Technophobia, Takut Berlebihan akan Perkembangan Teknologi

Smartphone bisa jadi salah satu objek ketakutannya

Technophobia adalah istilah untuk menggambarkan ketakutan dan keengganan terhadap perkembangan teknologi modern. Dalam beberapa hal, perangkat teknologi canggih seperti smartphone, tablet, dan komputer dapat memicu kesenjangan antara generasi yang nyaman dengan kecanggihan teknologi dengan generasi yang enggan menerima perubahan tersebut.

Tidak selalu identik dengan generasi tua, technophobia bisa berisiko menimpa siapa saja. Beberapa ahli percaya bahwa kebanyakan orang mengalami setidaknya sedikit kegugupan ketika dihadapkan dengan teknologi baru. Ini dapat membangkitkan emosi negatif seperti panik, cemas, atau ketakutan.

1. Apakah fobia ini termasuk dalam masalah kesehatan mental?

Technophobia, Takut Berlebihan akan Perkembangan Teknologiilustrasi perempuan fokus pada pekerjaannya (pexels.com/cottonbro)

Technophobia bukan diagnosis klinis resmi dalam Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders (DSM-5). Akan tetapi, mengingat teknologi telah berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir, beberapa ahli mengkaji technophobia sebagai fobia yang spesifik. Fobia spesifik sendiri adalah ketakutan irasional terhadap situasi atau objek tertentu.

Orang yang merasa tertinggal oleh teknologi atau orang yang takut teknologi mungkin merasa terancam akan pekerjaannya yang konvensional. Situasi ini mungkin menimbulkan gejala yang mirip dengan kriteria diagnostik untuk mengategorikan fobia spesifik, seperti:

  • Ketakutan yang nyata dan konsisten.
  • Paparan teknologi canggih memicu kecemasan atau serangan panik.
  • Orang dengan technophobia sadar bahwa dirinya mengalami ketakutan secara berlebihan.
  • Periode ketakutan berlangsung lebih dari enam bulan.
  • Menunjukkan perilaku sebagai taktik menghindari teknologi atau perangkat canggih.

2. Gejala

Technophobia, Takut Berlebihan akan Perkembangan Teknologiilustrasi bekerja dengan memanfaatkan teknologi (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Technophobia dapat menyebabkan gejala tertentu ketika individu yang bersangkutan berhadapan dengan teknologi. Ini melibatkan gejala fisik maupun psikis, meliputi:

  • Gemetar.
  • Berkeringat.
  • Detak jantung berdegup lebih cepat.
  • Sakit dada.
  • Pingsan.
  • Mual atau muntah.
  • Sesak napas.
  • Sakit perut.

Sementara itu, orang dengan technophobia juga dapat mengembangkan ketakutan pada situasi yang membuat mereka dihadapkan pada teknologi. Hal ini dapat mengakibatkan perilaku menghindar, seperti menolak menggunakan komputer, tablet, atau perangkat elektronik lain.

Baca Juga: Mengenal Cherophobia, Fobia Aneh Manusia yang Takut Bahagia

3. Diagnosis

Technophobia, Takut Berlebihan akan Perkembangan Teknologiilustrasi perempuan sedang kebingungan (pexels.com/Yan Krukov)

Technophobia digambarkan sebagai kecemasan atau ketakutan yang tidak lazim terkait dengan efek teknologi. Namun, kondisi ini tidak diakui sebagai masalah kesehatan mental yang berdiri sendiri. Meskipun technophobia bukan termasuk diagnosis formal, penyedia layanan kesehatan bisa jadi memperlakukan kondisi tersebut seperti fobia tertentu.

Dalam prosedur penegakan diagnosis, dokter mungkin akan mengajukan pertanyaan tentang gejala yang dialami pasien. Kemudian berlanjut pada durasi, tingkat keparahan, dan efeknya dalam kehidupan pasien.

4. Penyebab

Technophobia, Takut Berlebihan akan Perkembangan Teknologiilustrasi bekerja di kantor (pexels.com/MART PRODUCTION)

Technophobia biasanya tidak disebabkan oleh penyebab tunggal. Sebaliknya, berbagai faktor yang berbeda bisa turut serta berkontribusi. Faktor-faktor tersebut mencakup:

  • Faktor sosial budaya: Makin sering orang menggunakan suatu barang, makin nyaman dan percaya diri dalam menggunakannya. Ini biasanya berhubungan dengan pola penggunaan suatu barang yang telah menjadi kebiasaan yang sulit dipisahkan.
  • Bersinggungan dengan gagasan akhir kehidupan: Situasi yang lebih mengkhawatirkan terkait dengan ketakutan akan teknologi adalah skenario akhir kehidupan yang digagas oleh manusia yang tidak bertanggung jawab. Misalnya, berhubungan dengan penciptaan rudal atau bom nuklir untuk membumihanguskan populasi manusia.
  • Histeria massal: Ketakutan yang melibatkan banyak orang pada perkembangan teknologi.

5. Penanganan

Technophobia, Takut Berlebihan akan Perkembangan Teknologiilustrasi perempuan sedang menelepon (pexels.com/Ron Lach )

Dilansir Cleveland Clinic, para ahli tidak tahu persis mengenai prevalensi technophobia. Namun, ada dugaan kuat bahwa penderita technophobia lebih besar menjangkit orang dewasa yang lebih tua. Banyak orang tua yang menolak untuk menggunakan teknologi seiring bertambahnya usia.

Penanganan technophobia mungkin mirip pengobatan untuk fobia spesifik lainnya. Penanganannya melibatkan:

  • Terapi eksposur yang melibatkan pembiasaan diri secara perlahan dengan objek yang ditakuti.
  • Terapi perilaku kognitif (CBT) dengan membantu mengidentifikasi proses berpikir secara lebih rasional.
  • Pemberian obat-obat khusus untuk membantu mengatasi kecemasan ekstrem atau serangan panik.

Tidak bisa ditampik jika teknologi telah menjadi bagian dari kehidupan manusia sehari-hari. Orang dengan technophobia tentu merasa sangat tersiksa dengan kemunculan teknologi di sekitarnya.

Bahkan, dalam satu penelitian yang terpublikasi dalam jurnal Behavioral Sciences menjelaskan, technophobia dapat memiliki dampak yang merugikan pada kehidupan dan kesehatan orang dewasa yang lebih tua.

Baca Juga: Phasmophobia: Gejala, Penyebab, Diagnosis, dan Perawatan

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya