Complex PTSD: Gejala, Penyebab, dan Perawatan

Lebih ekstrem dan menetap lebih lama daripada PTSD

Gangguan stres pascatrauma (PTSD) kompleks atau complex PTSD (cPTSD) adalah kondisi psikologis yang melibatkan banyak gejala PTSD disertai gejala lainnya.

PTSD bisa disebabkan oleh sejumlah peristiwa traumatis, seperti kecelakaan, bencana alam, bahkan tindak kekerasan. Namun, ketika peristiwa traumatis terjadi secara berulang dan berkelanjutan, ini bisa memicu PTSD kompleks karena sifatnya lebih intens.

PTSD kompleks sebenarnya sudah mendapat perhatian sejak istilah ini dicetuskan pertama kali sekitar akhir tahun 1980–an. Akan tetapi, ini bukan termasuk kondisi mental yang diakui dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, Fifth Edition (DSM-5). Berbeda dengan International Classification of Diseases, 11th Revision (ICD-11) yang oleh Badan Kesehatan Dunia (WHO) diakui sebagai suatu kondisi kesehatan mental.

1. Gejala

Complex PTSD: Gejala, Penyebab, dan Perawatanilustrasi complex PTSD atau PTSD kompleks (pexels.com/MART PRODUCTION)

Selain gejala utama PTSD, penghindaran, dan hyperarousal, gejala PTSD kompleks umumnya meliputi:

  • Pandangan diri yang negatif: Orang dengan PTSD kompleks cenderung memiliki pandangan yang negatif terhadap diri sendiri. Perasaan bersalah, malu, dan tidak berdaya sering kali mengganggu kehidupan. Studi dalam World Journal of Psychiatry mengungkap, orang yang terdiagnosis PTSD kompleks sering merasa menjadi "berbeda" dari orang-orang pada umumnya.
  • Kesulitan mengendalikan emosi: Menurut studi dalam Borderline Personality Disorder and Emotion Dysregulation, penderita PTSD kompleks sangat rentan terhadap ledakan emosi, kesedihan terus-menerus, depresi, hingga pikiran untuk bunuh diri.
  • Kesulitan membangun dan mempertahankan hubungan: Bukan tidak mungkin penderita PTSD kompleks sulit memercayai orang lain (terlebih jika faktor pemicu trauma adalah tindak kekerasan). Laporan dalam Journal of Counseling & Development menjelaskan, seseorang dengan PTSD kompleks mungkin menghindari suatu hubungan dalam beberapa titik kehidupan.
  • Trauma detachment: Pengidap PTSD kompleks dapat mengembangkan perasaan depersonalisasi dan derealisasi. Mereka mungkin juga melupakan trauma yang dirasakan, tetapi dengan konotasi yang negatif.
  • Meragukan esensi makna kehidupan: Tidak jarang penderita PTSD kompleks mulai goyah akan aspek dalam kehidupan, seperti nilai, keyakinan agama, atau harapan pada dunia dan orang lain.

2. Penyebab

Complex PTSD: Gejala, Penyebab, dan Perawatanilustrasi PTSD kompleks (pexels.com/Karolina Grabowska)

Sering kali orang dengan PTSD kompleks mengalami trauma berkepanjangan dan berkelanjutan yang melibatkan pelecehan fisik, emosional, dan seksual. Contoh kasus yang dapat menyebabkan PTSD kompleks meliputi:

  • Menjadi korban perdagangan manusia.
  • Menjadi tawanan perang.
  • Menetap di wilayah yang tidak aman atau dalam situasi perang.

Menurut ulasan dalam Development and Psychopathology yang diterbitkan oleh Cambridge University Press, trauma kompleks berkepanjangan dapat hadir pada anak usia dini. Ini juga dikenal dengan adverse childhood experiences. Paparan traumatis pada masa kanak-kanak bisa terjadi dalam bentuk:

  • Pengalaman merugikan terkait kekerasan, pelecehan, atau penelantaran oleh orang terdekat.
  • Tumbuh di lingkungan yang tidak aman atau penuh kejahatan.
  • Kasus kematian karena bunuh diri dalam keluarga.
  • Terdapat anggota keluarga yang dipenjara.
  • Di dalam keluarga ada yang mengidap suatu gangguan kesehatan jiwa.
  • Ketergantungan zat berbahaya dalam keluarga.
  • Masalah kemiskinan dan ketidakstabilan kondisi rumah.

Baca Juga: Kenali 6 Tipe PTSD, Gejala dan Penanganannya Bisa Berbeda

3. Paparan pemicu yang memengaruhi kinerja otak

Complex PTSD: Gejala, Penyebab, dan Perawatanilustrasi PTSD kompleks (pexels.com/Ric Rodrigues)

Orang dengan PTSD kompleks dapat bereaksi secara berbeda terhadap situasi tertentu dan seolah menghidupkan kembali trauma tersebut. Situasi di sini mengacu pada riwayat trauma spesifik yang menjadi akar pemicu PTSD kompleks.

Pemicunya pada setiap orang bisa termanifestasi sebagai respons fight or flight. Ini merupakan respons tubuh dalam menghadapi stres. Bagian otak yang bertanggung jawab dalam mekanisme tersebut ialah amigdala.

Ketika pemicu hadir dan berkembang menjadi respons fight or flight, otak akan menerjemahkannya ke dalam sinyal bahaya (tetapi sebenarnya tidak). Proses ini dikenal dengan istilah amygdala hijack. Akibatnya, individu yang bersangkutan akan mengembangkan kilas balik, mimpi buruk, atau mudah terkejut. 

4. Perawatan

Complex PTSD: Gejala, Penyebab, dan Perawatanilustrasi pengobatan PTSD (pexels.com/SHVETS production)

Menurut studi dalam European Journal of Psychotraumatology tahun 2021, ada kemungkinan pengobatan PTSD kompleks butuh waktu lebih lama ketimbang PTSD. Dilansir Medical News Today, beberapa opsi pengobatan untuk memanajemen PTSD kompleks di antaranya:

  • Pemberian obat-obatan tertentu: Dokter mungkin akan meresepkan beberapa obat guna membantu mengatasi dampak yang ditimbulkan dari PTSD kompleks. Beberapa jenis obat tersebut termasuk sertraline, paroxetine, dan fluoxetine.
  • Psikoterapi: Lewat psikoterapi, penderita PTSD kompleks akan belajar mengatasi perasaan negatif dan mulai terbuka pada hubungan baru yang sehat. Jenis psikoterapi yang mungkin diterapkan ialah terapi perilaku kognitif (CBT) dan terapi perilaku dialektika (DBT).
  • Prolonged Exposure (PE): PE merupakan bagian dari CBT yang pada praktiknya bertujuan untuk mengurangi penghindaran ingatan traumatis. Di sisi lain, PE membantu mengembangkan reaksi yang tidak terlalu parah terhadap ingatan traumatis dan pemicunya.
  • Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR): Bertujuan agar individu yang bersangkutan tidak lagi mengembangkan reaksi negatif yang kuat terhadap ingatan traumatis.

5. Strategi penanganan PTSD kompleks lainnya

Complex PTSD: Gejala, Penyebab, dan Perawatanilustrasi menuliskan jurnal pribadi (pexels.com/lilartsy)

Pengobatan PTSD kompleks bisa memakan waktu cukup lama. Selain pengobatan dari dokter, penting juga untuk tahu cara lainnya untuk mengelola dan mengatasi gejala. Beberapa strategi 

Namun, terlepas dari pengobatan yang disarankan dokter, penting juga menerapkan cara untuk mengelola dan mengatasi gejala. Beberapa strategi mengatasi PTSD kompleks dapat dilakukan dengan:

  • Mencari dukungan secara sosial melalui teman dekat atau anggota keluarga yang dipercaya. Dengan tetap terkoneksi dengan orang lain, ini dapat membantu meredam efek PTSD kompleks, salah satunya perasaan terisolasi.
  • Mempraktikkan meditasi mindfulness untuk membantu mengelola perasaan stres, cemas, dan depresi.
  • Menuliskan keluh kesah yang memenuhi pikiran dalam jurnal pribadi. Dalam beberapa kasus, ini juga dapat dijadikan salah satu acuan dalam melacak gejala untuk nantinya didiskusikan dengan terapis dalam menentukan pengobatan.
  • Membaca buku self-improvement untuk memperkaya pengetahuan mengenai PTSD kompleks.

Bagi sebagian orang, PTSD kompleks mungkin akan menjadi tantangan yang dialami seumur hidup. Namun, perawatan yang berfokus pada trauma berkepanjangan dapat membantu seseorang mengurangi gejala secara signifikan.

Masalah kesehatan mental tidak boleh dianggap sebelah mata karena ini menandakan mentalmu tidak baik-baik saja. Apabila kamu sedang berjuang melawan PTSD kompleks atau kondisi mental lainnya, jangan pernah hilang harapan. Dengan perawatan yang tepat didukung pola hidup sehat, maka kualitas hidup akan tetap terjaga dan terhindar dari efek yang lebih serius.

Baca Juga: 5 Bentuk Dukungan Sosial terhadap Seseorang dengan PTSD     

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya