Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik 

Kondisi ini bisa sampai menyebabkan kebutaan

Diyakini sebagai kondisi autoimun, neuromyelitis optica tidak hanya memengaruhi saraf mata, tetapi juga sumsum tulang belakang dan otak. Dikenal juga sebagai gangguan spektrum neuromyelitis optica atau penyakit Devic, penyakit ini dapat menyebabkan masalah penglihatan, kelemahan otot, dan gejala lainnya.

Kondisi ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap sel-sel di sistem saraf pusat, terutama di saraf optik, sumsum tulang belakang, dan terkadang otak.

Neuromyelitis optica cenderung kambuh. Selama kambuh, kerusakan baru pada saraf optik atau sumsum tulang belakang dapat menyebabkan kecacatan. Oleh karena itu, mencegahnya sangat penting untuk hasil jangka panjang yang lebih baik. 

Menurut keterangan dalam jurnal medis “Clinical & Experimental Immunology”, neuromyelitis optica telah mendapat perhatian khusus di kalangan ilmuwan dan ilmu ahli saraf klinis.

Untuk menjawab rasa penasaranmu tentang kondisi ini, simak terus penjelasannya.

1. Neuromyelitis optica sebabkan sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel sehat

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik pexels.com/Fillipe Gomes

Melansir laman WebMD, kasus neuromyelitis optica termasuk langka dengan perkiraan memengaruhi 4.000 penduduk Amerika Serikat. Sementara, prevalensi dan insidensi di seluruh dunia diperkirakan hanya memengaruhi 0,052 dan 0,44 dari 100.000 orang.

Artikel dalam National Multiple Sclerosis Society memaparkan bahwa neuromyelitis optica diperkirakan menjangkiti 80 persen penduduk keturunan Asia, Afrika, dan penduduk asli Amerika.

Dilansir Mayo Clinic, penyebab neuromyelitis optica belum diketahui secara pasti, meskipun terkadang penyakit ini muncul setelah adanya infeksi atau berhubungan dengan kondisi autoimun lainnya.

Ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sistem saraf pusat dan saraf optik, hal tersebut dapat menyebabkan peradangan dan kerusakan saraf.

2. Neuromyelitis optica dan multiple sclerosis, apa bedanya?

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik pexels.com/JESSICA TICOZZELLI

Neuromyelitis optica sering dikira multiple sclerosis, meskipun kedua kondisi tersebut memiliki kesamaan yakni gangguan autoimun yang memengaruhi sel saraf di sistem saraf pusat dan saraf optik. Kedua kondisi ini kemungkinan menghasilkan gejala yang mirip, seperti kehilangan penglihatan dan kelemahan otot.

Meskipun mirip, tetapi tetap ada perbedaan mendasar antara neuromyelitis optica dan multiple sclerosis. Perbedaan tersebut adalah:

  • Sel kekebalan spesifik dan proses autoimun dalam neuromyelitis optica berbeda dengan mutiple sclerosis.
  • Penderita neuromyelitis optica sebanyak 70 persen memiliki antibodi anti-AQP4, sedangkan penderita multiple sclerosis tidak memilikinya.
  • Perawatan bagi penderita neuromyelitis optica tidak sepenuhnya berlaku untuk penderita multiple sclerosis.
  • Fase kambuh neuromyelitis optica cenderung menghasilkan gejala lebih parah dibandingkan fase kambuh multiple sclerosis.
  • Neuromyelitis optica cenderung menyebabkan masalah kesehatan yang sulit disembuhkan lebih cepat daripada multiple sclerosis (meskipun kedua kondisi ini dapat menyebabkan kerusakan yang bertahan lama dari waktu ke waktu).

Baca Juga: 5 Fakta Multiple Sclerosis, Penyakit yang Banyak Dialami Perempuan

3. Gejala yang ditunjukkan salah satunya adalah kehilangan penglihatan sementara di satu atau kedua mata

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik pexels.com/Bruno Bueno

Studi dalam “U.S. National Library of Medicine, Genetics Home Reference” menjelaskan jika gejala neuromyelitis optica paling sering muncul pada orang dewasa usia 40-an, tetapi gejala bisa berkembang pada usia berapa pun.

Penderita neuromyelitis optica dapat mengalami beberapa episode gejala yang dikenal dengan relaps (kambuh). Hal ini mungkin terjadi dalam hitungan bulan atau tahun.

Dalam beberapa kasus, penderita neuromyelitis optica mengembangkan bentuk penyakit monofasik. Laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki kemungkinan mengembangkan tipe monofasik, tetapi perempuan lebih sering mengalami kekambuhan neuromyelitis optica.

Berbicara mengenai gejala, penderita neuromyelitis optica akan menunjukkan gejala di bawah ini:

  • Mual dan muntah;
  • Sakit mata di satu atau kedua mata;
  • Kehilangan penglihatan sementara di satu atau kedua mata;
  • Sumsum tulang belakang menjadi bengkak dan teriritasi (meradang) disebut myelitis transversa;
  • Kelemahan otot atau kelumpuhan di lengan dan kaki;
  • Kejang otot dan nyeri di lengan dan kaki;
  • Cegukan yang tidak terkendali;
  • Masalah kandung kemih, usus, dan seksual;
  • Mati rasa, kesemutan, atau perubahan sensorik lain.

4. Diagnosis neuromyelitis optica

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik pexels.com/Andrea Piacquadio

Jika merasakan gejala yang berkaitan dengan masalah penglihatan, kelemahan otot, kehilangan sensasi, kehilangan kendali atas usus atau kandung kemih, maka mengunjungi dokter adalah keputusan bijak.

Dalam menegakkan diagnosis, dokter akan menanyakan beberapa hal terkait riwayat kesehatan dan gejala yang diderita. Selanjutnya, dokter mungkin akan melakukan pemeriksaan fisik seperti tes darah, tes mata, tes respons rangsangan, uji neurologis, lumbal pungsi atau spinal tap, dan MRI.

Sementara itu, opsi pengobatan neuromyelitis optica sebagian besar dilakukan bergantung pada produksi antibodi anti-AQP4 atau tidak. Jika penderita memiliki antibodi spesifik tersebut, mereka dikatakan mengalami gangguan spektrum neuromyelitis optica.

5. Pengobatan dan perawatan neuromyelitis optica

Neuromyelitis Optica, Masalah Autoimun yang Bisa Ganggu Saraf Optik Pexels.com/Karolina Grabowska

Setelah diagnosis ditetapkan, dokter akan memberi rekomendasi pengobatan dan perawatan. Perawatannya sendiri melibatkan terapi steroid untuk memulihkan gejala dan mencegah kambuh di kemudian hari.

Pada tahap awal, dokter biasanya memberi obat kortikosteroid, yaitu methylprednisolone, melalui pembuluh darah di lengan secara intervena. Untuk perawatan jangka panjang, dokter bisa menggunakan kortikosteroid dosis rendah. Resep obat lain yang mungkin akan diresepkan mencakup azathioprine, mycophenolate mofetil, atau rituximab.

Selain itu, pertukaran plasma sering kali dilakukan sebagai pengobatan pertama atau kedua. Dokter juga dapat membantu mengatasi gejala lain yang mungkin dialami, seperti nyeri.

Teknik rehabilitasi seperti fisioterapi juga dapat membantu penderita neuromyelitis optica, terlebih yang memiliki masalah dengan mobilitas.

Meskipun neuromyelitis optica masuk dalam kategori kondisi langka, membekali diri dengan pengetahuan tentang hal-hal yang berhubungan dengan penyakit ini sangat diperlukan. Sama halnya dengan penyakit lain, neuromyelitis optica dapat menimbulkan komplikasi jika tidak ditangani dengan tepat.

Pasalnya, dilansir Medical News Today, komplikasi neuromyelitis optica tak main-main. Mulai dari masalah pernapasan, depresi, disfungsi seksual, tulang rapuh, kelumpuhan, hingga kebutaan.

Maka dari itu, kalau kamu mengalami gejala yang berkaitan dengan masalah penglihatan, kelemahan otot, kehilangan sensasi, kehilangan kendali atas usus atau kandung kemih, sebaiknya segera buat janji temu dengan dokter.

Baca Juga: Penyebab Sakit Punggung Bagian Bawah Bisa Jadi karena Gangguan Saraf

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya