Mengapa Penyandang Autisme Sering Melakukan Stimming?

Ditunjukkan dengan perilaku, gerakan, dan suara berulang

Stimming mengacu pada perilaku stimulasi diri yang biasanya melibatkan gerakan atau suara berulang. Kondisi ini umumnya menjadi bagian dari kriteria diagnostik pada autisme. Stimming pada kasus autisme bisa termanifestasi ke dalam perilaku lepas kendali yang kemudian mendatangkan masalah.

Ini belum tentu menjadi persoalan krusial penyandang autisme. Namun, stimming yang tidak terkontrol bisa berimbas pada kualitas hidup individu yang bersangkutan. Dengan demikian, perlu upaya manajemen kondisi untuk mencegah kemunculan konsekuensi negatif yang lebih memberatkan.

1. Stimming menjadi berbeda pada kasus autisme

Mengapa Penyandang Autisme Sering Melakukan Stimming?ilustrasi anak autisme bermain dengan dunianya sendiri (pexels.com/Yan Krukov)

Penting untuk dipahami bahwa orang pada umumnya bisa menunjukkan tindakan stimming. Contoh tindakan tersebut adalah menggigiti kuku saat cemas atau memilin rambut ketika bosan. Hal demikian dianggap normal dan sering kali menjadi kebiasaan yang tidak berbahaya. 

Stimming pada penyandang autisme cenderung terlihat lebih jelas. Tindakan ini biasanya melibatkan aktivitas menggoyangkan tubuh ke depan dan ke belakang, berputar-putar, atau mengepakkan tangan. Sementara itu, periode keberlangsungannya cenderung lama dan mengganggu secara sosial.

2. Jenis perilaku stimming pada penyandang autisme

Mengapa Penyandang Autisme Sering Melakukan Stimming?ilustrasi anak autis fokus bermain (pexels.com/Karolina Grabowska)

Stimming pada penyandang autisme mungkin melibatkan beberapa tindakan berulang yang khas, mencakup:

  • Bergoyang-goyang
  • Berkedip secara berulang
  • Mengepakkan tangan atau menjentikkan jari
  • Melompat-lompat atau berputar-putar
  • Mondar-mandir atau berjalan jinjit
  • Menarik rambut
  • Mengulangi pengucapan kata atau frasa
  • Menggosok-gosok atau menggaruk kulit
  • Menatap objek yang menarik perhatian
  • Mengendus orang atau benda

Penyandang autisme mungkin menghabiskan waktu berjam-jam berkutat pada mainan mereka. Selain itu, perilaku berulang juga melibatkan obsesi atau keasyikan dengan objek tertentu. Adapun perilaku berulang lainnya yang berisiko menyebabkan kerusakan fisik, yakni:

  • Membenturkan kepala
  • Meninju
  • Menggigit
  • Menggosok atau menggaruk kulit secara berlebihan
  • Menelan barang-barang berbahaya

Baca Juga: 5 Cara Berinteraksi dengan Orang Autis di Extraordinary Attorney Woo

3. Alasan penyandang autisme melakukan perilaku stimming

Mengapa Penyandang Autisme Sering Melakukan Stimming?ilustrasi anak dan bukunya (pexels.com/cottonbro)

Tidak mudah menentukan alasan yang mendasari penyandang autisme melakukan tindakan stimming. Ada beberapa kemungkinan jawaban, seperti:

  • Mekanisme diri dalam adaptasi dengan lingkungan baru
  • Mengurangi kecemasan
  • Menenangkan diri sendiri
  • Menstimulasi indra
  • Mengurangi sensory overload atau kelebihan sensorik
  • Mengekspresikan frustasi akibat kesulitan berkomunikasi
  • Menghindari kegiatan atau situasi tertentu

Dalam beberapa kasus, stimming bisa menjadi bagian dari upaya mengurangi rasa sakit atau ketidaknyamanan fisik lain. Namun, penting juga untuk dipastikan kembali apakah tindakan stimming merupakan sesuatu yang disengaja atau tidak. Jika tidak disengaja (misal karena kejang) maka perlu mendapatkan penanganan medis segera.

4. Apakah perilaku stimming bermanfaat bagi penyandang autisme?

Mengapa Penyandang Autisme Sering Melakukan Stimming?ilustrasi bayi dan gelembung (pexels.com/Pixabay)

https://www.jaacap.org/article/S0890-8567(13)00308-0/fulltext

Menurut studi dalam Journal of the American Academy of Child and A dolescent Psychiatry tahun 2013, stimming termasuk alat bagi diri sendiri untuk mengatur keadaan emosional. Meskipun begitu, para ahli nampaknya masih melakukan pengkajian lebih dalam untuk menguak tindakan stimming pada penyandang autisme.

Dilansir Verywell Mind, stimming bisa menjadi alternatif bagi pengurangan input sensorik yang terlalu banyak. Dalam situasi sensorik ini, stimming dapat membantu penyandang autisme dalam hal yang lainnya, termasuk:

  • Understimulation: Stimming dapat memberikan stimulasi yang diperlukan untuk hiposensitif.
  • Pengaturan emosi: Stimming dapat membantu mengelola emosi yang mungkin terasa terlalu "besar" untuk dihadapi penyandang autisme.
  • Pengurangan rasa sakit: Stimming dapat membantu mengalihkan perhatian dari ketidaknyamanan akibat rasa sakit fisik.

5. Manajemen perilaku stimming pada penyandang autisme

Mengapa Penyandang Autisme Sering Melakukan Stimming?ilustrasi anak autis bermain (pexels.com/cottonbro)

Menelisik studi dalam Journal of Autism and Developmental Disorders tahun 2012, dipaparkan bahwa stimming adalah alat untuk "mengatasi". Konteks di sini berarti stimming bukan perilaku buruk yang perlu dihentikan. Akan tetapi, jika stimming sudah menjurus pada tindakan yang membahayakan diri sendiri bahkan orang lain, maka perlu strategi khusus untuk menghentikannya.

Terdapat beberapa strategi untuk membantu mengelola stimming pada penyandang autisme, di antaranya adalah:

  • Analisis perilaku terapan: Bentuk terapi perilaku yang bertujuan untuk membuat anak autis beradaptasi dengan situasi sosial yang mungkin tidak mereka pahami. Ini melibatkan penguatan positif untuk perilaku positif dan konsekuensi untuk perilaku negatif.
  • Diet sensorik: Bentuk terapi okupasi yang berusaha mengurangi rangsangan sesuai kebutuhan sensoriknya.
  • Setting khusus dalam lingkungan: Ini mungkin melibatkan penempatan anak di ruang kelas yang lebih kecil, ruangan kedap suara, dan menghilangkan benda-benda yang mungkin mengganggu.
  • Pemberian obat-obatan: Jika diperlukan, obat-obatan seperti risperidone dan aripiprazole dapat diresepkan untuk mengurangi iritabilitas dan agresivitas.

Pada dasarnya stimming tidak perlu diobati, kecuali jika sifatnya konstan, mengganggu, dan berbahaya. Di samping itu, stimming mungkin memiliki banyak fungsi bagi penyandang autisme. Nah, demikianlah pembahasan mengenai tindakan stimming pada autisme.

Baca Juga: 5 Penyakit Medis yang Kerap Dialami oleh Penyandang Autisme

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya