Barotrauma: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Terjadi karena adanya perubahan tekanan udara

Intinya Sih...

  • Barotrauma adalah kondisi ketidaknyamanan di telinga akibat perubahan tekanan udara, sering terjadi saat naik pesawat atau menyelam.
  • Gejala barotrauma bervariasi dari kesulitan mendengar hingga cedera gendang telinga, tergantung pada tingkat keparahan dan durasi mengalaminya.
  • Bayi dan anak kecil lebih rentan mengalami barotrauma karena tuba eustachius mereka yang lebih kecil.

Barotrauma adalah kondisi ketidaknyamanan yang menyebabkan pengang dan nyeri di telinga karena adanya perubahan tekanan.

Telinga memiliki tabung yang menghubungkan bagian tengah telinga dengan tenggorokan dan hidung yang disebut dengan tuba eustachius. Bila itu tersumbat, kamu bisa mengalami barotrauma.

Kondisi ini biasa terjadi saat kamu naik pesawat, sehingga sering juga disebut sebagai airplane ear.

Barotrauma juga bisa terjadi saat penyelam skuba masuk lebih dalam ke bawah air. Para penyelam menyebut kondisi ini sebagai ear squeeze.

Biasanya, kondisi ini tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya. Akan tetapi, beberapa kasus bisa menyebabkan komplikasi yang lebih parah, sehingga memahami perbedaan antara kasus akut dan kronis sangat penting demi mencegah komplikasi.

1. Penyebab

Perubahan tekanan udara merupakan penyebab kondisi ini dan salah satu penyebab umumnya adalah pesawat lepas landas dan mendarat. Dalam kondisi ini, tekanan udara dalam kabin pesawat berubah dengan cepat.

Penyelam skuba juga bisa mengalaminya ketika menyelam terlalu dalam, karena tekanan di bawah air berubah secara drastis. 

Tekanan udara yang berubah menyebabkan terjadinya penyumbatan di tuba eustachius. Tuba eustachius memiliki fungsi untuk membantu mengembalikan keseimbangan selama perubahan tekanan. Ketika tabung tersumbat, gejala dapat berkembang karena tekanan di telinga berbeda dari tekanan di luar gendang telinga.

Selain pesawat lepas landas dan mendarat atau saat menyelam di laut, aktivitas seperti mendaki dan mengemudi di pegunungan juga bisa menyebabkan barotrauma.

2. Gejala

Barotrauma: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi masalah telinga (freepik.com/stockking)

Gejala barotrauma dapat bervariasi sesuai tingkat keparahan dan durasi mengalaminya. Pada fase awal, kamu dapat merasakan tekanan yang tidak nyaman di dalam telinga, dan biasanya kondisi tersebut akan langsung hilang setelah tekanan udara di lingkungan kembali normal. Akan tetapi, pada beberapa kasus, kondisi bisa memburuk.

Ada dua klasifikasi dari barotrauma, yakni akut dan kronis. Kondisi yang paling umum adalah kasus akut yang biasanya tidak berbahaya. Sementara itu, kondisi kronis dapat terjadi untuk waktu yang lama dan berpotensi menimbulkan berbagai komplikasi.

Pada kasus kronis, baiknya ini diperiksakan ke dokter. Pada kasus ringan atau akut, seseorang mungkin mengalami beberapa gejala, seperti:

  • Kesulitan mendengar atau gangguan pendengaran ringan.
  • Pusing.
  • Rasa penuh di telinga.
  • Ketidaknyamanan di telinga.

Pada kasus sedang hingga parah, kamu bisa mengalami gejala tambahan atau gejala yang memburuk, seperti:

  • Cedera gendang telinga.
  • Kebocoran cairan atau pendarahan dari telinga.
  • Peningkatan rasa sakit di telinga.
  • Tekanan di telinga yang mirip dengan kondisi tekanan saat berada di bawah air.
  • Gangguan pendengaran sedang hingga berat.

3. Faktor risiko

Kamu mungkin lebih berisiko mengalami barotrauma bila memiliki masalah yang dapat menghalangi tuba eustachius. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko barotrauma meliputi:

  • Sinus yang tersumbat.
  • Pilek atau infeksi lainnya.
  • Alergi.
  • Bentuk dan ukuran saluran telinga yang tidak lazim.
  • Asap tembakau atau iritan lainnya.
  • Perubahan hormonal, seperti kehamilan.
  • Berada di sekitar area dengan banyak ledakan keras.
  • Menyelam skuba tanpa peralatan yang lengkap atau memadai.

Baca Juga: Shin Splints: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

4. Barotrauma pada bayi

Barotrauma: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi bayi di pesawat (unsplash.com/Paul Hanaoka)

Barotrauma rentan terjadi pada bayi dan anak kecil. Ini karena tuba eustachius mereka yang jauh lebih kecil dan lebih lurus dibanding dengan orang dewasa, sehingga tuba lebih mudah tersumbat. Saat pesawat lepas landas maupun mendarat, bayi sering kali menangis. Biasanya ini disebabkan oleh efek barotrauma yang mereka rasakan.

Memberi bayi makan atau minum selama perubahan ketinggian dapat mencegah barotrauma pada bayi. Untuk anak-anak yang memiliki ketidaknyamanan di telinga, dokter dapat meresepkan obat tetes telinga untuk menghilangkan rasa sakit.

5. Diagnosis

Kebanyakan kasus barotrauma bisa sembuh sendiri. Namun, apabila rasa sakit di telinga tambah parah, segera temui dokter.

Untuk diagnosis, dokter biasanya akan menanyakan kapan gejala terjadi untuk mengidentifikasi penyebab. Kemudian, telinga akan diperiksa untuk melihat apakah ada infeksi dan apakah ada tanda-tanda barotrauma.

Bila gendang telinga tampak terdorong masuk atau keluar, ini dapat mengindikasikan barotrauma. Meski begitu, dalam beberapa kasus, tanda fisik barotrauma mungkin tidak terlihat.

Setelah pemeriksaan, dokter akan dapat menyarankan pilihan pengobatan yang sesuai.

6. Penanganan

Barotrauma: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi makan permen karet (freepik.com/nakaridore)

Barotrauma pada umumnya tidak memerlukan perawatan khusus. Namun, ada beberapa teknik untuk mengurangi gejala dengan membantu membuka tuba eustachius yang tersumbat. Beberapa teknik tersebut antara lain: 

  • Mengunyah permen karet.
  • Mengisap permen.
  • Menelan air ludah.
  • Menguap.
  • Mengambil obat dekongestan atau antihistamin.
  • Menjaga telinga tetap bersih dan jauh dari kontaminasi untuk mencegah infeksi apa pun selama penyembuhan.

Sementara itu, dalam kasus barotrauma kronis atau parah, dokter mungkin menyarankan operasi untuk menanamkan silinder kecil atau tabung telinga ke dalam telinga.

Sebagian besar kasus barotrauma merupakan kondisi yang tidak berbahaya dan dapat sembuh dengan sendirinya tanpa perawatan medis. Bila gejala berlangsung lama, pertimbangkan untuk menemui dokter agar bisa dilakukan pemeriksaan, mendapat penanganan yang tepat, serta mencegah komplikasi serius.

Baca Juga: Periostitis: Jenis, Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Topik:

  • Nurulia R F
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya