Reactive Attachment Disorder: Gejala, Faktor Risiko, dan Perawatan

Masalah keterikatan yang bisa dialami oleh anak

Bayi atau anak kecil umumnya terikat dengan orang dewasa, seperti orangtua atau pengasuh, yang memberi mereka perawatan secara konsisten dan penuh kasih sayang. Anak-anak tersebut secara otomatis mengenali orang dewasa sebagai figur yang dapat melindungi dan menenangkan. Dalam kebanyakan kasus, pola ini menciptakan keterikatan yang sehat dan aman.

Namun, persoalan keterikatan antara anak dengan orang dewasa tidak selamanya berjalan lancar. Terdapat permasalahan yang berkaitan dengan isu tersebut, salah satunya adalah reactive attachment disorder (RAD) atau gangguan keterikatan reaktif. RAD digambarkan sebagai kondisi langka namun serius dengan tanda spesifik yakni gangguan hubungan sosial. Sederhananya, RAD adalah cerminan dari situasi yang mencirikan tidak adanya ikatan yang terbentuk secara sehat antara anak dan orang dewasa (orangtua atau pengasuh).

1. Gejala

Reactive Attachment Disorder: Gejala, Faktor Risiko, dan Perawatanilustrasi anak membuka buku (pexels.com/mentatdgt)

Reactive attachment disorder biasanya menjangkit anak sebelum usia 5 tahun serta berada pada usia perkembangan minimal 9 bulan. Anak tersebut dapat dikatakan mengalami gangguan ini apabila dirinya menunjukkan pola konsisten dari perilaku yang dihambat dan ditarik secara emosional terhadap pengasuhan orang dewasa.

Seorang anak yang mengalami reactive attachment disorder cenderung menunjukkan gejala, mencakup:

  • Tidak menunjukkan emosi positif, seperti kenyamanan, perasaan cinta, atau kegembiraan saat berinteraksi dengan orang lain.
  • Penarikan diri yang tidak disertai alasan jelas.
  • Menghindari kontak mata dan sentuhan fisik.
  • Mengekspresikan ketakutan atau kemarahan dengan membuat ulah atau menunjukkan kesedihan.
  • Kecenderungan melanggar aturan.
  • Penampilan sedih dan lesu.
  • Tidak tertarik bermain permainan interaktif.

2. Faktor risiko

Reactive Attachment Disorder: Gejala, Faktor Risiko, dan Perawatanilustrasi tangan anak dan orangtua (pexels.com/Juan Pablo Serrano Arenas)

Apabila kebutuhan dasar emosional dan fisik anak tidak dipenuhi secara stabil dan konsisten, ini bisa menjadi pemicu terjadinya reactive attachment disorder. Dengan demikian, apabila bayi menangis, orangtua atau pengasuh harus memenuhi kebutuhannya (misal memberi susu) bersamaan dengan kontak mata, senyuman, dan belaian lembut.

Sementara itu, faktor risiko terjadinya RAD, meliputi:

  • Kebutuhan dasar anak tidak terpenuhi secara optimal.
  • Adanya perubahan pengasuhan utama yang membatasi kesempatan untuk membentuk keterikatan yang stabil dan sehat.
  • Kurangnya kasih sayang dan kehangatan emosional secara terus-menerus dari orang dewasa.
  • Pengasuhan yang dilakukan tidak konsisten, yakni kebutuhan anak hanya terpenuhi beberapa waktu.
  • Dibesarkan dalam lingkungan yang sangat membatasi kesempatan anak untuk mendapatkan keterikatan yang sehat, misalnya panti asuhan.
  • Memiliki orang tua yang memiliki masalah kesehatan mental parah, perilaku kriminal, atau penyalahgunaan zat yang mengganggu pola asuh.

3. Diagnosis

Reactive Attachment Disorder: Gejala, Faktor Risiko, dan Perawatanilustrasi guru mengajari anak didiknya (pexels.com/Mikhail Nilov)

Indikasi yang paling kentara untuk kasus reactive attachment disorder adalah gejala emosional dan perilaku bermasalah. Kendati demikian, orangtua atau pengasuh tidak bisa menjatuhkan label terkait kondisi ini. Mereka tetap memerlukan profesional medis untuk membantu menetapkan diagnosis melalui prosedur tertentu.

Untuk menggalakkan diagnosis dokter mungkin akan melakukan evaluasi menyeluruh yang meliputi:

  • Melakukan pengamatan langsung dengan anak saat berinteraksi bersama orangtua atau pengasuh.
  • Memeriksa riwayat perkembangan anak dan situasi kehidupannya.
  • Mengoptimalkan taktik wawancara dengan orangtua atau pengasuh utama untuk mempelajari gaya pengasuhan yang diterapkan. 

Perlu dipahami bahwa anak dengan reactive attachment disorder mungkin mengalami kondisi komorbiditas. Kondisi ini bisa berkorelasi terhadap kondisi lain, seperti attention-deficit hyperactivity disorder (ADHD), gangguan kecemasan, dan gangguan perilaku.

Baca Juga: Cara Menghadapi Seseorang dengan Borderline Personality Disorder

4. Perawatan

Reactive Attachment Disorder: Gejala, Faktor Risiko, dan Perawatanilustrasi anak bermain bersama teman sebaya (pexels.com/Naomi Shi)

Perawatan untuk reactive attachment disorder berfokus pada terciptanya ikatan yang sehat secara emosional dan/atau memperbaiki hubungan antara anak dan orang dewasa. Hal ini bertujuan untuk memperkuat sisi emosional anak agar dapat mengembangkan hubungan sehat lainnya.

Adapun opsi perawatan yang mungkin akan direkomendasikan oleh dokter di antaranya adalah:

  • Psikoterapi: melalui sesi psikoterapi, anak dan orang dewasa akan lebih mudah dalam membangun keterampilan emosional yang sehat dan mengurangi pola perilaku bermasalah.
  • Terapi keluarga: melibatkan kerja sama dengan orangtua untuk mengembangkan cara sehat dalam berinteraksi.
  • Intervensi keterampilan sosial: mengajarkan keterampilan berinteraksi secara tepat dengan anak-anak sebaya dalam setting lingkungan sosial yang khas.
  • Pendidikan khusus: program berbasis sekolah dapat membantu anak mempelajari keterampilan melalui ranah akademis.

5. Upaya preventif

Reactive Attachment Disorder: Gejala, Faktor Risiko, dan Perawatanilustrasi ibu membacakan dongeng kepada anaknya (pexels.com/Lina Kivaka)

Terdapat beberapa cara untuk mencegah reactive attachment disorder pada anak. Opsi pencegahan lebih menitikberatkan pada upaya proaktif orang dewasa dalam memberikan kasih sayang kepada anaknya. Ini terdiri dari beberapa tindakan, yakni:

  • Membekali diri sendiri sebagai orangtua dengan teori terkait perkembangan anak.
  • Memberikan perhatian positif, misalnya mengajak anak bermain, bernyanyi, berpelukan, atau membacakan buku.
  • Melakukan perawatan dengan segenap jiwa dan raga, misalnya mengganti popok, memberi susu dan makanan yang sehat.
  • Mempelajari masalah keterikatan sebagai bekal antisipasi sesuatu yang tidak diinginkan.

Reactive attachment disorder bisa mendatangkan dampak yang merugikan bagi anak ketika menginjak usia yang lebih dewasa. Ini mengapa perlu pengasuhan yang tepat agar anak terhindari dari persoalan demikian.

Hal yang perlu digarisbawahi di sini adalah ketika anak dirasa menunjukkan indikasi masalah keterikatan, maka ada baiknya orang terdekat segera mengonsultasikannya pada dokter anak. Dokter akan membantu menetapkan diagnosis dan merekomendasikan perawatan yang dirasa terbaik.

Baca Juga: 5 Tokoh yang Mengalami Personality Disorder di Drama Bad and Crazy

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Novaya

Berita Terkini Lainnya