Multiple Sclerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Penyakit neurologis yang bisa menyebabkan kelumpuhan

Multiple sclerosis adalah penyakit pada sistem saraf pusat yang memengaruhi otak dan sumsum tulang belakang. Penyakit neurologis ini bisa menyebabkan kecacatan ringan hingga berat.

Beberapa pasien dengan tingkat penyakit yang parah dapat kehilangan kemampuannya untuk berjalan, sementara pasien lainnya kemungkinan mengalami remisi dalam waktu lama tanpa disertai gejala baru.

Menurut laporan dalam Multiple Sclerosis Journal tahun 2020, perkiraan jumlah orang dengan multiple sclerosis telah meningkat menjadi 2,8 juta pada tahun 2020. Ketika menerapkan metodologi yang sama seperti pada tahun 2013, perkiraan tersebut 30 persen lebih tinggi dari tahun 2013. Prevalensi global tahun 2020 adalah 35,9 per 100.000 orang.

Untuk mewaspadai kemunculan penyakit neurologis yang bisa menyebabkan disabilitas fisik ini, berikut ini fakta-fakta seputar multiple sclerosis yang perlu kamu ketahui.

1. Penyebab multiple sclerosis

Multiple Sclerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi multiple sclerosis (picpedia.org)

Menurut keterangan dari National Health Service (NHS), multiple sclerosis (MS) merupakan penyakit autoimun yang terjadi karena terdapat masalah pada sistem kekebalan tubuh yang keliru menyerang bagian tubuh yang sehat, yaitu otak atau sumsum tulang belakang dari sistem saraf.

Pada MS, sistem kekebalan tubuh menyerang selubung mielin, yaitu lapisan yang mengelilingi dan melindungi saraf, sehingga merusak dan melukai selubung dan berpotensi pada saraf yang mendasarinya. Itu artinya, pesan yang berjalan di sepanjang saraf jadi terganggu.

2. Faktor risiko multiple sclerosis

Multiple Sclerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanpexels.com/Andrea Piacquadio

Masih belum diketahui secara pasti penyebab sistem kekebalan menyerang selubung mielin. Namun, tampaknya sebagian kasus disebabkan oleh gen yang diwarisi dari orang tua dan sebagian lagi berasal dari faktor luar yang bisa memicu perkembangan MS.

Beberapa faktor yang diduga bisa memicu MS di antaranya adalah:

  • Genetik: meski MS tidak diturunkan secara langsung, tetapi seseorang yang memiliki anggota keluarga dengan riwayat penyakit kronis ini lebih mungkin untuk mengembangkannya di kemudian hari. Kemungkinan saudara atau anak dari seseorang yang memiliki MS bisa mengalami penyakit tersebut dengan perkiraan risiko sebesar 2-3 persen.

  • Kurangnya paparan sinar matahari dan vitamin D: MS umumnya terjadi di negara-negara yang jauh dari garis khatulistiwa. Artinya, kurangnya sinar matahari dan kadar vitamin D yang rendah mungkin bisa berkontribusi, meski tidak jelas apakah suplemen vitamin D bisa atau tidak membantu mencegah MS. 

  • Merokok: perokok memiliki risiko dua kali lipat mengembangkan MS dibandingkan dengan orang yang tidak merokok.

  • Obesitas remaja: seseorang yang mengalami obesitas selama masa remajanya berisiko lebih tinggi menderita MS.

  • Infeksi virus: virus Epstein-Barr (penyebab demam kelenjar), bisa memicu sistem kekebalan yang menyebabkan MS pada beberapa orang.

  • Perempuan: kaum hawa berisiko 2-3 kali lebih besar mengembangkan penyakit autoimun ini dibandingkan laki-laki, meski alasannya belum diketahui pasti.

Penyakit ini bisa terjadi pada semua usia. Namun, jumlah kasusnya lebih banyak ditemukan pada usia 20-40 tahun dan cenderung lebih parah dan melemahkan pada laki-laki dan orang dewasa yang lebih tua.

Baca Juga: 6 Hal yang Memperburuk Multiple Sclerosis dan Cara Menghindarinya

3. Jenis-jenis multiple sclerosis

Multiple Sclerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi pasien multiple sclerosis menggunakan tongkat berjalan (pexels.com/Pixabay)

Dilansir Healthline, multiple sclerosis terbagi menjadi empat jenis, yaitu:

  • Sindrom klinis terisolasi (clinically isolated syndrome): ini merupakan kondisi pra-MS yang melibatkan satu episode gejala yang terjadi selama 24 jam. Gejala dipicu oleh demielinasi di sistem saraf pusat penderitanya. Meski episodenya adalah ciri MS, tetapi ini belum cukup untuk diagnosis penyakit. Jika terdapat lebih dari satu lesi atau pita oligoklonal positif (OCB) pada cairan tulang belakang penderitanya saat spinal tap, maka kemungkinan besar penderitanya akan menerima diagnosis relapsing-remitting multiple sclerosis. Namun, jika lesi tidak ada atau cairan tulang belakang tidak menunjukkan OCB, maka penderitanya cenderung tidak menerima diagnosis MS.

  • Relapsing-remitting multiple sclerosis (RRMS): melibatkan kekambuhan aktivitas penyakit yang jelas diikuti dengan remisi. Selama periode remisi berlangsung, gejala yang muncul ringan atau bahkan tidak ada, serta tidak ada perkembangan pada MS. RRMS merupakan jenis MS yang paling umum dan terjadi sekitar 85 persen dari seluruh kasus MS yang ada.

  • MS progresif primer (PPMS): fungsi neurologis penderita PPSM semakin memburuk ketika gejala muncul. Namun, stabilitas jangka pendek bisa terjadi. Istilah "aktif" dan "tidak aktif" digunakan untuk mendeskripsikan aktivitas penyakit dengan lesi otak yang baru atau meningkat.

  • MS progresif sekunder (SPMS): SPMS terjadi saat RRMS bertransisi menjadi bentuk progresif. Penderita MS jenis ini kemungkinan masih mengalami kekambuhan yang nyata selain kecacatan atau fungsi yang memburuk secara bertahap.

MS bisa berubah dan berkembang, misalnya seperti dari RRMS beralih ke SPMS. Seseorang hanya bisa memiliki satu jenis MS dalam satu waktu. Namun, sulit untuk mengetahui waktu peralihan ke jenis MS lainnya.

4. Gejala multiple sclerosis yang perlu diwaspadai

Multiple Sclerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan PengobatanKelelahan merupakan salah satu gejala multiple sclerosis yang paling umum. (medicalnewstoday.com)

Gejala MS berbeda-beda pada setiap individu. Selain itu, gejala bisa berubah keparahannya dari waktu ke waktu. Dua gejala paling umum dari MS adalah kelelahan dan kesulitan berjalan.

Sekitar 80 persen penderita MS akan mengalami kelelahan. Kelelahan yang terjadi bisa melemahkan, dapat memengaruhi kemampuan penderitanya untuk bekerja dan melakukan aktivitas sehari-hari.

Kesulitan berjalan yang dialami bisa terjadi karena beberapa alasan, yaitu meliputi kejang otot, gangguan penglihatan, gangguan keseimbangan, kelemahan otot, serta mati rasa pada tungkai atau kaki.

Selain itu, terdapat beberapa gejala lainnya yang cukup umum, di antaranya:

  • Nyeri akut atau kronis
  • Gemetar
  • Masalah kognitif yang melibatkan konsentrasi, memori, dan menemukan kata-kata
  • Gangguan bicara

5. Komplikasi yang bisa terjadi

Multiple Sclerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi pasien multiple sclerosis (braincenter.org)

Kondisi MS yang memburuk bisa menimbulkan berbagai macam komplikasi. Seperti dipaparkan di laman Mayo Clinic, komplikasi yang bisa terjadi antara lain:

  • Kekakuan otot atau kejang
  • Masalah dengan kandung kemih, usus, atau fungsi seksual
  • Kelumpuhan, biasanya pada kaki
  • Perubahan mental seperti kelupaan atau perubahan suasana hati
  • Depresi
  • Epilepsi

Menurut sebuah laporan dalam jurnal Clinical Medicine & Research, MS merupakan penyakit neurologis yang sering menyebabkan kelumpuhan pada usia muda. Sekitar 10-15 persen pasien hanya mengalami serangan langka dan kecacatan minimal 10 tahun sesudah terdiagnosis, dan ini biasanya terjadi bila pasien tidak dalam masa pengobatan.

6. Diagnosis multiple sclerosis

Multiple Sclerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi diagnosis multiple sclerosis (medicalnewstoday.com)

Diagnosis MS cukup sulit karena penyakit ini memiliki banyak gejala yang mirip dengan penyakit lainnya. Dalam proses diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan neurologis, menanyakan riwayat kesehatan pasien, serta melakukan serangkaian tes untuk menegakkan diagnosis.

Uji diagnostik yang mungkin akan dilakukan di antaranya:

  • Pemindaian magnetic resonance imaging (MRI): untuk mendeteksi lesi aktif dan tidak aktif di seluruh otak dan sumsum tulang belakang.
  • Tomografi koherensi optik (OCT): tes yang mengambil gambar lapisan saraf pada bagian belakang mata pasien dan bisa menilai penipisan saraf optik.
  • Tap tulang belakang (pungsi lumbal): untuk bisa menemukan kelainan pada cairan tulang belakang pasien. Tes ini bisa membantu menyingkirkan kemungkinan penyakit menular serta bisa digunakan untuk mencari oligoclonal band (OCB) yang bisa digunakan untuk diagnosis awal MS.
  • Tes darah: dilakukan untuk membantu menyingkirkan kemungkinan kondisi lain dengan gejala yang serupa.
  • Tes visual evoked potential (VEP): tes ini membutuhkan stimulasi jalur saraf untuk menganalisis aktivitas listrik pada otak pasien. Tes potensial pendengaran batang otak dan sesnsorik dulunya juga digunakan untuk mendiagnosis MS.

Diagnosis MS memerlukan bukti demielinasi yang terjadi di waktu yang berbeda pada lebih dari satu area otak, sumsum tulang belakang, atau saraf optik. Selain itu, diagnosis juga perlu mengesampingkan penyakit lain yang memiliki gejala serupa dengan MS, seperti penyakit Lyme, lupus, dan sindrom Sjögren.

7. Pengobatan multiple scelerosis

Multiple Sclerosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi terapi fisik pada pasien multiple sclerosis (advancedneurorehab.com.au)

Hingga saat ini tidak ada pengobatan untuk menyembuhkan MS. Namun, perawatan bisa mempercepat proses pemulihan dari serangan, mengendalikan gejala, dan menghambat perkembangan penyakit. Beberapa perawatan MS antara lain:

  • Terapi modifikasi penyakit (DMT): sebagian besar obat dari terapi ini dirancang untuk menurunkan frekuensi dan beratnya kekambuhan, serta untuk memperlambat perkembangan MS yang kambuh. Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) hanya menyetujui satu  DMT untuk mengatasi PPMS dan tidak ada yang disetujui untuk mengatasi SPMS. DMT terdiri dari suntikan, obat oral, dan infus.

  • Mengobati flare-up: flare-up bisa diobati dengan kortikosteroid oral atau intravena, seperti prednisone dan methylprednisolone. Obat ini bisa membantu mengurangi peradangan. Efek samping obat ini yaitu peningkatan tekanan darah, retensi cairan, dan perubahan suasana hati. Jika gejala yang muncul parah dan tidak merespons steroid, pertukaran plasma (plasmapheresis) merupakan pilihan. Dalam prosedur ini, bagian cairan darah pasien akan dipisahkan dari sel darah, kemudian dicampurkan dengan larutan protein (albumin) dan dikembalikan ke tubuh pasien.

  • Mengobati gejala: berbagai jenis obat bisa digunakan untuk mengobati gejala individu. Gejala-gejala tersebut meliputi kelelahan, rasa nyeri, disfungsi seksual, disfungsi kandung kemih atau usus, dan kekakuan otot serta kejang.

Terapi fisik dan olahraga juga bisa meningkatkan kekuatan, kelenturan, dan masalah saat berjalan. Terapi pelengkap seperti pijat, meditasi, dan yoga bisa membantu mengurangi stres dan membuat tubuh lebih relaks.

Menurut keterangan dari National Center for Complementary and Integrative, yoga, taici, dan pijat refleksi merupakan terapi yang aman yang bisa membantu meringankan beberapa gejala pada pasien MS.

Itulah informasi seputar multiple sclerosis, penyakit neurologis yang bisa menyebabkan kelumpuhan. Kualitas hidup pasien akan tergantung pada gejala dan seberapa baik pasien dalam merespons pengobatan.

Penyakit neurologis ini jarang berakibat fatal. Akan tetapi, penyakit ini tidak bisa diprediksi bila berkembang tanpa peringatan. Oleh karena itu, bila mengalami gejala yang disebut di atas dan punya faktor risikonya, periksalah ke dokter. Makin cepat penyakit terdeteksi dan mendapat perawatan, maka makin besar pula harapan hidup pasien agar terhindar dari komplikasi berbahaya.

Baca Juga: Waspada, 5 Jenis Penyakit Autoimun Ini Sering Gak Disadari

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya