Pseudodemensia, saat Orang Depresi Menunjukkan Gejala Mirip Demensia

Biasanya tidak ada hubungan dengan penurunan fungsi otak

Pseudodemensia merupakan sekumpulan gejala medis yang memiliki kemiripan dengan demensia atau kondisi penurunan daya ingat. Namun, akar permasalahan ini tidak merujuk pada degenerasi neurologis. Justru pseudodemensia sering dikaitkan dengan penyebab lain perihal kesehatan mental, yakni depresi.

Menimbang overlapping terkait gejalanya, ahli medis cenderung memerlukan lebih banyak waktu untuk melakukan evaluasi secara detail dan menyeluruh. Sebenarnya, apa sih pseudodemensia itu?

Ulasan berikut ini akan menjabarkan secara gamblang mengenai pseudodemensia, mulai dari gejala, penyebab, diagnosis, dan pengobatannya. Simak penjelasan sampai akhir, ya!

1. Mengenal pseudodemensia

Pseudodemensia, saat Orang Depresi Menunjukkan Gejala Mirip Demensiailustrasi wanita yang sedang bersedih (pexels.com/Engin Akyurt)

Seperti yang telah disinggung pada bagian awal, pseudodemensia tidak memiliki korelasi terhadap gangguan neurologis. Sementara itu, beberapa ahli menyebutnya dengan depresif pseudodemensia karena gejala yang ditunjukkan sering kali bersinggungan dengan masalah suasana hati. Dalam hal ini, depresi.

Pseudodemensia umumnya menjangkit orang dewasa menuju lansia. Dilansir laman Medical News Today, dijelaskan jika beberapa hipotesis mengenai depresi dapat memengaruhi kinerja kognitif pada otak lansia.

2. Gejala pseudodemensia

Pseudodemensia, saat Orang Depresi Menunjukkan Gejala Mirip Demensiailustrasi nenek sedang sakit kepala (pexels.com/ Shashank Kumawat)

Gejala utama pseudodemensia terdiri dari beberapa aspek, mencakup:

  • Permasalahan terhadap bahasa dan komunikasi
  • Kesulitan mengatur emosi
  • Kesulitan memperhatikan atau merencanakan suatu hal
  • Pada suatu momen bisa mengalami hilang ingatan

Namun, karena pseudodemensia adalah kondisi yang erat dengan masalah depresi, individu yang bersangkutan juga bisa menunjukkan gejala lain berupa:

  • Mengalami tekanan suasana hati yang berlangsung dalam kurun waktu lama
  • Melakukan penarikan sosial
  • Kehilangan nafsu makan atau minat dalam menjalankan aktivitas sehari-hari
  • Sering menunjukkan indikasi kelelahan umum
  • Terlintas pikiran atau perilaku untuk mengakhiri hidup
  • Mengalami insomnia atau hipersomnia

3. Apa yang menyebabkan seseorang mengalami pseudodemensia?

Pseudodemensia, saat Orang Depresi Menunjukkan Gejala Mirip Demensiailustrasi nenek kakek merindukan cucunya (pexels.com/cottonbro)

Depresi merupakan penyebab paling umum seseorang mengembangkan pseudodemensia. Pernyataan ini diperkuat oleh kajian ilmiah yang diterbitkan Annals of Indian Academy of Neurology pada tahun 2014. Studi tersebut membuka hubungan kompleks keduanya. Depresi ternyat dapat menyebabkan gangguan kognitif. Demikian juga sebaliknya, demensia dapat bermanifestasi menyerupai gejala depresi.

Di samping itu, masalah kesehatan mental lain seperti gangguan disosiatif atau skizofrenia dapat menyebabkan gejala yang sama. Tidak menutup kemungkinan juga jika hal ini dapat memunculkan gejala tambahan di samping gejala demensia, yaitu sering lupa.

4. Diagnosis pseudodemensia

Pseudodemensia, saat Orang Depresi Menunjukkan Gejala Mirip Demensiailustrasi nenek berbincang dengan terapis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Pseudodemensia dan demensia adalah dua kondisi yang sulit dibedakan dari kacamata medis. Banyak dokter pun kurang setuju penggunaan istilah tersebut karena menganggap pseudodemensia tidak lebih sebagai representasi gejala, bukan diagnosis yang berdiri sendiri. Oleh karena itu, dokter akan sangat berhati-hati dalam menegakkan diagnosis.

Menentukan apakah seseorang mengalami pseudodemensia atau tidak umumnya memerlukan sejumlah tes untuk memudahkan proses evaluasi. Unsur yang menjadi bahan evaluasi meliputi refleks, gerakan dan keseimbangan, persepsi visual, penggunaan bahasa dan komunikasi, kemampuan memperhatikan dan menyimpan informasi, serta problem solving. 

Selain itu, tes darah dan tes pencitraan mungkin juga akan dilakukan oleh tenaga medis untuk mengesampingkan kondisi lain.

5. Pengobatan dan perawatan pseudodemensia

Pseudodemensia, saat Orang Depresi Menunjukkan Gejala Mirip Demensiailustrasi nenek tersenyum (pexels.com/RODNAE Productions)

Setelah dokter mencapai keputusan diagnosis mengenai pseudodemensia, maka tahap selanjutnya adalah menentukan pengobatan dan perawatan untuk mengelola gejala. Perlu digarisbawahi bahwa pilihan intervensi medis didasarkan pada penyebab yang mendasarinya. Opsi pengobatan dan perawatan pun bisa berbeda-beda antara satu individu dengan individu lainnya.

Beberapa opsi pengobatan dan perawatan untuk mengontrol pseudodemensia adalah dengan konsumsi obat antidepresan. Selain itu, menjalani terapi mental seperti terapi perilaku kognitif atau terapi interpersonal juga bisa membantu.

Pseudodemensia mengacu pada serangkaian gejala yang memiliki kemiripan dengan demensia, tapi tidak berhubungan dengan penurunan fungsi di otak. Faktor yang sering menjadi penyebabnya adalah masalah kesehatan mental, seperti depresi.

Jika saat ini kamu tengah merasakan gejolak yang memengaruhi mental, jangan ragu untuk berkonsultasi pada ahli di bidangnya. Dengan begitu, kamu akan selangkah lebih efektif dalam menanggulangi kemungkinan buruk di masa yang akan datang.

Baca Juga: 5 Fakta Mikroagresi, Bullying Kaum Minor yang Pengaruhi Mental

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya