Mirip Serangan Jantung, Ini 5 Fakta Broken Heart Syndrome 

#ANGPOIN Ketika 'patah hati' berujung patah hati

Seringkali kamu mendengar perkataan bahwa hati yang gembira adalah kunci kesehatan jasmani. Ungkapan tersebut memang benar adanya. Berdasarkan artikel ilmiah yang ditulis oleh Sartorius,N , tahun 2006,  yang diterbitkan dalam jurnal Croatian Medical Journal, dikatakan bahwa World Health Organization (WHO) mendefinisikan sehat sebagai kondisi fisik, mental, dan sosial yang baik. Menurut WHO, sehat tidak hanya semata-mata terbebas dari penyakit.

Faktanya, beberapa penyakit di dunia medis memang seringkali dipicu oleh kondisi stress psikologis, salah satunya adalah broken heart syndrome.

Apakah kamu pernah merasakan nyeri dada hebat setelah mengalami suatu kejadian yang emosional? Jika pernah, maka kemungkinan kamu mengalami kondisi medis bernama Broken Heart Syndrome. Yuk, simak ulasan lengkapnya pada penjelasan berikut!

1. Broken heart syndrome merupakan suatu kondisi medis yang dipicu oleh stres psikologis

Mirip Serangan Jantung, Ini 5 Fakta Broken Heart Syndrome Ilustrasi anatomi jantung (Pexels.com/ Magdaline Nicole)

Dilansir Mayo Clinic , broken heart syndrome merupakan suatu kondisi medis yang seringkali dipicu oleh kondisi stress dan emosi berat. Kondisi ini juga dapat disebabkan oleh penyakit serius dan tindakan operasi. Dalam dunia medis, penyakit ini disebut juga stress cardiomyopathy atau takotsubo cardiomyopathy

Orang dengan kondisi ini seringkali mengalami nyeri dada mendadak dan mengira bahwa dirinya mengalami serangan jantung. Adapun mekanisme broken heart Syndrome adalah berkurangnya kemampuan pompa jantung untuk memompa darah.

Gejala dari broken heart syndrome ini bersifat sementara dan dapat sembuh dengan sendirinya dalam waktu beberapa hari atau minggu.

2. Penyebab pasti broken heart syndrome masih belum diketahui secara jelas

Mirip Serangan Jantung, Ini 5 Fakta Broken Heart Syndrome Ilustrasi wanita sedang bersedih (Pexels.com/Engine Akyurt)

Penyebab terjadinya broken heart syndrome sebenarnya masih belum diketahui secara jelas. Terdapat dugaan bahwa lonjakan hormon adrenalin ketika seseorang mengalami emosi dapat menyebabkan kondisi ini. Di sisi lain, mekanisme dari hormon tersebut atau bisa jadi mekanisme lain masih belum diketahui secara jelas. 

Broken heart syndrome diduga juga disebabkan oleh penyempitan pembuluh darah arteri besar atau kecil yang terdapat di jantung. Orang dengan broken heart syndrome bisa jadi memiliki struktur otot jantung yang berbeda. 

Adapun beberapa faktor risiko yang menyebabkan seseorang memiliki kecenderungan untuk mengalami broken heart syndrome. Berikut adalah faktor risiko yang ada:

  • Jenis kelamin wanita
  • Usia di atas 50 tahun
  • Orang dengan riwayat penyakit neurologis seperti, trauma kepala dan epilepso
  • Orang dengan riwayat gangguan jiwa seperti, gangguan cemas dan depresi

Meskipun penyebab broken heart syndrome masih belum diketahui secara pasti, kondisi medis ini seringkali dipicu oleh emosi dan stress psikologi. Dilansir Cleveland Clinic , beberapa kondisi pemicu terjadinya broken heart syndrome antara lain sebagai berikut.

  • Kematian orang terdekat atau kehilangan hal-hal yang berharga (contoh: pekerjaan, uang, perceraian, rumah, atau hewan peliharaan) 
  • Memperoleh berita buruk
  • Kejutan ulang tahun
  • Memenangkan lotre
  • Berbicara di depan umum
  • Kondisi marah besar

Selain disebabkan oleh kondisi psikis, broken heart syndrome juga dapat dipicu oleh stressor fisik seperti nyeri hebat, serangan asma, sesak nafas, kejang, demam tinggi, kadar gula darah yang rendah (hipoglikemi) , tindakan operasi, dan kehilangan banyak darah.

 

Baca Juga: Kenali 5 Jenis Pemeriksaan untuk Memastikan Kesehatan Jantung

3. Gejala broken heart syndrome dapat menyerupai serangan jantung

Mirip Serangan Jantung, Ini 5 Fakta Broken Heart Syndrome Ilustrasi orang nyeri dada (Pexels.com/ freestock.org)

Dilansir Hopkins Medicine, gejala dari broken heart syndrome yang menyerupai serangan jantung adalah nyeri dada, sesak napas, berkeringat, dan pusing. Lalu apa yang membedakan keduanya?

Serangan jantung disebabkan oleh penyumbatan pembuluh darah jantung. Penyumbatan tersebut terjadi akibat bekuan darah yang terbentuk pada pembuluh darah jantung yang menyempit. Penyempitan tersebut terjadi akibat akumulasi lemak di pembuluh darah jantung.

Pada broken heart syndrome, yang terjadi adalah penyempitan pembuluh darah akibat stimulasi hormon adrenalin yang berlebihan. Hal ini dapat menyebabkan alirah darah jantung terhambat sementara.

Dilansir American Heart Association mengatakan bahwa pemeriksaan penunjang antara serangan jantung dan broken heart syndrome bisa jadi sama. Namun pada broken heart syndrome tidak terdapat adanya bukti penyumbatan pembuluh darah jantung. 

Adapun penyembuhan dari broken heart syndrome ini lebih singkat dibandingkan serangan jantung, yaitu membutuhkan waktu beberapa hari atau minggu. Berbeda dengan serangan jantung yang proses penyembuhannya membutuhkan waktu beberapa bulan. 

4. Broken heart syndrome dapat didiagnosis secara pasti melalui pemeriksaan penunjang

Mirip Serangan Jantung, Ini 5 Fakta Broken Heart Syndrome Ilustrasi dokter (Pexels.com/Gustavo Fring)

Dilansir Mayo Clinic , untuk mendiagnosis suatu penyakit, seorang dokter akan menanyakan terkait keluhan pasien, melakukan pemeriksaan fisik, dan kemudian melakukan pemeriksaan penunjang. B

roken heart syndrome biasanya dipertimbangkan jika keluhan nyeri dada dirasakan setelah seseorang mengalami situasi yang sangat emosional. Selain itu, penderita broken heart syndrome biasanya tidak memiliki riwayat penyakit jantung.

Beberapa pemeriksaan penunjang yang akan dilakukan dokter antara lain sebagai berikut.

  • Elektrokardiografi (EKG): Merupakan pemeriksaan rekam jantung untuk mengetahui aktivitas listrik jantung. Pemeriksaan ini berfungsi untuk mengetahui apakah ada irama jantung yang tidak teratur.
  • Tes darah: Berfungsi untuk mengetahui apakah ada peningkatan enzim jantung yang dapat menjadi pertanda broken heart syndrome.
  • Ekokardiografi: Berfungsi untuk mengetahui apakah terdapat pembesaran jantung sebagai salah satu pertanda broken heart syndrome.
  • Cardiac Magnetic Resonance Imaging: Pemeriksaan ini akan memberikan hasil berupa gambaran anatomi jantung yang lebih jelas.
  • Angiografi Koroner: Oleh karena gejalanya yang mirip dengan serangan jantung, pemeriksaan angiografi koroner seringkali dilakukan. Pemeriksaan ini akan menunjukkan ada tidaknya penyumbatan pembuluh darah jantung. Ketika sumbatan tidak ditemukan, maka diagnosis serangan jantung dapat disingkirkan.

5. Broken heart syndrome dapat sembuh dengan sempurna

Mirip Serangan Jantung, Ini 5 Fakta Broken Heart Syndrome Ilustrasi orang meminum obat (Pexels.com/ JEESHOTS.com)

Ketika seseorang datang ke Unit Gawat Darurat dengan keluhan nyeri dada, kerapkali pasien  diperlakukan seperti pasien serangan jantung sampai terbukti bukan. Hal ini dikarenakan serangan jantung merupakan suatu kondisi kegawatan yang membutuhkan pertolongan segera.

Belum ada pengobatan standard untuk broken heart syndrome. Ketika sudah ditetapkan bahwa seseorang mengalami broken heart syndrome, dokter akan meresepkan beberapa obat jantung antara lain golongan Angiotensin Converting Enzyme inhibitor (ACE inhibitor),  Angiotensin Receptor Blocker, Beta-blocker, dan obat-obatan diuretik. Pada kebanyakan kasus, pengobatan membutuhkan waktu sekitar 3 minggu.

Pasien dengan broken heart syndrome dapat sembuh sempurna setelah beberapa minggu. Pemeriksaan ekokardiografi seringkali dilakukan sekitar 4-6 minggu setelah gejala awal untuk memastikan bahwa jantung telah sembuh sempurna. 

Broken heart syndrome dapat menyebabkan komplikasi, namun sangatlah jarang. Beberapa komplikasi fatal yang dapat terjadi antara lain,

  • Edema paru (terkumpulnya cairan di paru-paru)
  • Tekanan darah rendah (hipotensi)
  • Gangguan irama jantung
  • Gagal jantung 

Meskipun jarang terjadi, broken heart syndrome juga dapat berulang jika seseorang kembali mengalami kejadian yang membuat stress . Terkadang dokter akan meresepkan obat jangka panjang yang berguna untuk mengurangi efek hormon stres terhadap jantung. Manajemen stres juga perlu dilakukan untuk mencegah penyakit ini berulang kembali.

 

Baca Juga: Penyakit Jantung Bawaan, Masalah Struktur Jantung pada Kelahiran Bayi

Gilberta Rebecca Photo Verified Writer Gilberta Rebecca

Health enthusiast ❤️

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Febrianti Diah Kusumaningrum

Berita Terkini Lainnya