stadium, dan kesehatan pasien secara keseluruhan. Berikut pilihan pengobatan untuk pasien dengan kanker:

  • Kemoterapi: Bertujuan untuk membunuh sel kanker dengan obat yang menargetkan sel yang membelah dengan cepat. Obat-obatan juga bisa membantu mengecilkan tumor, tetapi efek sampingnya bisa sangat parah.
  • Terapi hormon: Ini melibatkan obat yang mengubah cara kerja hormon tertentu atau mengganggu kemampuan tubuh untuk memproduksinya. Saat hormon memainkan peran penting, seperti kanker payudara dan kanker prostat, ini merupakan pengobatan yang umum.
  • Imunoterapi: Menggunakan obat-obatan dan perawatan lain untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan mendorongnya untuk melawan sel kanker.
  • Obat presisi atau obat yang dipersonalisasi: Ini merupakan pengobatan yang lebih baru dan berkembang. Ini melibatkan pengujian genetik untuk menentukan perawatan terbaik untuk presentasi kanker tertentu pasien. Namun, para peneliti belum menunjukkan bahwa ini bisa efektif mengobati semua jenis kanker.
  • Terapi radiasi: Menggunakan radiasi dosis tinggi untuk membunuh sel kanker. Dokter juga bisa merekomendasikan penggunaan terapi radiasi untuk mengecilkan tumor sebelum operasi atau mengurangi gejala terkait tumor.
  • Transplantasi sel punca: Ini bisa sangat bermanfaat bagi pasien kanker darah, seperti leukemia atau limfoma. Ini melibatkan pengangkatan sel, seperti sel darah merah atau putih, yang telah dihancurkan oleh kemoterapi atau radiasi. Teknisi lab kemudian memperkuat sel dan memasukkannya kembali ke dalam tubuh.
  • Operasi: Operasi sering kali menjadi bagian dari rencana perawatan saat pasien mempunyai tumor kanker. Selain itu, ahli bedah bisa mengangkat kelenjar getah bening untuk mengurangi atau mencegah penyebaran penyakit.
  • Terapi yang ditargetkan: Terapi yang ditargetkan melakukan fungsi dalam sel kanker untuk mencegahnya berkembang biak. Terapi ini juga bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh.

Dokter biasanya sering menggunakan lebih dari satu jenis pengobatan untuk memaksimalkan efektivitas.

5. Apakah kanker bisa disembuhkan?

Kenapa Makan Junk Food Berlebihan Tingkatkan Risiko Kanker?ilustrasi dirawat di rumah sakit (freepik.com/rawpixel.com)

Saat ini, makin banyak pasien kanker yang sembuh atau hidup lebih lama dengan penyakit kronis ini. Secara umum, pasien kanker yang didiagnosis dan diobati sebelum kanker menyebar memiliki prognosis yang baik. Namun, prognosis antar pasien kanker berbeda-beda, tergantung dari beberapa faktor berikut:

  • Kondisi kesehatan secara keseluruhan.
  • Jenis kanker yang dimiliki.
  • Stadium kanker.
  • Bagaimana pasien kanker merespons pengobatan.

Seperti halnya prognosis, tingkat kelangsungan hidup pasien kanker bervariasi, tergantung jenis, stadium, dan pengobatan kanker. Menurut data terbaru dari National Cancer Institute, 68 persen pasien dengan jenis kanker apa pun masih bisa hidup 5 tahun sesudah didiagnosis.

Oleh sebab itu, deteksi dini sangat penting agar bisa meningkatkan efektivitas pengobatan dan menurunkan angka kematian. Skrining kanker bisa membantu mendeteksi tanda-tanda kanker sejak dini. Dilansir Healthline, beberapa skrining kanker umum bisa mendeteksi:

  • Kanker serviks dan kanker prostat: Beberapa pemeriksaan seperti untuk kanker serviks dan kanker prostat, bisa dilakukan sebagai bagian dari pemeriksaan rutin.
  • Kanker paru-paru: Skrining untuk kanker paru-paru bisa dilakukan secara teratur bagi mereka yang mempunyai faktor risiko tertentu.
  • Kanker kulit: Skrining kanker kulit bisa dilakukan oleh dokter kulit jika pasien mempunyai masalah kulit atau berisiko terkena kanker kulit.
  • Kanker kolorektal: American Cancer Society merekomendasikan pemeriksaan rutin untuk kanker kolorektal yang dimulai pada usia 45 ahun. Pemeriksaan ini biasanya dilakukan selama kolonoskopi. Kit pengujian di rumah juga bisa mendeteksi kanker kolorektal, menurut kajian penelitian tahun 2017.
  • Kanker payudara: Mamografi untuk menguji kanker payudara direkomendasikan untuk perempuan yang berusia 45 tahun dan lebih tua. Namun, seseorang bisa memilih untuk memulai skrining pada usia 40 tahun. Pada orang dengan risiko tinggi, skrining kemungkinan direkomendasikan lebih awal.

Kanker pada anak-anak umumnya tidak bisa dicegah atau diidentifikasi melalui skrining. Strategi yang paling efektif untuk mengurangi risiko kanker pada anak-anak dan meningkatkan hasil yang positif adalah dengan diagnosis yang cepat dan benar, diikuti dengan terapi berbasis bukti yang efektif, dengan perawatan suportif yang disediakan.

Untuk kemungkinan anak bisa bertahan dari kanker, ini tergantung negara tempat anak tersebut tinggal. Di negara berpenghasilan tinggi, lebih dari 80 persen anak dengan kanker bisa disembuhkan. Namun, di negara berpenghasilan rendah dan menengah, kurang dari 30 persen anak dengan kanker bisa sembuh.

Alasan tingkat kelangsungan hidup yang lebih rendah di negara berpenghasilan rendah dan menengah meliputi:

  • Keterlambatan diagnosis.
  • Ketidakmampuan untuk mendapat diagnosis yang akurat.
  • Terapi yang tidak bisa diakses.
  • Pengabaian pengobatan.
  • Kematian akibat toksisitas (efek samping).
  • Kekambuhan yang bisa dihindari.

6. Bagaimana cara mencegah kanker?

Kenapa Makan Junk Food Berlebihan Tingkatkan Risiko Kanker?ilustrasi berolahraga (freepik.com/Drazen Zigic)

Dokter telah mengidentifikasi beberapa cara untuk menurunkan risiko kanker. Ini meliputi:

  • Batasi konsumsi junk food: Junk food boleh dimakan sesekali, tetapi tidak boleh lebih dari 10 persen dari asupan energi harian. Sisa 90 persen makanan yang dimakan harus dari pola makan seimbang. Selain itu, sebaiknya pilih roti gandum, pasta, dan sereal seperti oat, dan barli sebagai pengganti makanan yang terbuat dari tepung olahan seperti roti putih, pasta, dan sereal sarapan rendah serat.
  • Berhenti merokok: Jika kamu merokok, berhentilah. Jika tidak merokok, jangan pernah memulainya. Sebab, merokok dihubungkan dengan beberapa jenis kanker. Berhenti merokok sekarang akan bisa mengurangi risiko kanker di masa depan.
  • Hindari paparan sinar matahari  yang berlebihan: Sinar UV yang berbahaya dari matahari bisa meningkatkan risiko kanker kulit. Sebaiknya batasi paparan sinar matahari dengan tetap berada di tempat teduh, menggunakan pakaian pelindung, dan pakai tabir surya.
  • Olahraga hampir setiap hari dalam seminggu: Olahraga teratur dihubungkan dengan risiko kanker yang lebih rendah. Sebaiknya berolahraga secara teratur, mulailah dengan perlahan. Olahraga setidaknya 30 menit atau lebih.
  • Mempertahankan berat badan yang sehat: Kelebihan berat badan atau obesitas bisa meningkatkan risiko kanker. Berusahalah untuk mencapai dan mempertahankan berat badan yang sehat melalui kombinasi diet sehat dan olahraga teratur.
  • Batasi minum alkohol: Jika kamu minum alkohol, minumlah secukupnya saja. Sebab, alkohol diklasifikasikan sebagai karsinogen grup 1, yang berarti bahwa ada cukup bukti jika karsinogenitas pada manusia. Bentuk kanker yang berhubungan dengan konsumsi alkohol yaitu kanker mulut, kerongkongan, payudara, hati, lambung, dan usus. Takaran minum alkohol yang aman yaitu satu gelas sehari untuk perempuan dan dua gelas sehari untuk pria (untuk orang dewasa yang sehat).
  • Menjadwalkan pemeriksaan skrining kanker: Bicarakan dengan dokter tentang jenis pemeriksaan skrining kanker apa yang terbaik untukmu berdasarkan faktor risiko yang kamu miliki.
  • Tanyakan kepada dokter tentang imunisasi: Virus tertentu bisa meningkatkan risiko kanker. Imunisasi bisa membantu mencegah virus tersebut, termasuk vaksin hepatitis B, yang bisa menurunkan risiko kanker hati, dan vaksin HPV, yang bisa menurunkan risiko kanker serviks, dan penyakit lainnya yang terkait HPV. Tanyakan kepada dokter apakah imunisasi terhadap virus-virus tersebut cocok untukmu.

Perbaikan dalam deteksi kanker, peningkatan kesadaran akan risiko merokok dan penurunan penggunaan tembakau, membatasi mengonsumsi junk food dan mengonsumsi makanan yang lebih sehat bisa berkontribusi pada penurunan jumlah diagnosis dan kematian akibat kanker dari tahun ke tahun.

Baca Juga: Setiap Jam, 1–2 Orang di Indonesia Meninggal akibat Kanker Serviks

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya