Inkontinensia Urine: Penyebab, Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatan 

Kondisi ini membuatmu sering mengompol

Meskipun tidak dianjurkan, kadang kita terpaksa menahan kencing dalam kondisi tertentu, misalnya saat terjebak macet, antrean toilet umum yang mengular, dan sebagainya. Namun, bagi beberapa orang, menahan pipis adalah hal yang sangat sulit atau tak bisa ditahan, karena kalau dipaksakan risikonya adalah mengompol.

Apakah kamu termasuk yang kesulitan menahan pipis atau sering mengompol karena tidak bisa menahan kencing? Bila ya, kemungkinan itu adalah tanda inkontinensia urine atau urinary incontinence

1. Apa itu inkontinensia urine?

Inkontinensia Urine: Penyebab, Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatan ilustrasi menahan kencing (pixabay.com/Gerd Altmann)

Inkontinensia urine atau kadang disebut sebagai masalah kontrol kandung kemih adalah suatu kondisi seseorang sulit untuk mengontrol aktivitas buang air kecil. Keadaan ini menjadi salah satu indikasi adanya masalah pada kandung kemih. Inkontinensia urine dikatakan mirip beser dan masalah ini bisa menyerang siapa saja dan umum terjadi.

Menurut laporan dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), prevalensi inkontinensia urine yang dilaporkan dalam studi berbasis populasi berkisar antara 9,9 persen hingga 36,1 persen, dan dua kali lipat lebih tinggi pada usia lanjut. Kondisi ini punya dampak besar pada kualitas hidup lansia.

Menurut sebuah studi dalam Althea Medical Journal tahun 2017, disebutkan bahwa prevalensi inkontinensia urine pada perempuan dalam suatu komunitas lebih tinggi, yakni 19,90 persen dari penelitian sebelumnya dari Indonesia dan negara Asia lainnya.

2. Jenis

Inkontinensia Urine: Penyebab, Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatan ilustrasi sulit menahan kencing (livescience.com)

Dirangkum dari berbagai sumber, inkontinensia urine dapat dikategorikan ke dalam beberapa kelompok, yaitu:

  • Stress incontinence: terjadi ketika kandung kemih merasa tertekan saat batuk, tertawa, bersin, olahraga, aktivitas tertentu seperti melompat, atau mengangkat sesuatu yang berat.

  • Urge incontinence: terjadi ketika seseorang memiliki keinginan yang tiba-tiba buang air kecil, bahkan hingga sepanjang malam. Kondisi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, meliputi infeksi, gangguan neurologis atau saraf, atau diabetes.

  • Overflow incontinence: terjadi ketika kandung kemih tidak sepenuhnya kosong ketika buang air kecil, sehingga dapat menyebabkan inkontinensia urine setelahnya.

  • Functional incontinence: terjadi ketika penderita mengalami masalah pada kondisi fisik atau mental tertentu. Misalnya penderita artritis parah yang mengalami kesulitan saat membuka kancing celana atau seseorang yang mengalami masalah mobilitas, sehingga inkontinensia urine tidak dapat dihindari.

  • Mixed incontinence: merupakan kondisi penderita mengalami lebih dari satu jenis inkontinensia urine.

  • Total incontinence: terjadi ketika kandung kemih tidak mampu menyimpan urine, sehingga penderita akan buang air kecil terus-menerus.

3. Gejala

Inkontinensia Urine: Penyebab, Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatan ilustrasi inkontinensia urine (compurocare.com)

Pada dasarnya setiap jenis inkontinensia urine menunjukkan gejala utama berupa kebocoran urine atau mengompol yang tidak dapat dibendung.

Stress incontinence, yang mana merupakan jenis inkontinensia urine paling umum, lebih banyak terjadi pada perempuan setelah melahirkan atau mengalami menopause. Stres di sini merujuk pada tekanan fisik, yakni ketika otot dan kandung kemih mengalami tekanan ekstra yang membuat seseorang bisa berkemih tanpa sadar.

Pada jenis urge incontinence, atau dikenal juga dengan kandung kemih yang terlalu aktif, merupakan jenis inkontinensia urine paling umum kedua. Pada jenis ini, otot kandung kemih mengalami kontraksi paksa, sehingga hasrat untuk buang air kecil tak bisa dihentikan.

Sementara itu, kasus overflow incontinence umumnya dialami laki-laki yang mengalami masalah pada kandung kemih, kelenjar prostat, atau uretra yang tersumbat. Sering kali kandung kemih tidak dapat mengosongkan air seni sepenuhnya atau menampungnya sesuai yang dikeluarkan tubuh, dan tidak jarang penderita mengalami tetesan urine konstan dari uretra.

Pada jenis functional incontinence, penderita tahu akan kebutuhan buang air kecil, tetapi mengalami kesulitan untuk pergi ke kamar mandi karena masalah mobilitas atau kondisi lain.

Sementara pada jenis mixed incontinence, umumnya didapati gejala stres dan tak bisa menahan kencing.

Terakhir, yakni jenis total incontinence, gejala yang ditunjukkan berupa kebocoran urine secara terus-menerus dan berkala, diikuti oleh beberapa masalah medis yang menjadi penyebabnya.

Baca Juga: 7 Fakta Menjijikkan seputar Kencing di Kolam Renang

4. Penyebab

Inkontinensia Urine: Penyebab, Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatan ilustrasi minum kopi (pexels.com/Vlad Bagacian)

Inkontinensia urine dapat disebabkan oleh kebiasaan sehari-hari, kondisi medis yang mendasari, atau masalah fisik. Evaluasi menyeluruh oleh dokter dapat membantu menentukan penyebab inkontinensia urine.

Inkontinensia urine yang sementara bisa disebabkan karena:

  • Alkohol
  • Kafein
  • Minuman berkarbonasi dan air soda
  • Pemanis buatan
  • Cokelat
  • Cabai
  • Makanan yang tinggi rempah-rempah, gula atau asam, terutama buah jeruk
  • Obat jantung dan tekanan darah, obat penenang, dan relaksan otot
  • Vitamin C dosis besar

Inkontinensia urine juga dapat disebabkan oleh kondisi medis yang mudah diobati, seperti infeksi saluran kemih dan sembelit.

Pada inkontinensia urine persisten, ini bisa disebabkan oleh masalah atau perubahan fisik yang mendasarinya, yang bisa termasuk:

  • Kehamilan
  • Persalinan pervaginam
  • Perubahan seiring bertambahnya usia
  • Menopause
  • Pembesaran prostat
  • Kanker prostat
  • Obstruksi, misalnya tumor di mana saja di sepanjang saluran kemih
  • Gangguan neurologis seperti multiple sclerosis, penyakit Parkinson, stroke, tumor otak, atau cedera tulang belakang

5. Faktor risiko

Inkontinensia Urine: Penyebab, Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatan Kelebihan berat badan adalah salah satu faktor risiko inkontinensia urine. (unsplash.com/AllGo - An App For Plus Size People)

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko inkontinensia urine mencakup:

  • Jenis kelamin perempuan, karena kaum hawa mengalami kehamilan, persalinan, menopause, serta faktor anatomi
  • Penuaan, karena otot-otot di kandung kemih dan uretra kehilangan sebagian kekuatannya
  • Kelebihan berat badan, karena meningkatkan tekanan pada kandung kemih dan otot-otot di sekitarnya, yang melemahkannya dan memungkinkan urine bocor saat batuk atau bersin
  • Merokok
  • Riwayat keluarga
  • Memiliki penyakit neurologis atau diabetes

6. Diagnosis

Inkontinensia Urine: Penyebab, Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatan ilustrasi pemeriksaan dokter (freepik.com/pressfoto)

Mengutip MedlinePlus, dokter mungkin akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk menegakkan diagnosis, termasuk:

  • Menanyakan riwayat kesehatan termasuk gejala yang dialami
  • Pemeriksaan fisik yang mungkin meliputi pemeriksaan dubur pada laki-laki dan pemeriksaan panggul pada perempuan
  • Tes urine dan/atau darah
  • Tes fungsi kandung kemih
  • Tes pencitraan

7. Pengobatan

Inkontinensia Urine: Penyebab, Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatan ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Pengobatan inkontinensia urine akan bergantung pada jenis dan penyebabnya. Seorang pasien mungkin akan butuh terapi kombinasi. Perawatannya meliputi:

  • Perubahan gaya hidup untuk mengurangi mengompol:

    • Minum dalam jumlah cukup pada waktu yang tepat
    • Aktif secara fisik
    • Menjaga berat badan tetap dalam kisaran normal
    • Mencegah konstipasi
    • Tidak merokok

  • Melatih kandung kemih yang melibatkan buang air kecil sesuai jadwal. Dokter akan membuat jadwal berdasarkan informasi mengenai pola berkemih harian pasien. Setelah itu, pasien berlatih untuk secara bertahap menunggu sedikit lebih lama untuk kencing. Ini dapat membantu meregangkan kandung kemih sehingga dapat menampung lebih banyak urine.

  • Latihan untuk memperkuat otot-otot dasar panggul. Otot dasar panggul yang kuat dapat menahan urine lebih baik. Latihan penguatan ini disebut latihan Kegel. Ini melibatkan pengencangan dan relaksasi otot-otot yang mengontrol aliran urine.

Jika perawatan di atas tidak berhasil, dokter mungkin akan merekomendasikan opsi lainnya, seperti:

  • Obat-obatan untuk:

    • Merilekskan otot kandung kemih, untuk membantu mencegah kejang kandung kemih.
    • Memblokir sinyal saraf yang menyebabkan frekuensi dan urgensi buang air kecil.
    • Mengecilkan prostat dan meningkatkan aliran urine pada laki-laki.

  • Penggunaan alat kesehatan, seperti:

    • Kateter, yang merupakan tabung untuk membawa urine keluar dari tubuh. Pasien mungkin menggunakannya beberapa kali sehari atau sepanjang waktu.
    • Untuk perempuan, cincin atau alat seperti tampon dimasukkan ke dalam vagina. Perangkat ini mendorong uretra untuk membantu mengurangi kebocoran urine.

  • Obat bulking agent: disuntikkan ke leher kandung kemih dan jaringan uretra untuk mengentalkannya. Ini membantu menutup lubang kandung kemih sehingga frekuensi kebocoran urine berkurang. 

  • Stimulasi saraf listrik: tujuannya untuk mengubah refleks kandung kemih dengan menggunakan stimulasi listrik.

  • Operasi: untuk menopang kandung kemih pada posisi normalnya. Ini mungkin dapat dilakukan dengan memasang penyangga (sling) yang dilekatkan pada tulang kemaluan.

8. Pencegahan

Inkontinensia Urine: Penyebab, Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatan ilustrasi sayuran (pexels.com/Buenosia Carol)

Inkontinensia urine mungkin akan sulit dicegah, tetapi melakukan perubahan hidup jadi lebih sehat, risiko terjadinya kebocoran urine bisa dikurangi.

Yang perlu kamu lakukan adalah:

  • Mencapai dan mempertahankan berat badan ideal
  • Melakukan latihan otot panggul (misalnya dengan senam Kegel)
  • Tidak merokok
  • Membatasi konsumsi kafein dan alkohol
  • Perbanyak asupan makanan nabati

Walaupun umum terjadi, tetapi inkontinensia urine tidak bisa disepelekan karena bisa jadi itu adalah tanda adanya masalah kesehatan dan ini bisa memengaruhi kualitas hidup seseorang secara negatif.

Jadi, kalau kamu sering mengompol, sulit menahan kencing, atau mengalami kebocoran urine secara tiba-tiba, sebaiknya periksakan ke dokter untuk mendapatkan diagnosis inkontinensia urine dan penyebab yang mendasarinya. Ini adalah solusi terbaik untuk meminimalkan atau mengatasi gejala, menangani kondisi penyebabnya, serta meningkatkan kualitas hidup.

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Nokturia, Penyebab Kamu Sering Kebelet di Malam Hari

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya