Hati-Hati, Terlambat Tangani Penyakit Jantung Bisa Berakibat Fatal!

Penanganan cepat dapat mengurangi risiko kematian

Jakarta, IDN Times - Penyakit jantung menjadi salah satu penyakit mematikan jika tak ditangani dengan cepat. Kepala Cardiac Center Bethsaida Hospitals, dr. Dasaad Mulijono, mengatakan bahwa salah penanganan pada pasien berpenyakit jantung bisa berakibat fatal, yakni kematian.

"Kalau kena serangan jantung, jangan main-main, bisa meninggal. Segera periksakan diri ke rumah sakit terdekat," ujar Dasaad di Rumah Sakit Bethsaida Serpong, Tangerang, Kamis (6/12).

1. Banyak pasien lebih memilih berobat ke luar negeri

Hati-Hati, Terlambat Tangani Penyakit Jantung Bisa Berakibat Fatal!IDN Times/Indiana Malia

Menurut dokter spesialis jantung tersebut, orang yang mengalami sakit jantung harus sesegera mungkin ditangani. Namun, kata dia, tak sedikit warga Indonesia yang memilih berobat ke luar negeri lantaran meragukan pengobatan di Indonesia. "Ada pasien saya yang gak mau beli obat di Indonesia, padahal obatnya sama dengan yang ada di Singapura. Katanya dia takut obat palsu. Susah kita kalau begini," kata Dasaad.

Baca Juga: Hubungan Kerutan di Dahi dengan Kesehatan Jantung Menurut Para Ahli

2. Mutu dan pelayanan rumah sakit kerap diragukan pasien

Hati-Hati, Terlambat Tangani Penyakit Jantung Bisa Berakibat Fatal!IDN Times/Indiana Malia

Menurut Dasaad, ada beberapa faktor yang membuat warga Indonesia memilih pengobatan ke luar negeri. Di antaranya terkait kualitas mutu pelayanan, keamaman dan pengawasan, tenaga medis tak ramah, hingga paling fatal beda diagnosis antara dokter satu dengan dokter lainnya. Misalnya, di dalam negeri divonis kanker, namun ketika diperiksa ulang ke luar negeri ternyata hanya infeksi. Oleh sebab itu, jaminan mutu dan keamanan juga patut dievaluasi oleh dokter dan rumah sakit.

"Mengapa banyak pasien lari ke luar negeri? Ini jadi masalah pemerintah karena triliunan uang lari ke luar negeri. Makin tahun makin banyak orang ke luar negeri. Misal, ada yang kena jantung, pas mau pasang cincin lalu pasiennya lari ke luar negeri. Ini coba kami ungkapkan supaya daya tarik berobat ke dalam negeri bisa membaik," ungkapnya.

3. Otot jantung tak bisa beregenerasi

Hati-Hati, Terlambat Tangani Penyakit Jantung Bisa Berakibat Fatal!IDN Times/Indiana Malia

Menurut Dasaad, penanganan cepat terhadap pasien penyakit jantung diperlukan karena otot jantung tak bisa beregenerasi. Dalam jangka waktu 6 jam setelah serangan jantung, otot jantung akan mati sekitar 80 persen. Setelah 6-12 jam, otot jantung akan mati 90 persen, dan setelah 12-24 jam otot jantung akan mati hampir 100 persen.

"Orang kalau kena serangan jantung, paling baik itu pergi ke rumah sakit agar sumbatannya langsung dibuka, hasilnya lebih baik. Karena otot jantung itu gak bisa beregenerasi. Kalau dia kena sumbatan, pasiennya meninggal atau jantungnya rusak, otot jantung gak bisa mengalami regenerasi," paparnya.

4. Masyarakat kelas menengah ke atas perlu diedukasi

Hati-Hati, Terlambat Tangani Penyakit Jantung Bisa Berakibat Fatal!IDN Times/Indiana Malia

Oleh sebab itu, masyarakat perlu diedukasi agar tak melulu berkiblat pada luar negeri sebagai tempat pengobatan. Sebab, hal itu kerap terjadi pada masyarakat kelas menengah ke atas. "Dia kalau kena serangan jantung lalu mau berobat ke Singapura, sudah meninggal semua besoknya. Jadi mau berobat apa pun juga, kalau kena serangan jantung harus mengandalkan dokter lokal karena waktunya cuma ada 24 jam," tuturnya.

5. Penanganan cepat dapat mengurangi risiko kematian

Hati-Hati, Terlambat Tangani Penyakit Jantung Bisa Berakibat Fatal!kitchendecor.club

Menurut Dasaad, penanganan cepat dapat mengurangi risiko kematian. Misalnya, orang yang terkena serangan jantung lalu tiba di rumah sakit dalam waktu satu jam, dokter bisa langsung melakukan kateterisasi. Otot jantung yang mati pun hanya 10 persen.

"Jadi harus cepat sekali. Kalau dalam waktu sejam langsung dikateter, itu yang mati otot jantungnya cuma 10 persen. Edukasi penting sekali karena kadang suka gak percaya sama dokter. Selalu inginnya second opinion ke Singapura tapi kemudian merasa sesak bukan main, akhirnya mau dipasang cincin jadi sia-sia," kata dia.

Baca Juga: Ahli: "Macetnya Ibukota Ternyata Berisiko Tingkatkan Penyakit Jantung"

Topik:

  • Isidorus Rio Turangga Budi Satria
  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya