Mengenal Sel Dendritik, Metode Vaksin COVID-19 Nusantara dari Terawan

Dibanderol Rp140 ribu per dosisnya

Vaksin COVID-19 Nusantara yang digagas oleh mantan Menteri Kesehatan, Terawan Agus Putranto menggunakan teknologi berbasis sel dendritik. Kini vaksin tersebut dilaporkan sedang melalui uji klinis fase II di RSUP Dr. Kariadi Semarang, Jawa Tengah.

Akan tetapi, sel dendritik masih terdengar cukup asing di telinga masyarakat awam. Terlebih lagi, sejauh ini hanya vaksin Nusantara yang mengusung teknologi tersebut untuk melawan COVID-19. Untuk mengenal sel dendritik lebih lanjut, simak penjelasan berikut ini!

1. Apa itu sel dendritik?

Mengenal Sel Dendritik, Metode Vaksin COVID-19 Nusantara dari TerawanIlustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Teknologi sel dendritik untuk vaksin sebenarnya bukan hal yang baru di dalam dunia medis. Menurut jurnal dari Medical Hypotheses tahun 2021, metode ini biasa digunakan sebagai terapi imun untuk melawan kanker, seperti melanoma (kanker kulit), kanker prostat, dan lain sebagainya. 

Sebelum mengenal sel dendritik, kita harus tahu bahwa vaksin pada umumnya mengandung antigen. Ini merupakan bagian dari virus yang dilemahkan dan bisa memancing tubuh membentuk antibodi untuk melawannya. Sebagian vaksin juga menggunakan antigen sintesis yang lebih aman untuk manusia. 

Menurut jurnal Frontiers Immunology tahun 2019, sel dendritik merupakan bagian sistem imun yang menghubungkan imunitas bawaan dan adaptif. Fungsi utamanya adalah untuk menangkap, memproses, dan menghadirkan antigen ke sel imun lain untuk merangsang terbentuknya antibodi. 

Jadi, ketika tubuh seseorang mendapatkan vaksin COVID-19, sel dendritik akan meresponsnya dengan cara memaparkan sel-sel imun lain kepada antigen. Dengan begitu, mereka akan membangun sistem pertahanan untuk melawan SARS-CoV-2. 

Baca Juga: 7 Perubahan Tubuh setelah Divaksinasi COVID-19, Apa Efek Sampingnya?

2. Seperti apa mekanisme vaksin sel dendritik?

Mengenal Sel Dendritik, Metode Vaksin COVID-19 Nusantara dari TerawanIlustrasi Vaksin (ANTARA FOTO/AAP Image/David Mariuz via REUTERS)

Vaksin COVID-19 berbasis sel dendritik yang digagas oleh Terawan ini diklaim bersifat personal, yaitu unik untuk setiap orang. Jadi, pada tahap pertama, darah kita akan diambil terlebih dahulu. Setelah itu, petugas akan membawa sampel tersebut ke laboratorium untuk menumbuhkan sel dendritik masing-masing orang. 

Kenapa harus ditumbuhkan? Ini karena di dalam darah, hanya tersedia sel prekursor dendritik. Sel itu harus dipisahkan dari sel darah merah dan sel darah putih dan diproses sedemikian rupa agar bisa menjadi sel dendritik yang dibutuhkan.

Setelahnya, sel akan "dikenalkan" dengan antigen COVID-19. Proses ini kabarnya membutuhkan waktu inkubasi selama kurang lebih seminggu. Jika sudah siap, sel dendritik yang telah dipaparkan dengan antigen disuntikkan kembali ke dalam tubuh kita, sesuai dengan sampel yang diberikan. Tidak boleh tertukar agar vaksin bekerja dengan sempurna. 

Laporan dalam jurnal Medical Hypotheses tahun 2021 mengatakan bahwa nantinya sel dendritik yang diinjeksikan ke tubuh ini akan memaparkan antigen kepada sel imun lain. Dengan begitu, kekebalan terhadap SARS-CoV-2 bisa terbentuk. 

3. Kelebihan dan kelemahan vaksin sel dendritik

Mengenal Sel Dendritik, Metode Vaksin COVID-19 Nusantara dari TerawanIlustrasi Vaksin. IDN Times/Arief Rahmat

Para ahli yang terlibat dalam pengembangan Vaksin Nusantara mengatakan bahwa metode yang mereka gunakan ini cenderung lebih aman. Sebab, mereka menggunakan basis sel yang berasal dari tubuh setiap orang.

Keunggulan lain yang diklaim dimiliki oleh vaksin sel dendritik ini adalah sifatnya yang personal, halal, dan tidak mengandung komponen kimiawi lain. Mereka juga mengklaim bahwa vaksin ini bisa digunakan golongan orang yang saat ini tak masuk ke dalam kriteria vaksinasi.

Akan tetapi, di balik itu ada beberapa hal yang bisa disebut menjadi kelemahan vaksin sel dendritik. Pertama, prosesnya sangat rumit dan membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Itulah kenapa selama ini metode tersebut hanya digunakan untuk imunoterapi kanker, tidak untuk pemakaian secara massal. 

Terlebih lagi, biaya yang dibutuhkan untuk melakukan vaksin sel dendritik tidak sedikit. Terapi kanker yang menggunakan metode tersebut membutuhkan biaya hingga ratusan juta rupiah. Akan tetapi, Kementerian Kesehatan mengatakan bahwa biaya vaksin COVID-19 sel dendritik ini dibanderol seharga Rp140 ribu per dosis. 

Itulah penjelasan mengenai sel dendritik yang dipakai sebagai teknologi Vaksin Nusantara gagasan Terawan. Vaksin ini masih dalam proses uji klinis. Tuai kritik, vaksin ini pun masih terus dipertanyakan perihal ketersediaan data.

Baca Juga: Mengupas Semua Jenis Vaksin dan Efikasinya, Mana yang Terbaik?

Topik:

  • Izza Namira
  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya