Sindrom Stendhal, Fenomena 'Tersakiti' karena Keindahan Karya Seni 

Ada beberapa kasus yang membuktikannya

Beberapa tahun yang lalu, ada kabar mengejutkan tentang seorang lelaki yang mengalami serangan jantung saat mengagumi karya lukisan The Birth of Venus karya pelukis terkenal zaman Renaissance, Sandro Botticelli, di Galeri Uffizi, Florence, Italia. Kondisi ini dikenal sebagai sindrom Stendhal.

Sindrom Stendhal adalah kondisi seseorang bisa merasa sakit secara fisik dan mental akibat mengagumi keindahan sebuah karya seni.

Melansir Psychology Today, sindrom Stendhal merupakan gangguan psikosomatik yang tidak biasa terjadi, serta dikenal juga dengan sebutan sindrom Florence atau hyperkulturemia

Simak penjelasan berikut, untuk memahami lebih jelas terkait sindrom Stendhal. 

1. Sejarah singkat kemunculan sindrom Stendhal

Sindrom Stendhal, Fenomena 'Tersakiti' karena Keindahan Karya Seni pexels.com/Riccardo Bresciani

Melansir Medical News Today, sindrom Stendhal diungkapkan pertama kali sekitar tahun 1980-an oleh Dr. Graziella Magherini melalui bukunya berjudul La sindrome di Stendhal (The Stendhal Syndrome).

Lewat buku tersebut, digambarkan kisah rinci mengenai orang-orang yang setelah melihat lukisan atau pahatan ternama, mengalami reaksi emosional yang parah hingga menyebabkan kecemasan berlebih atau episode psikotik.

Nama Stendhal sendiri diambil dari nama penulis Prancis, yakni Stendhal, yang berhasil menuliskan sebuah memoar perjalanan berjudul Naples and Florence: A Journey from Milan to Reggio.

Di dalam tulisannya, Stendhal menulis, “jiwaku, dipengaruhi oleh gagasan ketika tengah berada di Florence [...] Aku telah mencapai tingkat kepekaan tertinggi di mana keintiman seni ilahi bergabung dengan sensualitas emosi yang berapi-api."

Melalui tulisan-tulisannya, dapat direpresentasikan jika rasa yang membara muncul ketika berada di dekat banyak karya seni dan monumen sejarah yang mengagumkan. Hal tersebut diduga membuat penulis berdebar-debar dan membuatnya pingsan.

2. Sindrom Stendhal banyak menyerang wisatawan asing

Sindrom Stendhal, Fenomena 'Tersakiti' karena Keindahan Karya Seni pexels.com/Như Vân (Wind’s Buddha)

Seorang profesor di School of Modern Languages ​​and Cultures, University of Warwick, Inggris, Fabio Camilletti, menjelaskan secara konkret bahwa sindrom Stendhal ialah sebuah respons psikosomatik (memengaruhi mental dan fisik) yang dialami seseorang ketika tengah menikmati keindahan estetika dari konstruksi manusia berupa karya seni.

Melalui wawancara tahun 2019, Dr. Magherini mengungkapkan bahwa menurut pengalamannya, sindrom Stendhal identik dengan fenomena yang berlaku secara eksklusif bagi wisatawan asing.

Dirinya juga menyatakan jika sindrom Stendhal cenderung memengaruhi individu yang sangat sensitif dan mudah terpengaruh oleh objek seni yang ditemui saat berada di negeri orang.

Baca Juga: Kenali 8 Gejala Fisik Gangguan Kecemasan atau Anxiety

3. Gejala sindrom Stendhal

Sindrom Stendhal, Fenomena 'Tersakiti' karena Keindahan Karya Seni pexels.com/Loïc Manegarium

Studi dalam jurnal Neurologia (Barcelona, Spain) tahun 2010 memuat tiga jenis gejala utama pada orang yang tampaknya menderita sindrom Stendhal.

  • Kecemasan, depresi, dan euforia akan keindahan seni
  • Persepsi suara atau warna yang berubah, serta rasa cemas dan bersalah yang meningkat
  • Serangan panik dan gejala fisiologis seperti nyeri dada

Ketika seseorang terpapar karya seni yang menakjubkan, individu tersebut akan mengalami berbagai gejala termasuk kecemasan fisik dan emosional. Detak jantung berdegup kencang, pusing yang intens, serangan panik, pingsan, perasaan bingung, mual, episode disosiatif, amnesia sementara, paranoia, hingga halusinasi merupakan gejala yang mungkin saja bisa ditunjukkan.

Sindrom Stendhal juga telah dikaitkan dengan situasi lain di mana individu terkait merasa sangat terbebani ketika melihat apa yang mereka anggap sebagai keindahan yang luar biasa.

4. Apakah sindrom Stendhal merupakan kondisi medis yang nyata?

Sindrom Stendhal, Fenomena 'Tersakiti' karena Keindahan Karya Seni pexels.com/Daria Sannikova

Meskipun Dr. Magherini mengamati sindrom Stendhal sebagai fenomena psikiatri yang nyata, tinjauan dalam jurnal Rivista di Psichiatri tahun 2014 menyatakan bahwa masih kurangnya bukti terkait keakuratan fenomena sindrom Stendhal.

Studi dalam jurnal PLOS One tahun 2014 menemukan fakta jika seseorang yang memperoleh kesenangan dari aktivitas mengagumi karya seni dapat meningkatkan aktivitas tertentu di area otak manusia. Lebih tepatnya, peneliti mengamati jika partisipan yang memperoleh kesenangan dari mengamati lukisan indah telah meningkatkan aktivitas di korteks orbitofrontal (OFC) medial.

Meskipun demikian, Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition (DSM-5) tidak mencantumkan sindrom Stendhal sebagai kondisi yang berkaitan dengan masalah kesehatan mental

5. Contoh kasus sindrom Stendhal

Sindrom Stendhal, Fenomena 'Tersakiti' karena Keindahan Karya Seni pexels.com/Clem Onojeghuo

Pada tahun 2005, seorang ahli bedah saraf Brasil bernama Edson Amâncio, mempublikasikan tulisannya yang menyatakan bahwa Fyodor Dostoevsky (penulis asal Rusia) mengalami sindrom Stendhal.

Amâncio menjelaskan jika penulis tersebut menunjukkan gejala sindrom Stendhal terutama saat melihat karya Hans Holbein, yakni Dead Christ, selama kunjungan ke museum.

Dalam British Journal of General Practice tahun 2010, Dr. Iain Bamforth mengklaim jika Marcel Proust juga mengalami sindrom Stendhal. Selain itu, psikolog masyhur Sigmund Freud dan Carl Jung juga didapati pernah menulis pengalami sugestif dari sindrom Stendhal.

Lebih dari sekadar fenomena psikologis atau psikiatris, sindrom Stendhal mungkin merupakan panggilan alamiah untuk mengevaluasi kembali hubungan manusia dengan dunia sekitar serta harapan yang diproyeksikan terhadapnya. Meskipun demikian, masih diperlukan penelitian lebih lanjut untuk menambah bukti empiris terkait dengan fenomena sindrom Stendhal. 

Apakah kamu percaya akan eksistensi sindrom Stendhal ini?

Baca Juga: Bikin Patah Hati, Kenali Fenomena 'Ghosting' dari Perspektif Kesehatan

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya