Apraxia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Disfungsi bagian otak yang menyebabkan gangguan gerak

Apraxia atau apraksia adalah gangguan neurologis yang ditandai dengan ketidakmampuan untuk melakukan gerakan yang dipelajari (akrab) atas perintah, meskipun perintah itu dipahami dan ada kemauan untuk melakukan gerakan tersebut. Baik keinginan maupun kemampuan untuk bergerak ada, tetapi orang tersebut tidak mampu melakukannya.

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke dan Medical News Today, apraxia dapat terjadi karena disfungsi belahan otak, khususnya di bagian lobus parietal, kerusakan bagian otak lain, atau berbagai jenis penyakit. 

Seseorang dengan apraxia mungkin akan kesulitan dalam mengikat tali sepatu atau mengancingkan kemeja. Dalam beberapa kasus, penderita juga bisa kesulitan dalam berbicara atau mengekspresikan diri melalui kata-kata.

1. Jenis

Apraxia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi apraksia atau apraxia (pexels.com/Matthias Zomer)

Seseorang dapat mengalami satu atau beberapa jenis apraxia secara bersamaan. Jenis-jenisnya antara lain sebagai berikut:

  • Buccofacial apraxia: ditandai dengan ketidakmampuan menggerakkan wajah atau bibir sesuai perintah, seperti bersiul dan batuk. Jenis ini adalah yang paling umum.
  • Conceptual apraxia: penderita akan mengalami kesulitan dalam melakukan tugas yang melibatkan lebih dari satu langkah.
  • Constructional apraxia: ditandai dengan ketidakmampuan membuat gambar dasar, diagram, menyalin, atau menggambar dalam konsep yang lebih besar.
  • Ideational apraxia: penderitanya biasanya tidak mampu mengikuti urutan gerakan, seperti cara berpakaian atau prosedur mandi. Mereka kesulitan membuat perencanaan akan gerakan tertentu.
  • Ideomotor apraxia: penderitanya tidak mampu mengikuti perintah verbal untuk mengikuti gerakan orang lain.
  • Limb-kinetic apraxia: penderita dulunya dapat melakukan pergerakan dan memahami cara menggunakan alat tertentu. Namun, dikarenakan kondisi tersebut, mereka tidak dapat lagi melakukan gerakan yang sama. Tanda-tandanya adalah ketidakmampuan menggunakan lengan, jari, atau kaki untuk melakukan gerakan terkoordinasi.
  • Oculomotor apraxia: berkaitan dengan gerakan mata, yang mana penderita mengalami kesulitan menggerakkan mata.
  • Verbal apraxia: penderita akan mengalami kesulitan dalam koordinasi gerakan mulut dan bicara. Dampaknya, mereka akan mengalami masalah pada ritme dan suara. Apraxia dapat disertai dengan gangguan bahasa yang biasa disebut afasia.

2. Penyebab

Apraxia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi stroke (stroke.org)

Apraxia terjadi ketika daerah tertentu dari belahan otak di otak tidak berfungsi dengan baik. Disfungsi ini bisa terjadi jika lesi di otak terbentuk di sepanjang jalur saraf yang menyimpan ingatan tentang gerakan yang dipelajari. Seseorang dengan apraxia mungkin tidak dapat mengakses informasi ini.

Apraxia dapat terjadi karena cedera kepala atau penyakit yang memengaruhi otak, seperti:

  • Stroke
  • Trauma kepala
  • Demensia
  • Tumor
  • Degenerasi ganglion kortikobasal

Kondisi ini lebih sering dialami usia lanjut karena insiden penyakit neurologis yang lebih tinggi, seperti stroke dan demensia. Apabila apraxia terjadi karena pembengkakan akibat stroke, kondisi ini mungkin membaik dalam beberapa minggu.

Apraxia juga bisa disebabkan karena adanya kelainan genetik. Jika bayi mengalami apraxia saat lahir, mungkin ini disebabkan karena masalah yang melibatkan sistem saraf pusat.

Baca Juga: Pneumotoraks Katamenial: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

3. Gejala

Apraxia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi apraksia (leighbrainandspine.com)

Gejala utama apraxia adalah ketidakmampuan untuk melakukan gerakan tanpa adanya kelumpuhan fisik. Perintah untuk bergerak dipahami, tetapi tidak dapat dijalankan. Ketika gerakan dimulai, biasanya sangat canggung, tidak terkendali, atau terlihat tidak wajar.

Dalam beberapa kasus, gerakan dapat terjadi secara tidak sengaja. Apraxia kadang disertai dengan hilangnya kemampuan untuk memahami atau menggunakan kata-kata (afasia).

Jenis apraxia tertentu dicirikan oleh ketidakmampuan untuk melakukan gerakan tertentu atas perintah. Sebagai contoh, pada buccofacial apraxia, individu yang terkena tidak bisa batuk, bersiul, menjilat bibir, atau mengedipkan mata saat diminta. 

Contoh lain, pada jenis constructional apraxia, individu tidak bisa mereproduksi pola sederhana atau menyalin gambar sederhana.

4. Diagnosis

Apraxia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi pemeriksaan dokter (pexels.com/Gustavo Fring)

Untuk menegakkan diagnosis, dokter akan melihat serangkaian riwayat medis dan mempertimbangkan gejala untuk identifikasi penyebab yang mendasarinya.

Dokter dapat melakukan berbagai tes seperti menilai kemampuan komunikasi verbal dan nonverbal, kemampuan mendengar, koordinasi, dan respons pasien dalam partisipasi untuk fungsi kegiatan tertentu.

Sementara itu, tes lainnya dapat mencakup tes fisik, yakni pengukuran keterampilan koordinasi motorik dan tes bahasa untuk mengetahui kemampuan memahami perintah.

5. Pengobatan

Apraxia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi pengobatan apraksia (physio.co.uk)

Orang dengan apraxia bisa mendapat manfaat dari perawatan tertentu ditambah mendapat dukungan dari anggota keluarga dan orang-orang terdekat.

Terapis okupasi dan wicara memainkan peran penting dalam membantu orang dengan apraxia. Selain itu, pengasuh atau caregiver pasien juga harus belajar untuk memahami kondisi pasien.

Dilansir MedlinePlus, selama perawatan, terapis akan fokus pada:

  • Mengulangi suara berulang-ulang untuk mengajarkan gerakan mulut.
  • Memperlambat ucapan pasien.
  • Mengajarkan berbagai teknik untuk membantu komunikasi.
  • Pengenalan dan pengobatan depresi penting bagi penderita apraxia.

Untuk membantu komunikasi, keluarga dan teman harus:

  • Menghindari memberikan arahan yang rumit.
  • Gunakan frasa sederhana untuk menghindari kesalahpahaman.
  • Bicara dengan nada suara yang normal. Masalah berbicara pada apraxia bukanlah masalah pendengaran.
  • Jangan berasumsi bahwa orang tersebut mengerti.
  • Jika memungkinkan, sediakan alat bantu komunikasi tergantung kondisi.

Tips lainnya untuk kehidupan sehari-hari dapat meliputi:

  • Menjaga lingkungan yang santai dan tenang.
  • Luangkan waktu untuk menunjukkan kepada seseorang dengan apraxia bagaimana melakukan suatu tugas, dan berikan cukup waktu bagi mereka untuk melakukannya.
  • Jangan meminta mereka untuk mengulangi tugas jika mereka jelas-jelas kesulitan melakukannya. Ini hanya akan meningkatkan frustrasi.
  • Sarankan cara lain untuk melakukan hal yang sama. Misalnya, beli sepatu dengan kait dan penutup, bukan tali.
  • Jika depresi atau frustrasi sudah tergolong parah, konseling kesehatan mental dapat membantu.

Prospek pasien dengan apraxia akan bervariasi tergantung kondisi pasien. Jika apraxia terjadi akibat stroke atau gangguan neurologis lainnya, pengobatan untuk kondisi medis tersebut bisa membantu mengurangi atau mengatasi gejala apraxia.

Gejala bisa membaik secara signifikan dari waktu ke waktu pada beberapa pasien, sementara beberapa lainnya mungkin mengalami perbaikan lebih sedikit. Ada juga beberapa orang yang mengalami peningkatan kondisi selama beberapa tahun atau bahkan beberapa dekade.

Dengan dukungan yang tepat dari orang yang dicintai, sekolah, atau rekan kerja, penderita apraxia juga bisa belajar mengelola kondisinya.

Baca Juga: Mengenal Glossophobia, Gangguan Kecemasan Berbicara di Depan Umum

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya