Pneumokoniosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

9 persen penambang batu bara Indonesia idap pneumokoniosis

Pneumoconiosis atau pneumokoniosis adalah salah satu dari sekelompok penyakit paru-paru interstisial yang disebabkan oleh menghirup jenis partikel debu tertentu yang merusak paru-paru. Karena debu ini mungkin hanya ditemukan di tempat kerja, maka pneumokoniosis juga disebut sebagai penyakit paru-paru akibat kerja (occupational lung disease).

Pneumokoniosis biasanya butuh waktu bertahun-tahun untuk berkembang. Karena paru-paru tidak dapat menghilangkan semua partikel debu ini, mereka menyebabkan peradangan di paru-paru, yang pada akhirnya dapat menyebabkan jaringan parut.

Data dari International Labor Organization (ILO) menunjukkan bahwa setiap tahun terdapat sekitar 2,3 orang di dunia yang meninggal akibat kerja, baik karena penyakit akibat kerja maupun kecelakaan kerja. Angka tersebut didominasi oleh penyakit akibat kerja, yaitu 2,02 juta kasus meninggal. ILO juga menyatakan bahwa pneumokoniosis merupakan penyakit akibat kerja yang paling banyak diderita oleh pekerja. 

Menurut data ILO tahun 2013, sebanyak 30 persen hingga 50 persen pekerja di negara berkembang menderita pneumokoniosis. Indonesia adalah negara berkembang yang salah satu sektor penopang ekonominya adalah sektor industri, yaitu industri pertambangan. Menurut penelitian, sekitar 9 persen penambang batu bara di Indonesia menderita pneumokoniosis, mengutip laman Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

1. Penyebab dan faktor risiko

Pneumokoniosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi tambang batu bara (unsplash.com/Dominik Vanyi)

Pneumokoniosis adalah penyakit paru-paru yang disebabkan oleh partikel debu yang bisa merusak paru-paru. Jenis penyakitnya bervariasi tergantung jenis debu yang dihirup, meski gejalanya umumnya serupa terlepas dari penyebabnya.

Jenis debu yang bisa menyebabkan pneumokoniosis meliputi:

  • Debu batu bara dari pengeboran ke batu ketika menambang. 
  • Serat asbes, sering kali dari insulasi atau atap. 
  • Debu kapas, biasanya dari pabrik tekstur. 
  • Silika, sering kali dari pasir dan batu di pengecoran. 
  • Berilium, logam ringan yang digunakan dalam industri elektronik dan dirgantara.
  • Aluminium oksida, kobalt, dan talk. 

Jika seseorang menghirup partikel debu berbahaya, partikel tersebut bisa disimpan di paru-paru. Sistem kekebalan tubuh akan mengirim sel untuk mengelilingi partikel debu untuk mencoba menghentikannya menyebabkan kerusakan ini. Ini mengakibatkan peradangan dan terkadang bisa jaringan parut yang dikenal sebagai fibrosis. Jika peradangan atau fibrosis parah, maka bisa menyebabkan gejala pneumokoniosis.

Ada faktor risiko yang jelas untuk pneumokoniosis dan berbagai pekerjaan yang lebih mungkin untuk membuat orang bersentuhan dengan debu yang berbahaya. Berikut beberapa contoh pekerjaan yang bisa membuat pekerja bersentuhan dengan partikel debu yang mengakibatkan pneumokoniosis:

  • Tukang ledeng, tukang atap, dan pembangun yang bekerja dengan serat asbes atau debu silika. 
  • Penambang batu bara.
  • Pekerja tekstil.

Studi menunjukkan bahwa penambang batu bara dari waktu ke waktu bisa mengembangkan fibrosis interstisial dari debu batu bara. Namun, bekerja dengan partikel debu tidak berarti bahwa seseorang akan menderita pneumokoniosis. Banyak langkah yang bisa dilakukan untuk melindungi pekerja. Undang-undang keselamatan kerja merupakan undang-undang yang menginstruksikan pengusaha untuk memastikan bahwa tempat kerja mereka "bebas dari bahaya yang dikenali", yang mencakup paparan debu atau partikel berbahaya.

Risiko seseorang mengembangkan pneumokoniosis juga akan meningkat jika:

  • Merokok.
  • Terkena debu tingkat tinggi. 
  • Terpapar untuk waktu yang lama.

2. Jenis

Pneumokoniosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi paru-paru dengan pneumoconiosis (cmaj.ca/Justin Cheng-Ta Yang, Kao-Lang Liu)

Pneumokoniosis muncul dalam berbagai bentuk, tergantung jenis debu yang dihirup. Salah satu bentuk yang paling umum yaitu "penyakit paru-paru hitam" atau yang juga dikenal sebagai "paru-paru penambang". Ini disebabkan akibat menghirup debu batu bara.

Lainnya yaitu "paru-paru cokelat", yang berasal dari bekerja di sekitar debu dari kapas atau serat lainnya. Pneumokoniosis yang disebabkan oleh asbes disebut asbestosis. Diacetyl, senyawa yang digunakan untuk memberi rasa mentega pada popcorn, juga bisa menyebabkan penyakit. Ini dikenal sebagai "paru-paru popcorn".

Pneumokoniosis dapat sederhana ataupun rumit. Pneumokoniosis sederhana mengakibatkan sejumlah kecil jaringan parut. Jaringan kemungkinan tampak pada sinar-X sebagai daerah bulat dan menebal yang disebut nodul. Jenis penyakit ini terkadang disebut "pneumokoniosis pekerja batu bara". 

Pneumokoniosis rumit dikenal sebagai fibrosis masif progresif. Fibrosis berarti ada banyak jaringan parut di paru-paru. Untuk pneumokoniosis sederhana atau rumit, kerusakan mengakibatkan hilangnya pembuluh darah dan kantung udara di paru-paru. Jaringan yang mengelilingi kantung udara dan saluran udara menjadi tebal dan kaku karena jaringan parut. Bernapas menjadi makin sulit. Kondisi ini disebut penyakit paru interstisial.

3. Gejala

Pneumokoniosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi batuk (freepik.com/8photo)

Pneumokoniosis bisa memakan waktu lama untuk berkembang, karena debu bisa menumpuk secara perlahan atau perlu waktu bertahun-tahun untuk mengakibatkan reaksi di paru-paru. Ini berarti gejala kemungkinan tidak muncul segera sesudah partikel debu masuk ke paru-paru.

Gejala bisa muncul saat seseorang dengan pneumokoniosis kemungkinan tidak lagi bekerja di lingkungan dengan debu yang mengakibatkan penyakit. Gejala utama pneumokoniosis yaitu:

  • Batuk, yang bisa menghasilkan dahak. 
  • Sesak di dada. 
  • Kesulitan bernapas atau sesak napas. 

Gejala-gejala ini dapat mirip dengan gejala pilek atau infeksi dada. Namun, gejalanya cenderung menetap dan bisa mengindikasikan pneumokoniosis jika seseorang yang mengalaminya telah bekerja di lingkungan dengan partikel debu yang berbahaya.

Jika jaringan parut di paru-paru parah, maka oksigen kemungkinan kurang dapat masuk ke aliran darah. Rendahnya kadar oksigen dalam darah bisa mengakibatkan masalah pada organ lain, seperti jantung dan otak.

Baca Juga: 10 Gejala Infeksi Paru-Paru, Diidap Tjahjo Kumolo sebelum Meninggal

4. Komplikasi yang bisa ditimbulkan

Pneumokoniosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi paru-paru (unsplash.com/averey)

Komplikasi utama yaitu saat pneumokoniosis sederhana berkembang menjadi fibrosis masif progresif. Berikut merupakan kemungkinan komplikasi lain terkait pneumokoniosis:

  • Gagal napas progresif. 
  • Kanker paru-paru. 
  • Tuberkulosis. 
  • Gagal jantung yang disebabkan oleh tekanan di dalam paru-paru.

5. Diagnosis

Pneumokoniosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi hasil rontgen dada pasien (moffitt.org)

Seseorang kemungkinan didiagnosis pneumokoniosis jika memiliki gejala dari kondisi ini dan memiliki riwayat bekerja di sekitar batu bara, asbes, atau silika. Seseorang juga bisa didiagnosis dengan rontgen rutin selama bekerja.

Undang-undang keselamatan kerja pertambangan umumnya mengharuskan seluruh penambang batu bara bawah tanah untuk rontgen dada sesudah 3 tahun, dan kemudian pada periode 5 tahun, untuk mendeteksi penyakit tersebut.

Dokter bisa menggunakan salah satu dari berikut ini untuk membantu membuat diagnosis:

  • Riwayat pajanan kerja dan gejala fisik sebelumnya. 
  • Pemeriksaan fisik. 
  • Rontgen dada untuk mencari nodul paru-paru. 
  • CT scan dada. 
  • Studi fungsi paru.

6. Pengobatan

Pneumokoniosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Pneumokoniosis tidak bisa disembuhkan. Sesudah penyakit ini didiagnosis, maka pengobatan ditujukan untuk mencegah penyakit bertambah parah dan mengendalikan gejala.

Penting untuk menjaga jantung dan paru-paru dengan menjaga berat badan pada kisaran yang sehat, berhenti merokok, banyak tidur, dan rutin olahraga. Program rehabilitasi paru-paru bisa menawarkan saran dan kelas latihan untuk meningkatkan fungsi paru-paru.

Selain itu, mendapatkan vaksinasi flu tahunan, menggunakan inhaler dan terapi oksigen bisa membantu paru-paru agar tetap sehat dan berfungsi sebaik mungkin. Pemeriksaan rutin bisa membantu mengelola penyakit dan mengetahui perkembangan pneumokoniosis.

Kesulitan bernapas bisa menyebabkan stres dan cemas, sehingga dukungan kesehatan mental bisa membantu orang-orang yang mengalami efek pneumokoniosis.

Pneumokoniosis bisa memiliki komplikasi seperti gagal napas, tuberkulosis, dan gagal jantung. Menurut penelitian, orang dengan pneumokoniosis kemungkinan juga berisiko lebih tinggi mengalami stroke. Jadi, orang dengan penyakit ini harus mengetahui gejala stroke dan melakukan langkah-langkah pencegahan.

7. Pencegahan

Pneumokoniosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pekerja menggunakan masker saat bekerja (pexels.com/Antoni Shkraba)

Cara terbaik untuk mencegah pneumokoniosis adalah dengan memakai masker respirator di tempat kerja. Ini akan membantu menjaga debu mineral dari paru-paru. Selain itu, jika pernah berada di tempat dengan debu halus, maka sebaiknya cuci muka dan tangan sebelum minum atau makan. Cara ini penting untuk mencegah kamu secara tidak sengaja menghirup debu yang menempel di tubuhnya.

Jika pekerjaan menempatkan kamu pada risiko pneumokoniosis, maka kamu harus menjalani pemeriksaan fisik secara teratur dan rontgen dada untuk memastikan kondisi paru-paru.

Baca Juga: 5 Cara Menjaga Kesehatan Paru-Paru, Mudah Dilakukan

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya