6 Tipe PTSD, Gejala dan Penanganannya Bisa Berbeda

PTSD dapat dialami siapa saja tanpa memandang usia

Gangguan stres pasca trauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD) adalah gangguan mental yang terjadi setelah seseorang mengalami peristiwa traumatis.

Kondisi ini memiliki beberapa subtipe yang berbeda, tergantung gejala yang dirasakan.

PTSD dapat memiliki gejala serupa dan bahkan hadir dengan cara yang sama. Akan tetapi, tidak semua orang bereaksi terhadap peristiwa traumatis dengan cara maupun gejala yang sama. Sebab, setiap orang memiliki respons atau reaksi yang berbeda-beda.

PTSD bisa dialami siapa pun dan tidak mengenal usia. Akan tetapi, tidak semua orang yang mengalami peristiwa traumatis akan mengalami PTSD.

PTSD terjadi sebagai respons terhadap perubahan kimia dan saraf di otak setelah terpapar peristiwa yang mengancam. Sebagian pengidapnya mungkin tidak sadar dirinya mengalami gejala PTSD.

Di bawah ini akan dijelaskan beberapa subtipe PTSD berdasarkan gejalanya.

1. Respons stres normal

Respons stres (normal stress response) normal bisa merupakan tahapan sebelum PTSD berkembang, tetapi belum tentu respons ini akan berkembang menjadi PTSD.

Setiap orang dapat mengalami stres dalam berbagai cara, sehingga normal bagi setiap orang untuk merespons stres dan ancaman yang dialami.

Peristiwa seperti kecelakaan, cedera, penyakit, operasi, pengabaian, dan sumber ketegangan atau stres yang tidak masuk akal lainnya dapat menjadi penyebab dari respons stres yang normal.

Respons stres normal ini dapat diatasi secara efektif dengan dukungan dari orang-orang terkasih, seperti orangtua, sahabat, keluarga, dan lainnya.

Sesi terapi individu dan terapi kelompok juga bisa membantu. Bila tidak berkembang menjadi PTSD, seseorang yang mengalami respons stres normal dapat pulih dalam beberapa minggu.

2. Gangguan stres akut

6 Tipe PTSD, Gejala dan Penanganannya Bisa Berbedailustrasi PTSD (pexels.com/MART PRODUCTION)

Gangguan stres akut atau accute stress disorder (ASD) merupakan sekelompok gejala seperti kecemasan dan penghindaran yang berkembang dalam waktu sekitar satu bulan setelah mengalami peristiwa traumatis.

Meski berbeda dengan PTSD, tetapi ASD yang tidak diatasi dapat berkembang menjadi PTSD.

Sama seperti PTSD, ASD dapat berkembang setelah mengalami peristiwa traumatis, dan gejalanya dapat muncul antara 3 hari hingga sekitar 1 bulan setelah peristiwa tersebut.

Penyebab ASD dapat bermacam-macam, seperti kecelakaan lalu lintas, pemerkosaan, penyerangan, penembakan massal, kehilangan orang yang dicinta, kehilangan pekerjaan, dan peristiwa yang mengguncang jiwa lainnya.

Dirangkum dari Psych Central, gejala ASD mirip PTSD, yang meliputi:

  • Mengalami trauma secara langsung.
  • Menyaksikan suatu peristiwa, misalnya terjadi pada orang terdekat.
  • Mengetahui bahwa suatu peristiwa traumatis terjadi pada orang terdekat.
  • Paparan berulang terhadap detail ekstrem atau berulang dari suatu peristiwa traumatis.

Penanganan ASD dapat meliputi psikoterapi, termasuk terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT). CBT dapat membantu meredakan gejala dan mengurangi kemungkinan gejala ASD akan berkembang menjadi PTSD.

3. Uncomplicated PTSD

Tipe PTSD tidak rumit atau uncomplicated PTSD biasanya berhubungan dengan peristiwa traumatis besar, dan merupakan jenis yang paling sering didiagnosis sekaligus paling mudah ditangani.

Menurut Best Day Psychiatry and Counseling, gejalanya dapat meliputi menghindari pengingat trauma, mimpi buruk, kilas balik kejadian trauma, mudah marah, perubahan suasana hati, dan perubahan dalam hubungan.

PTSD yang tidak rumit biasanya tidak disertai kondisi kesehatan mental lainnya, misalnya depresi. Kondisi ini bisa diobati melalui terapi dan/atau pengobatan, atau kombinasi keduanya.

Baca Juga: 5 Bentuk Dukungan Sosial terhadap Seseorang dengan PTSD     

4. PTSD kompleks

6 Tipe PTSD, Gejala dan Penanganannya Bisa Berbedailustrasi PTSD kompleks (pixabay.com/Ryan McGuire)

Berkebalikan dengan uncomplicated PTSD, PTSD kompleks atau complex PTSD ini disebabkan oleh beberapa peristiwa traumatis, tidak hanya satu.

Banyak peristiwa dapat memicu PTSD kompleks, misalnya korban kekerasan, kecelakaan mobil, pelecehan seksual, kekerasan dalam rumah tangga, perdagangan manusia, atau penelantaran.

PTSD yang berkembang bisa bertahan lama selama berbulan-bulan hingga bertahun-tahun.

PTSD kompleks merupakan keadaan untuk menggambarkan dampak emosional dari trauma yang berkelanjutan dan berkepanjangan.

Dijelaskan dalam laman Mental Health UK, PTSD kompleks sering memiliki gejala serupa dengan PTSD yang tidak rumit, tetapi ada beberapa perubahan kepribadian yang mungkin dialami, yang dapat mencakup:

  • Kesulitan mengendalikan emosi.
  • Perasaan tidak berharga, permusuhan, dan keputusasaan.
  • Merasa seperti tidak ada orang yang bisa mengerti apa yang terjadi pada penderita.
  • Menghindari pertemanan dan hubungan.
  • Pikiran bunuh diri.

5. PTSD komorbid

Selanjutnya, ada tipe yang disebut dengan PTSD komorbid, yakni beberapa gangguan mental yang terjadi bersamaan.

Artinya, seseorang dapat memiliki lebih dari satu masalah kesehatan mental dan kadang ditambah dengan masalah penyalahgunaan zat-zat terlarang.

PTSD komorbid umum terjadi. Banyak orang memiliki lebih dari satu gangguan mental dalam satu waktu.

Cara terbaik untuk mengatasinya adalah mendapat pengobatan untuk semua gangguan.

Menggunakan obat-obatan tanpa resep dan konsumsi alkohol dapat memperburuk kondisi dan memperpanjang waktu pemulihan atau pengobatan.

6. PTSD disosiatif

6 Tipe PTSD, Gejala dan Penanganannya Bisa Berbedailustrasi PTSD disosiatif (freepik.com/tirachardz)

PTSD disosiatif memiliki gejala seperti pelepasan emosional dan gejala disosiatif seperti depersonalisasi atau derealisasi.

Beberapa karakteristik lain dari PTSD disosiatif dapat mencakup:

  • Gejala kondisi kesehatan mental lainnya dan PTSD yang muncul bersamaan memiliki tingkat yang lebih tinggi atau lebih sering terjadi.
  • Kilas balik disosiatif dan amnesia disosiatif.
  • Riwayat trauma kehidupan awal yang lebih signifikan.
  • Gejala PTSD yang lebih parah.

Menurut penelitian, seseorang yang mengalami gejala seperti kilas balik trauma yang berulang dapat memiliki risiko lebih tinggi alami PTSD disosiatif.

Untuk membantu mengelola gejala, beberapa perawatan yang dapat dilakukan dapat meliputi:

  • Cognitive processing therapy (CPT).
  • Prolonged exposure (PE).
  • Eye movement desensitization and reprocessing (EMDR).
  • Narrative exposure therapy (NET).

Itulah beberapa tipe PTSD. Umumnya, PTSD dimulai dengan respons stres yang normal. Bila tidak segera diatasi, PTSD bisa berkembang. Ini terjadi ketika seseorang mengalami trauma yang menyebabkan tekanan dan kecemasan yang parah. Siapa pun bisa mengalaminya.

Kabar baiknya, PTSD bisa diobati dan dikelola hingga sembuh. Meski demikian, sebagian penderitanya kerap tidak menyadari gejala-gejala yang dialami. Karenanya, orang terdekat seperti sahabat, pasangan, atau keluarga harus bisa mengenali gejala PTSD agar penderitanya segera mendapat bantuan.

Baca Juga: Post Abortion Stress Syndrome, Gejala Mirip PTSD Pasca Aborsi

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya