Prednisone: Manfaat, Dosis, Interaksi, Efek Samping

Digunakan terutama untuk obati kondisi terkait peradangan

Prednisone adalah obat kortikosteroid untuk membantu pengobatan sejumlah kondisi dan penyakit. Obat ini hanya bisa didapat dengan resep dokter dan tersedia dalam sediaan tablet dan cair.

Meski bermanfaat, tetapi obat ini bisa mendatangkan efek samping yang beragam dan cukup serius, sehingga penggunaannya tidak boleh sembarangan.

1. Kegunaan

Dilansir Verywell Health, prednisone yang merupakan jenis obat steroid ini bermanfaat untuk mengobati banyak penyakit atau kondisi, terutama yang berhubungan dengan peradangan atau inflamasi.

Obat ini bisa digunakan untuk membantu pengobatan asma, penyakit Crohn, leukemia, lupus, limfoma, multiple sclerosis, psoriasis, artritis reumatoid, kolitis ulseratif, dan masih banyak lagi.

Obat ini bekerja pada sistem kekebalan tubuh untuk meredakan pembengkakan, kemerahan, gatal, dan reaksi alergi.

Cara kerjanya adalah dengan menurunkan aktivitas sistem kekebalan tubuh, sehingga peradangan bisa diredakan.

Walaupun efek tersebut menguntungkan, tetapi prednisone mungkin dapat mengakibatkan efek samping yang kadang bisa parah.

2. Peringatan

Prednisone: Manfaat, Dosis, Interaksi, Efek Sampingilustrasi obat prednisone (pexels.com/Ahsanjaya)

Sebagai obat steroid, prednisone akan melemahkan sistem kekebalan tubuh, sehingga orang yang mengonsumsinya bisa jadi lebih rentan terkena infeksi.

Maka dari itu, saat mengonsumsi obat ini, sebisa mungkin jangan berdekatan dengan orang yang sedang sakit. Selain itu, disarankan untuk tidak mendapatkan vaksinasi saat mengonsumsinya, mengutip dari Drugs.

Konsumsi obat tidak boleh dihentikan secara tiba-tiba dan selalu ikuti instruksi dokter mengenai pemakaiannya.

Selain itu, prednisone tidak boleh digunakan bersamaan dengan obat antijamur oral. Jadi, bila kamu punya infeksi jamur, beri tahu ke dokter sebelum mulai mengonsumsi obat ini.

Untuk memastikan keamanannya, beri tahu dokter jika kamu pernah memiliki:

  • Penyakit apa pun yang menyebabkan diare.
  • Penyakit hati seperti sirosis.
  • Penyakit ginjal.
  • Penyakit jantung, tekanan darah tinggi, rendahnya kadar kalium dalam darah.
  • Gangguan tiroid.
  • Diabetes.
  • Riwayat malaria.
  • Tuberkulosis.
  • Osteoporosis.
  • Glaukoma, katarak, atau infeksi herpes pada mata.
  • Tukak lambung, kolitis ulseratif, atau riwayat pendarahan lambung.
  • Gangguan otot seperti miastenia gravis.
  • Depresi atau penyakit mental.

Menggunakan prednisone dan obat steroid lainnya dalam jangka panjang dapat memicu osteoporosis, terutama pada orang yang merokok, tidak berolahraga, tidak mendapatkan cukup vitamin D atau kalsium dalam makanan, atau punya riwayat osteoporosis dalam keluarga.

Prednisone juga mungkin bisa menyebabkan cacat lahir atau berat badan lahir rendah pada bayi bila obat ini dikonsumsi selama kehamilan trimester pertama. Penting untuk menginformasikan ke dokter bila berencana untuk hamil atau sedang hamil saat ingin menggunakan prednisone. Gunakanlah alat kontrasepsi yang efektif guna mencegah kehamilan selama mengonsumsi obat ini.

Ibu menyusui juga tidak boleh mengonsumsi prednisone karena obat ini dapat masuk ke dalam ASI dan membahayakan bayi.

Pada anak-anak, prednisone dan obat steroid lainnya bisa memengaruhi pertumbuhan anak.

Jika mengalami sesak napas, sakit perut parah di bagian atas, tinja berdarah, depresi berat, perubahan kepribadian atau perilaku, masalah penglihatan, atau sakit mata, segera hubungi dokter.

3. Dosis

Mengikuti instruksi di kemasan obat dan anjuran dokter sangat penting. Dosis obat ini bisa berbeda-beda pada tiap pasien, tergantung kekuatan obat dan masalah medis apa yang ingin ditangani.

Dilansir Mayo Clinic, perkiraan dosis prednisone sediaan oral dalam bentuk tablet dan cair umumnya: 

  • Dewasa: Dosis awal biasanya 5 sampai 60 miligram (mg) per hari. Dokter akan menyesuaikan dosis sesuai kebutuhan.
  • Anak-anak: Penggunaan dan dosis untuk anak-anak harus ditentukan oleh dokter.

Baca Juga: Simvastatin: Kegunaan, Peringatan, Interaksi, dan Efek Samping

4. Penggunaan

Prednisone: Manfaat, Dosis, Interaksi, Efek Sampingilustrasi mengonsumsi obat (unsplash.com/Towfiqu barbhuiya)

Prednisone umumnya dikonsumsi dengan makanan sebanyak satu hingga empat kali dalam sehari atau bisa juga sekali sehari. 

Dokter akan memberi tahu dosis dan waktu yang tepat untuk mengonsumsi obat ini, tergantung kondisi kesehatan serta bagaimana pasien menanggapi pengobatan.

Dalam bentuk cairan atau larutan pekat, prednisone harus diukur dengan pipet khusus yang umumnya disertakan bersama obat. Obat bentuk tablet harus ditelah utuh, jangan dikunyah atau dihancurkan, dilansir MedlinePlus.

Dosis yang dikonsumsi harus persis sesuai arahan dokter. Jangan melebihi atau mengurangi dosis anjurannya. Dokter mungkin akan mengubah dosis untuk memastikan pasien selalu mengonsumsi dosis yang sesuai.

Obat harus terus diminum bahkan ketika pasien merasa sehat. Berhenti mengonsumsinya tanpa konsultasi dengan dokter mungkin bisa menyebabkan tubuh tidak memiliki cukup steroid untuk berfungsi secara normal. Imbasnya, ini bisa mengakibatkan berbagai gejala bisa menjadi serius.

5. Overdosis, dosis yang terlewat, dan penyimpanan obat

Semisal seseorang alami overdosis prednisone dan kemudian bergejala serius seperti pingsan atau kesulitan bernapas, segera bawa ke rumah sakit.

Jika satu dosis terlewat, tanyakan ke dokter tentang apa yang harus dilakukan. Seumpama ada dosis yang terlewat, segera minum setelah ingat, kecuali bila sudah mendekati waktu dosis berikutnya. 

Usahakan untuk selalu mengambil dosis yang teratur pada pengambilan berikutnya serta jangan pernah menggandakan dosis untuk mengejar dosis yang terlewat.

Simpan obat dalam suhu ruangan teduh jauh dari cahaya dan kelembapan. Jangan menyimpannya di kamar mandi serta jauhkan dari jangkauan anak-anak dan hewan peliharaan.

Produk yang sudah kedaluwarsa atau sudah tak lagi dibutuhkan harus dibuang, tetapi jangan dibuang ke toilet atau saluran pembuangan. Tanyakan kepada apoteker atau apotek terdekat.

6. Interaksi obat

Prednisone: Manfaat, Dosis, Interaksi, Efek Sampingilustrasi obat-obatan (unsplash.com/Stephen Foster)

Menurut Cleveland Clinic, prednisone tidak boleh diminum dengan metyrapone atau mifepristone.

Sejumlah obat juga bisa bereaksi dengan prednison, ini dapat meliputi:

  • Aminoglutetimida.
  • Amfoterisin B.
  • Aspirin dan obat-obatan seperti aspirin.
  • Barbiturat.
  • NSAID, obat-obatan untuk rasa sakit dan peradangan, seperti ibuprofen atau naproxen.
  • Fenitoin.
  • Rifampisin.
  • Toksoid.
  • Vaksin.
  • Warfarin.
  • Obat-obatan tertentu untuk diabetes, seperti glipizid atau glibenklamid.
  • Kolestiramin.
  • Penghambat kolinesterase.
  • Siklosporin.
  • Digoksin.
  • Diuretik.
  • Efedrin.
  • Hormon perempuan, seperti estrogen dan pil KB.
  • Isoniazid.
  • Ketokonazol.

Untuk memastikan keamanannya, beri tahu dokter semua obat-obatan atau suplemen yang dikonsumsi. Informasikan juga pola hidup kamu, seperti merokok, minum alkohol, atau menggunakan obat-obatan terlarang.

7. Efek samping

Prednisone dapat menimbulkan beberapa efek samping yang bisa serius. Dilansir RxList, bila mengalami gejala berikut ini, segera konsultasikan ke dokter:

  • Depresi.
  • Ruam kulit.
  • Gatal.
  • Gatal-gatal.
  • Pembengkakan pada bibir, wajah, atau lidah.
  • Perubahan suasana hati.
  • Sakit mata.
  • Perubahan penglihatan.
  • Demam.
  • Batuk.
  • Sakit tenggorokan.
  • Kesulitan buang air kecil.
  • Peningkatan rasa haus.
  • Peningkatan buang air kecil.
  • Kebingungan.
  • Pembengkakan pada kaki.

Ada juga sejumlah efek samping lain yang lebih umum, seperti:

  • Sakit kepala.
  • Mual.
  • Muntah.
  • Jerawat.
  • Kulit menipis.
  • Penambahan berat badan.
  • Kegelisahan.
  • Susah tidur.

Itulah informasi seputar prednisone, obat golongan kortikosteroid untuk membantu pengobatan sejumlah kondisi dan penyakit. Obat ini hanya bisa didapat dengan resep dokter. Untuk cara penggunaan, dosis, dan keamanan konsumsi obat, tanyakan lebih jelas ke dokter dan apoteker.

Baca Juga: Ibuprofen: Manfaat, Dosis, Peringatan, Interaksi, Efek Samping

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya