Kenali Terapi Eksistensial, Bisa Bantu Temukan Makna dan Tujuan Hidup

Salah satu bentuk psikoterapi

Masalah psikologis dipandang sebagai konflik batin yang disebabkan karena konfrontasi ketika individu berhadapan dengan suatu hal secara kompleks. Untuk keluar dari jerat masalah psikologis, tidak jarang individu mengambil langkah intervensi menggunakan pendekatan terapi, salah satunya terapi eksistensial.

Memiliki fokus pendekatan terhadap kondisi manusia secara menyeluruh, terapi eksistensial menitikberatkan pada kapasitas manusia dan mendorongnya agar mencapai kesuksesan. Terapi ini merupakan bentuk psikoterapi unik karena berupaya mengeksplorasi masalah dari sudut pandang filosofis. 

Simak ulasan berikut untuk memahami lebih lanjut mengenai terapi eksistensial. 

1. Teori eksistensial berasal dari filsafat tahun 1800-an

Kenali Terapi Eksistensial, Bisa Bantu Temukan Makna dan Tujuan Hidupunsplash.com/Alvin Mahmudov

Melansir Counselling Directory, dua filsuf yang paling sering dikaitkan dengan terapi eksistensial adalah Søren Kierkegaard dan Friedrich Nietzsche. Keduanya berkomitmen untuk mengeksplorasi realitas dan memahami bagaimana hal tersebut dialami manusia.

Kierkegaard berteori bahwa ketidakpuasan manusia hanya dapat diatasi melalui kebijaksanaan internal. Sementara, Nietzsche memperkenalkan gagasan kebebasan dan tanggung jawab pribadi.

Pada tahun 1900-an, filsuf lain seperti Jean-Paul Sartre dan Martin Heidegger mulai mengeksplorasi penafsiran dan penyelidikan dalam proses penyembuhan.

Beberapa dekade kemudian, orang-orang mulai mengakui pentingnya pencapaian kesejahteraan secara psikologis.

2. Terapi eksistensial membantu individu mengatasi masalah hidup dengan mekanisme tertentu

Kenali Terapi Eksistensial, Bisa Bantu Temukan Makna dan Tujuan Hiduppexels.com/Alex Green

Menelisik sejarah seorang psikiater berkebangsaan Austria yang berhasil selamat dari kamp konsentrasi, yakni Viktor E. Frankl, dirinya telah mengembangkan logoterapi pada pertengahan abad ke-20. Jenis terapi ini memiliki tujuan membantu orang menemukan makna hidup. Dapat dikatakan, Frankl adalah pendahulu terapi eksistensial terbaru.

Sementara, seorang psikolog lainnya bernama Rollo May, menciptakan praktik terapi humanistik yang berfokus pada konsep psikoterapi eksistensial.

Irvin D. Yalom yang mana merupakan tokoh psikiater lainnya menetapkan empat pemberian terapi eksistensial. Menurutnya, empat hal pokok tersebut ialah:

  • Kematian
  • Isolasi
  • Ketidakberartian
  • Kebebasan atau tanggung jawab untuk menentukan pilihan terbaik

Sederhananya, terapi eksistensial dirancang untuk membantu seseorang mengatasi masalah dengan tujuan, alat, dan arah tertentu.

Baca Juga: 5 Terapi Non Medis Ini Bisa Bantu Penyembuhan Ragam Penyakit

3. Cara kerja terapi eksistensial

Kenali Terapi Eksistensial, Bisa Bantu Temukan Makna dan Tujuan Hiduppexels.com/Alex Green

Cara kerja terapi ini dimulai ketika terapis mempraktikkannya dengan tujuan membantu pasien menetapkan rencana dan pilihan untuk memperhatikan kemungkinan (bukan masa lalu).

Selanjutnya, terapis membimbing pasien mengoptimalkan cinta, pengalaman, dan kreativitas untuk membuat keputusan dan menentukan perilaku di masa depan.

Dalam proses ini, terapis dapat membantu mengasah pemikiran dan tindakan pasien dengan mengesampingkan unsur kekhawatiran, kecemasan, atau ketakutan.

Akhir tujuan terapi eksistensial adalah membantu individu menemukan makna hidup meskipun terdapat kekhawatiran atau ketakutan yang dirasakan. Jika berhasil, pasien dapat menjalani kehidupan yang lebih baik dengan peningkatan harga diri dan motivasi. Selain itu, dapat juga menentukan pilihan secara positif.

4. Terapi eksistensial dapat diberlakukan bagi individu dengan masalah perilaku dan kesehatan mental

Kenali Terapi Eksistensial, Bisa Bantu Temukan Makna dan Tujuan Hidupunsplash.com/Nik Shuliahin

Terdapat beberapa masalah perilaku dan kesehatan mental yang mungkin berhasil ditangani dengan penerapan terapi eksistensial. Kondisi tersebut mencakup depresi, kecemasan, ketergantungan zat, serta stres pasca trauma (akibat pelecehan, peperangan, kekerasan interpersonal, atau hal-hal yang mengancam jiwa).

Beberapa studi yang telah terpublikasi seperti dalam Journal of Humanistic Psychology, Cancer, EXPLORE: the Journal of Science and Healing, dan Iranian Journal of Ageing, menemukan fakta jika terapi eksistensial kemungkinan bermanfaat juga bagi narapidana, penderita kanker stadium lanjut, pasien penyakit kronis, dan lansia.

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan

Kenali Terapi Eksistensial, Bisa Bantu Temukan Makna dan Tujuan Hiduppexels.com/Andrea Piacquadio

Untuk mendapatkan kewenangan sebagai seorang terapis eksistensial, seseorang biasanya menempuh studi dengan gelar sarjana program studi psikologi atau konseling, dan memiliki latar belakang bidang filsafat.

Selain itu, melalui pelatihan tentang kesehatan mental dan kerja lapangan terkadang juga ditempuh untuk memperkaya pemahaman komprehensif mengenai terapi eksistensial.

Meskipun demikian, terapi ini dapat disalahpahami oleh orang-orang yang kurang memahami prinsip dasar atau ruang lingkup kajian teorinya.

Melansir Good Therapy, kesalahpahaman umum yang dapat terjadi meliputi pemahaman akan:

  • Satu teori eksistensial bebas dari ketegangan internal, berbeda dan menyatu, serta mencakup semua asumsi dasar psikologi eksistensial
  • Tidak ada perbedaan antara psikologi eksistensial dan filsafat eksistensial
  • Psikologi eksistensial mengambil pendekatan anti spiritual
  • Teori eksistensial dan humanistik adalah hal yang sama
  • Terapi eksistensial mengambil pandangan hidup yang kelam, negatif, dan pesimis
  • Pendekatan terapi pada dasarnya merupakan pendekatan intelektual, sehingga terkesan hanya bermanfaat bagi orang dengan kecerdasan tinggi

Dikarenakan terapi eksistensial memiliki target pada faktor yang mendasari perilaku dan masalah kesehatan mental, pendekatannya mungkin tidak secara langsung dapat menangani masalah utama yang dialami individu. Oleh karena itu, mengombinasikan pendekatan dapat membantu memaksimalkan efektivitas guna mendorong pemulihan.

Baca Juga: Merasa Buntu? 5 Alasan Konseling Bisa Jadi Alternatif Solusi

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya