Binge-Eating Disorder: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Sering kali disertai masalah kesehatan mental

Makan banyak jika dilakukan sesekali wajar, misalnya saat kangen makanan tertentu atau ditraktir makan di restoran all-you-can-eat. Namun, kalau makan berlebihan sering dilakukan atau menjadi kebiasaan, ini patut diwaspadai. Bisa jadi kamu mengalami binge-eating disorder yang merupakan penyimpangan perilaku makan.

Dilansir Eating Disorder Hope, binge-eating disorder pertama kali dijelaskan pada tahun 1959 oleh Albert Stunkard, seorang psikiater dan peneliti. Kondisi ini tidak hanya mengacu pada “kebiasaan makan yang banyak”, melainkan cenderung terjadi bersamaan dengan masalah kesehatan mental. Gangguan makan ini bisa dialami oleh perempuan maupun laki-laki.

1. Apa itu binge-eating disorder?

Binge-Eating Disorder: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi binge eating disorder (unsplash.com/Prudence Earl)

Binge-eating disorder (BED) adalah gangguan mental yang ditandai dengan episode makan berlebihan secara teratur. "Pesta" makan ini melibatkan makanan dalam jumlah berlebihan, yang mungkin terjadi dalam waktu cepat, atau mungkin terus-terusan mengunyah makanan dalam periode waktu yang lama. Episode ini bisa terasa kacau, tidak terkendali, dan mengkhawatirkan.

Selama episode makan banyak, penderitanya mungkin tidak merasa lapar, tetapi bisa terus makan melewati titik rasa kenyang yang nyaman. Biasanya penderitanya makan sendirian atau diam-diam karena adanya perasaan bersalah, malu, jijik, atau suasana hati yang buruk setelah binge-eating.

BED adalah gangguan mental serius yang memengaruhi lebih banyak orang dibanding gangguan makan lainnya. Faktanya, penelitian menunjukkan persentase yang tidak jauh berbeda antara laki-laki dan perempuan untuk mengalami BED, mengutip laman Eating Disorders Victoria.

2. Hubungan antara binge-eating disorder dan kesehatan mental

Binge-Eating Disorder: Penyebab, Gejala, Komplikasi, PengobatanUnsplash.com/Andriyko Podilnyk

BED sering kali berkaitan dengan masalah kesehatan mental. Dilansir Medical News Today, kondisi yang biasanya menyertai gangguan makan ini adalah gangguan mood, kecemasan, gangguan depresi mayor, gangguan kepribadian ambang, gangguan obsesif kompulsif, gangguan stres pascatrauma, alkoholisme, atau penyalahgunaan zat.

Semua kondisi tersebut dapat menyebabkan tantangan emosional yang mungkin menyebabkan rasa bersalah pada seseorang dengan BED. Faktor umum yang sering membuat seseorang mengembangkan BED adalah perasaan akan harga diri yang rendah. Imbasnya, penderitanya akan menyalahkan diri sendiri dan merusak citra harga dirinya.

3. Gejala binge-eating disorder

Binge-Eating Disorder: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi orang dengan binge eating disorder makan diam-diam (unsplash.com/Artem Labunsky)

Orang dengan BED mengalami periode makan berlebihan secara teratur dengan jumlah besar dan cenderung mengonsumsi makanan yang tidak sehat.

Gangguan makan ini tertulis dalam buku pedoman Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5), yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association (APA), dan masuk ke dalam daftar diagnosis kesehatan mental sejak tahun 2013.

Dilansir Women's Health, kriteria BED adalah makan secara berulang dan terus-menerus, yang melibatkan periode makan lebih cepat dari biasanya, makan banyak saat tidak lapar, makan diam-diam sendirian karena malu dengan porsi makannya, makan sampai terlalu kenyang, serta merasa bersalah setelah makan.

Baca Juga: Gangguan Makan Pica: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

4. Penyebab binge-eating disorder

Binge-Eating Disorder: Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi makan-makan (unsplash.com/Rosie Fraser)

Penyebab BED belum sepenuhnya dipahami, tetapi para ahli meyakini ada beberapa variasi faktor yang dapat meningkatkan gangguan makan ini, di antaranya:

  • Usia: walaupun bisa memengaruhi segala usia, tetapi tanda dan gejala awal sering ditunjukkan pada akhir masa remaja atau usia awal 20-an.

  • Faktor biologis dan genetik: faktor tersebut mungkin berperan, terlebih dalam hal kebiasaan makan.

  • Riwayat pribadi dan keluarga: mendapat kritik atas bentuk dan ukuran tubuh bisa menjadi pemicu. Ditambah lagi jika orang tersebut pernah mengalami gangguan makan lain, depresi, atau jenis kecanduan lain.

  • Gangguan makan lain: seseorang dengan gangguan makan seperti anoreksia atau bulimia memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan makan berlebihan.

  • Masalah kesehatan mental: orang-orang dengan gangguan makan berlebih tak bisa mengendalikan aktivitas makannya. Tidak jarang mereka mengalami masalah dalam mengatasi stres, kecemasan, kemarahan, kesedihan, kebosanan, atau kekhawatiran.

  • Kepribadian tertentu: seseorang yang perfeksionis dan punya gangguan obsesif lebih mungkin mengembangkan binge eating disorder.

  • Adanya kondisi medis: sindrom Prader-Will dapat memicu kebiasaan makan berlebihan. Sindrom ini dapat memengaruhi kelenjar hipotalamus dan berakibat pada produksi hormon, termasuk mekanisme pengontrol nafsu makan. Akibatnya, tubuh tidak dapat memberi tahu kapan merasa kenyang, sehingga mereka terus makan.

  • Trauma pelecehan seksual: beberapa orang yang melaporkan pernah mengalami pelecehan seksual memiliki kaitan dengan BED. Diperkirakan, 35 persen perempuan dan 16 persen laki-laki mengalami BED yang berhubungan dengan trauma seksual.

  • Diet: menurut data, perempuan yang sedang diet dua belas kali lebih mungkin mengalami BED dibanding dengan perempuan yang tidak sedang diet. Meskipun demikian, masih perlu penelitian lebih lanjut untuk membuktikan apakah diet termasuk faktor risiko BED.

  • Tekanan sosial: media sosial yang menyuguhkan tampilan fisik dapat memicu BED. Fokus yang intens untuk menjadi langsing, terlebih karena tekanan sosial atau lingkungan kerja, dapat meningkatkan risiko seseorang mengembangkan BED.

5. Diagnosis binge-eating disorder dan komplikasi yang dapat terjadi

Binge-Eating Disorder: Penyebab, Gejala, Komplikasi, PengobatanPexels.com/Andrea Piacquadio

Diagnosis BED mengacu pada DSM-5. Seseorang harus menunjukkan kesusahan nyata, tidak terlibat dalam perilaku kompensasi, dan mengalami setidaknya satu episode makan berlebihan sekali seminggu selama tiga bulan.

Dilansir Mayo Clinic, dokter mungkin akan melakukan evaluasi psikologis berkaitan tentang kebiasaan makan pasien. Dokter juga akan menyarankan pasien melakukan tes lain untuk memeriksa konsekuensi dari BED, seperti kolesterol tinggi, penyakit refluksgastroesofageal (GERD), dan beberapa gangguan pernapasan terkait tidur.

Beberapa orang mungkin mengalami gejala lebih ringan dan makan berlebihan sekali dalam seminggu, sementara lainnya mengalami gejala parah dan bisa makan berlebihan sebanyak 14 kali atau lebih per minggu.

BED dapat menimbulkan masalah kesehatan secara menyeluruh. Penderitanya mungkin bisa mengalami masalah fisik dan psikologis yang berhubungan dengan BED, yang bisa meliputi:

  • Kualitas hidup yang buruk
  • Masalah performa di tempat kerja, dengan kehidupan pribadi, atau dalam situasi sosial
  • Isolasi sosial
  • Kegemukan
  • Kondisi medis yang berhubungan dengan obesitas, seperti masalah persendian, penyakit jantung, diabetes tipe 2, GERD, dan beberapa gangguan pernapasan terkait tidur

Gangguan kejiwaan yang sering dikaitkan dengan BED di antaranya:

  • Depresi
  • Gangguan bipolar
  • Kecemasan
  • Gangguan penggunaan zat

6. Bisakah binge-eating disorder diobati?

Binge-Eating Disorder: Penyebab, Gejala, Komplikasi, PengobatanSelain dokter, binge-eating disorder juga bisa diobati dengan konsultasi ke ahli kesehatan jiwa. (eatingrecoverycenter.com)

BED bisa menjadi sangat serius dan memengaruhi kesehatan penderitanya secara menyeluruh. Tidak jarang, banyak penderita yang mencari pertolongan medis untuk bisa sembuh.

Pengobatan dan perawatan biasanya bertujuan untuk mengurangi frekuensi makan berlebihan dan meningkatkan kesehatan psikis.

Opsi pengobatan dan perawatan dapat melibatkan beberapa aspek, seperti:

  • Terapi perilaku kognitif
  • Terapi perilaku dialektika
  • Psikoterapi interpersonal
  • Pengobatan dengan antidepresan, anticemas, atau pengontrol nafsu makan
  • Terapi lain seperti support group dan perawatan pengendalian berat badan

Selain itu, ada pula beberapa cara untuk meredam kebiasaan buruk makan berlebihan, yang meliputi:

  • Tidak menyimpan makanan dalam jumlah besar di rumah
  • Ketika makan, lebih baik fokus pada makanan dan tidak sambil melakukan aktivitas lain seperti membaca buku atau menonton TV
  • Membuat jurnal untuk membantu mengamati pola makan
  • Menyibukkan diri untuk menghindari rasa bosan

Selain itu, tidur yang cukup, rutin olahraga, menerapkan pola makan sehat bergizi seimbang, serta melatih kesadaran akan pentingnya mengendalikan makan berlebih juga dapat dilakukan.

Bila kamu merasa mengalami gejala binge-eating disorder, jangan ragu untuk mencari bantuan tenaga kesehatan profesional.

Selain ke dokter melakukan pemeriksaan fisik, kamu juga bisa berkonsultasi dengan ahli kesehatan jiwa bila ada masalah mental yang mendasari atau merasakan dampaknya pada kondisi psikis. Yang pasti, jangan dibiarkan, ya.

Baca Juga: 7 Fakta Bulimia Nervosa, Gangguan Makan yang Bisa Menyebabkan Kematian

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya