Vaginitis: Penyebab, Gejala, Jenis, Pengobatan, Pencegahan

Kondisi ketika vagina mengalami peradangan

Vaginitis adalah peradangan pada vagina yang bisa menyebabkan gatal, nyeri, sensasi terbakar, atau pendarahan. Ini merupakan kondisi yang umum dan setidaknya seorang perempuan akan mengalaminya sekali dalam hidupnya.

Dalam beberapa kasus, vaginitis bisa terjadi akibat organisme yang ditularkan oleh pasangan seksual, vagina kering, serta kekurangan hormon estrogen.

Vagina merupakan jalan lahir. Pada vaginitis, labia juga dapat terkena. Terkadang, uretra (saluran yang membawa urine dari kandung kemih ke luar tubuh) dapat terinfeksi atau meradang, dan mengakibatkan gejala kemih.

Patut diwaspadai, ketahui fakta seputar penyebab, jenis, gejala, diagnosis, dan pengobatan vaginitis berikut ini. Simak sampai habis, ya!

1. Penyebab

Vaginitis: Penyebab, Gejala, Jenis, Pengobatan, Pencegahanilustrasi perempuan yang mengalami vaginitis (freepik.com/wayhomestudio)

Dilansir Medical News Today, infeksi adalah penyebab vaginitis paling umum, termasuk vaginosis bakterialis, kandidiasis, dan trikomoniasis.

Sesudah pubertas, vaginitis infeksi terjadi pada 90 persen kasus. Pada kasus yang jarang, vaginitis juga bisa disebabkan oleh klamidia, herpes, gonore, mikoplasma, campylobacter, dan beberapa parasit.

Vaginitis juga bisa terjadi sebelum pubertas, dan beberapa jenis bakteri kemungkinan juga terlibat. Streptococcus spp. merupakan penyebab vaginitis yang lebih mungkin pada masa ini. Selain itu, terkadang kebersihan yang buruk menyebabkan bakteri menyebar dari anus ke alat kelamin.

Dekatnya vagina dengan anus, kurangnya estrogen, kurangnya rambut kemaluan, dan kurangnya bantalan lemak labial bisa meningkatkan risiko vulvovaginitis.

Vulvovaginitis adalah peradangan pada vagina dan vulva. Kondisi ini bisa memengaruhi perempuan segala usia. Setelah pubertas, infeksi paling sering disebabkan oleh bakteri Gardnerella.

Terkadang, vaginitis bisa berasal dari reaksi alergi, misalnya dari penggunaan kondom, spermisida, sabun dan parfum tertentu, douching, obat topikal, pelumas, hingga air mani. Selain itu, iritasi dari tampon juga bisa menyebabkan vaginitis pada beberapa perempuan.

Faktor-faktor yang bisa meningkatkan risiko vaginitis meliputi:

  • Penggunaan antibiotik.
  • Memakai celana ketat atau pakaian dalam lembap.
  • Kehamilan.
  • Douching dan menggunakan produk vagina seperti semprotan, alat kontrasepsi, dan spermisida.
  • Tingkat estrogen yang rendah selama menopause
  • Diabetes.

Hubungan seksual adalah cara penularan vaginitis yang paling umum. Beberapa ahli percaya jika mempunyai banyak pasangan seksual bisa meningkatkan risiko jenis vaginitis bakterialis. Selain itu, punya pasangan seksual perempuan juga bisa meningkatkan risiko mengembangkan vaginosis bakterial hingga 60 persen.

Para ahli juga menyebut bahwa infeksi bakteri dan infeksi jamur sebagai infeksi yang berkaitan dengan hubungan seksual. Selain itu, seseorang yang aktif secara seksual juga cenderung lebih rentan tertular. Namun, infeksi tidak selalu ditularkan dari satu pasangan ke pasangan lain selama berhubungan seks.

2. Jenis

Vaginitis: Penyebab, Gejala, Jenis, Pengobatan, Pencegahanilustrasi jenis vaginitis (thehealthysteps.com)

Vaginitis terdiri dari beberapa jenis tergantung penyebabnya, yaitu meliputi:

  • Vaginitis atrofi: endotelium atau lapisan vagina menipis saat kadar estrogen menurun selama menopause, membuatnya lebih rentan terhadap iritasi dan pembengkakan.

  • Bakteri vaginosis: akibat pertumbuhan berlebih bakteri normal di vagina. Pasien biasanya mempunyai tingkat rendah dari bakteri vagina normal Lactobacilli.

  • Trichomonas vaginalis: atau dikenal dengan trikomoniasis atau trich, disebabkan oleh parasit protozoa bersel tunggal yang ditularkan secara seksual, Trichomonas vaginalis. Ini bisa menginfeksi bagian lain dari saluran urogenital, termasuk uretra.

  • Candida albicans: infeksi jamur yang juga dikenal sebagai seriawan vagina. Jamur tersebut ada dalam jumlah kecil di usus yang biasanya dikendalikan oleh bakteri usus normal.

Baca Juga: Keputihan dengan Cairan Berwarna Hijau? Ini Penjelasan Medisnya!

3. Gejala

Vaginitis: Penyebab, Gejala, Jenis, Pengobatan, Pencegahanilustrasi vaginitis (verywellheatlh.com)

Mengutip Mayo Clinic, tanda dan gejala vaginitis dapat meliputi:

  • Perubahan warna, bau, atau jumlah keputihan dari vagina.
  • Vagina gatal atau iritasi.
  • Sakit saat berhubungan seks.
  • Buang air kecil yang menyakitkan.
  • Perdarahan vagina ringan atau bercak.

Jika mengalami keputihan, karakteristiknya mungkin menunjukkan jenis vaginitis yang dialami. Contohnya meliputi:

  • Vaginosis bakterialis: keputihan berwarna putih keabu-abuan dan berbau busuk. Bau, sering digambarkan sebagai bau amis, mungkin lebih jelas setelah hubungan seksual.
  • Infeksi ragi: gejala utamanya adalah gatal-gatal, tetapi mungkin terdapat cairan putih kental yang menyerupai keju cottage.
  • Trikomoniasis: dapat menyebabkan keluarnya cairan berwarna kuning kehijauan, terkadang berbusa.

4. Diagnosis

Vaginitis: Penyebab, Gejala, Jenis, Pengobatan, Pencegahanilustrasi pemeriksaan dokter, konsultasi dokter (freepik.com/gpointstudio)

Dalam diagnosis, dokter akan melakukan pemeriksaan fisik dan mengajukan pertanyaan seputar riwayat kesehatan pasien, termasuk riwayat penyakit menular seksual sebelumnya.

Dokter juga mungkin akan melakukan pemeriksaan panggul untuk memeriksa apakah terdapat peradangan dan cairan yang berlebih. Sampel cairan terkadang akan diambil untuk menentukan penyebab peradangan.

Penyebab vaginitis bisa didiagnosis dengan memeriksa penampakan cairan vagina, kadar pH vagina, adanya amina yang mudah menguap (gas yang menyebabkan bau tidak sedap), dan deteksi mikroskopis dari sel-sel tertentu.

5. Pengobatan

Vaginitis: Penyebab, Gejala, Jenis, Pengobatan, Pencegahanilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Pengobatan vaginitis tergantung penyebabnya, meliputi obat steroid oles, krim antibakteri, antijamur, dan antibiotik topikal maupun oral.

Vaginitis bakterial biasanya diobati dengan antibiotik seperti klindamisin atau metronidazole. Pada vaginitis akibat jamur, bisa dengan klotrimazol dan butokonazol.

Beberapa pilihan pengobatan lainnya termasuk:

  • Krim kortison: untuk mengatasi iritasi parah.
  • Antihistamin: jika peradangan berasal dari reaksi alergi.
  • Krim estrogen topikal: jika vaginitis terjadi karena kadar estrogen yang rendah.

Jika penderita vaginitis dalam kondisi hamil, ia harus memberi tahu dokternya. Ini karena vaginitis bisa memengaruhi janin dan karena beberapa pilihan pengobatan mungkin tidak sesuai.

Perempuan dengan trikomoniasis atau vaginosis bakterialis memiliki risiko lebih besar terkena infeksi menular seksual karena peradangan yang disebabkan oleh gangguan ini. Pada ibu hamil, vaginosis bakterialis simtomatik dan trikomoniasis telah dikaitkan dengan kelahiran prematur dan bayi berat lahir rendah.

6. Pencegahan

Vaginitis: Penyebab, Gejala, Jenis, Pengobatan, Pencegahanilustrasi kondom (pexels.com/Nataliya Vaitkevich)

Pencegahan vaginitis sangat penting, terutama pada perempuan yang berisiko. Seperti dilansir News Medical Life Sciences, beberapa jenis pakaian dikaitkan dengan risiko vaginitis yang lebih tinggi. Misalnya mengenakan pakaian berbahan sintetis dan ketat.

Maka dari itu, sebaiknya pilih pakaian berbahan katun longgar. Ini bisa jadi salah satu cara untuk menurunkan risiko infeksi vagina.

Selain itu, selalu jaga kebersihan area kewanitaan. Caranya:

  • Bersihkan vagina dengan air tanpa sabun dan hindari membasuh bagian dalam vagina.
  • Selalu membersihkan atau menyeka vagina dari arah depan ke belakang setelah selesai buang air, dan pastikan untuk mengeringkannya dengan benar.
  • Hindari penggunaan benda yang bisa mengiritasi vagina atau memicu alergi di vagina, seperti pembalut yang mengandung pewangi dan sabun pembersih vagina.
  • Lakukan seks dengan aman. Gunakan kondom dan setia pada satu pasangan. Ini juga bisa membantu menurunkan risiko penularan penyakit menular seksual seperti gonore, klamidia, atau trikomoniasis.
  • Hindari melakukan douching.
  • Gunakan air hangat bila ingin berendam, jangan air yang terlalu panas.
  • Pilih celana dalam yang tidak ketat dan berbahan katun.
  • Kontrol kadar gula darah bila memiliki diabetes.

Itulah fakta seputar vaginitis. Bila mengalami gejalanya, segera periksa ke dokter. Diagnosis dini dan penanganan tepat akan meningkatkan peluang kesembuhan dan terhindar dari komplikasi serius. Jangan lupa lakukan cara-cara di atas untuk mencegahnya, ya. Ingat, mencegah lebih baik daripada mengobati.

Baca Juga: 7 Aroma Unik Vagina dan Artinya, dari yang Asam hingga Amis dan Busuk

Eliza Ustman Photo Verified Writer Eliza Ustman

'Menulislah dengan hati, maka kamu akan mendapatkan apresiasi yang lebih berarti'

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya