Perbandingan 7 Jenis Vaksin COVID-19 yang Akan Dipakai Indonesia

Masing-masing mengusung teknologi yang berbeda

Sebagai upaya untuk memerangi pandemik COVID-19, Indonesia tengah melaksanakan vaksinasi. Hingga saat ini dan ke depannya, ada sejumlah jenis vaksin yang digunakan untuk masyarakat.

Masing-masing vaksin yang ada mengusung teknologi yang beragam. Itulah kenapa mereka memiliki efikasi, rekomendasi, dan efek samping yang berbeda-beda. Beberapa jenis vaksin yang digunakan Indonesia adalah Sinovac, Sinopharm, AstraZeneca, produksi PT Bio Farma, Novavax, Moderna, dan yang akan datang adalah Pfizer-BioNTech. 

Lalu seperti apa perbedaan dari semua jenis vaksin tersebut? Agar kamu lebih memahaminya, simak ulasan berikut ini!

1. Sinovac

Perbandingan 7 Jenis Vaksin COVID-19 yang Akan Dipakai Indonesiavaksin Sinovac (Dok. Sinovac)

Sinovac merupakan salah satu vaksin pertama yang masuk ke Indonesia. Dibuat Sinovac Biotech Ltd di Tiongkok, vaksin yang satu ini dibuat dengan cara melemahkan virus SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Bagian dari kode genetiknya itulah yang terkandung di dalam vaksin.  

Proses pembuatan Sinovac sama sekali tidak menggunakan rekayasa genetik maupun sintesis. Melalui cara ini, tubuh akan dirangsang untuk mengenali virus untuk membentuk sistem imun terhadapnya. Berikut ini detail informasi mengenai Sinovac:

  • Rekomendasi: untuk usia 18 tahun ke atas
  • Dosis: 2 kali injeksi (0,5 mililiter) dengan jarak 14 hari
  • Efikasi: 65, 3 persen menurut uji klinis di Indonesia
  • Efek samping: nyeri, bengkak, dan kemerahan di area bekas suntikan, demam, lelah, nyeri otot, sakit kepala, mual, dan muntah. Namun sebagian penerima vaksin dilaporkan tidak mengalami efek samping apa pun
  • Efek terhadap mutasi virus: sejauh ini, Sinovac diketahui masih bisa digunakan untuk melawan strain B1617 dari India. Uji lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui seperti apa efeknya terhadap mutasi lain.

2. AstraZeneca

Perbandingan 7 Jenis Vaksin COVID-19 yang Akan Dipakai Indonesiavaksin AstraZeneca (Dok. Reuters/Dado Ruvic)

Vaksin berikutnya adalah AstraZeneca yang dibuat oleh Oxford. Lain dengan Sinovac, vaksin ini menggunakan partikel virus lain. Alih-alih memakai material genetik SARS-CoV-2, AstraZeneca mengandung partikel adenovirus. Ini merupakan virus yang biasa menyebabkan flu pada simpanse. 

Langkah ini dipilih karena adenovirus ternyata bisa menghasilkan spike protein  yang sama dengan SARS-CoV-2. Dilansir New York Times, virus tersebut dipilih karena spike proteinnya bisa masuk ke sel tanpa replikasi. Dengan begitu, risiko infeksi pascavaksinasi pun bisa berkurang. 

Berikut ini detail informasi mengenai AstraZeneca:

  • Rekomendasi: untuk usia 18 tahun ke atas
  • Dosis: 2 kali injeksi (0,5 mililiter) dengan jarak 8-12 minggu
  • Efikasi: 63,09 persen menurut WHO
  • Efek samping: nyeri, bengkak, dan kemerahan di area bekas suntikan, demam, tubuh menggigil, lelah, mual, dan muntah
  • Efek terhadap mutasi virus: menurut laporan Yale Medicine, sejauh ini, AstraZeneca lebih ampuh untuk melawan varian Alpha daripada Beta. Uji lebih lanjut masih dibutuhkan untuk strain virus lainnya.

3. Sinopharm

Perbandingan 7 Jenis Vaksin COVID-19 yang Akan Dipakai Indonesiavaksin Sinopharm (Dok. Reuters/Marko Djurica)

Dikembangkan oleh China National Pharmaceutical Group, vaksin Sinopharm juga tengah dipakai di Indonesia. Sama seperti Sinovac, vaksin ini menggunakan teknologi konvensional, yaitu dengan cara memasukkan partikel SARS-CoV-2 yang telah dilemahkan. 

Dengan cara tersebut, diharapkan tubuh akan membentuk sistem kekebalan terhadap SARS-CoV-2. Jadi, ketika nanti ada virus asli yang masuk, kita memiliki "senjata" untuk melawannya. Berikut ini informasi detail mengenai Sinopharm:

  • Rekomendasi: untuk usia 18 tahun ke atas
  • Dosis: 2 kali injeksi (0,5 mililiter) dengan tenggat waktu 3-4 minggu
  • Efikasi: menurut laporan WHO, efikasi Sinopharm dalam uji klinis terhadap infeksi yang bergejala mencapai 79 persen
  • Efek samping: sejauh ini, Sinopharm jarang menyebabkan efek samping terhadap penerimanya. Jika ada pun yang muncul adalah keluhan ringan seperti sakit kepala, nyeri otot, diare, dan batuk
  • Efek terhadap mutasi virus: sejauh ini, Sinopharm diketahui masih memiliki efek antivirus terhadap mutasi yang berasal dari Afrika Selatan dan Inggris. Seperti lainnya, uji lebih lanjut masih terus dibutuhkan.

Baca Juga: Mengupas Semua Jenis Vaksin dan Efikasinya, Mana yang Terbaik?

4. Vaksin PT Bio Farma

Perbandingan 7 Jenis Vaksin COVID-19 yang Akan Dipakai IndonesiaBio Farma ( ANTARA FOTO/M Agung Rajasa)

Vaksin yang diproduksi oleh PT Bio Farma dikenal pula sebagai Vaksin Merah Putih. Namun untuk saat ini, ia masih dalam proses transisi ke industri. Menurut laporan Eijkman, Vaksin Merah Putih diharapkan bisa menempuh uji klinis pada akhir tahun 2021 dan dapat digunakan pada tahun 2022 nanti. 

Vaksin tersebut dikembangkan bersama sejumlah universitas dan lembaga penelitian di Indonesia. Karena belum melalui uji klinis, detail informasi mengenai vaksin ini belum tersedia. 

5. Novavax

Perbandingan 7 Jenis Vaksin COVID-19 yang Akan Dipakai Indonesiavaksin Novavax (Dok. Reuters/Dado Ruvic)

Berikutnya ada Novavax yang direncanakan masuk ke Indonesia mulai Juli 2021 sebanyak 50 juta dosis. Dilansir Yale Medicine, vaksin ini menggunakan teknologi yang cukup berbeda, yaitu dengan cara memasukkan spike protein SARS-CoV-2 berupa nanopartikel. 

Ketika vaksin tersebut diinjeksikan ke dalam tubuh, ia akan menstimulasi sistem imun untuk membentuk antibodi dan sel T. Karena partikelnya yang sangat kecil, virus tersebut diharapkan tidak akan menginfeksi kita. Berikut ini detail informasi mengenai Novavax:

  • Rekomendasi: untuk usia 18 hingga 84 tahun
  • Dosis: 2 kali injeksi (0,5 mililiter) dengan tenggat waktu 3 minggu
  • Efikasi: dalam uji klinis, efikasi mencapai 90 persen terhadap SARS-CoV-2 untuk pasien bergejala
  • Efek samping: nyeri, bengkak, dan kemerahan pada area bekas suntikan, tubuh terasa lelah, sakit kepala, dan nyeri otot
  • Efek terhadap mutasi virus: sejauh ini, dilaporkan bahwa Novavax cukup efektif menghalau mutasi. Efikasinya mencapai 86 persen terhadap varian B117 dan 49 persen terhadap B1351. Uji lebih lanjut masih diperlukan. 

6. Pfizer-BioNTech

Perbandingan 7 Jenis Vaksin COVID-19 yang Akan Dipakai Indonesiavaksin Pfizer-BioNTech (Dok. Reuters/Edgar Su)

Pfizer-BioNTech merupakan salah satu vaksin yang dibekali dengan teknologi messenger RNA (mRNA). Ia mereplikasi spike protein dari SARS-CoV-2 melalui proses sintesis genetik. Jadi, vaksin tersebut didapatkan dari replikasi, bukan berasal dari virus yang dilemahkan.

Ketika dimasukkan ke dalam tubuh, vaksin ini akan bekerja dengan cara memberikan kode genetik sintesis tadi kepada sel. Secara otomatis, sel akan diinstruksikan untuk membentuk sistem imun terhadapnya. Nantinya, ketika tubuh benar-benar terjangkit SARS-CoV-2, tubuh sudah bisa mengingat dan memproduksi kekebalan yang sama. 

Berikut ini detail informasi mengenai Pfizer-BioNTech:

  • Rekomendasi: untuk usia 12 tahun ke atas
  • Dosis: 2 kali injeksi (0,5 mililiter) dengan jarak 21 hari
  • Efikasi: dalam uji klinis, efikasi mencapai 95 persen terhadap SARS-CoV-2 untuk pasien bergejala
  • Efek samping: tubuh menggigil, sakit kepala, merasa lelah, nyeri, bengkak, dan kemerahan di area bekas suntikan
  • Efek terhadap mutasi virus: sejauh ini, dilaporkan bahwa Pfizer-BioNTech tetap memiliki efikasi yang sama, yaitu 95 persen, terhadap varian Alpha dan Beta. Uji lebih lanjut diperlukan untuk mengetahui efeknya terhadap mutasi lain.

7. Moderna

Perbandingan 7 Jenis Vaksin COVID-19 yang Akan Dipakai Indonesiavaksin Moderna (gavi.org)

Seperti Pfizer-BioNTech, Moderna juga mengusung teknologi mRNA untuk melawan infeksi COVID-19. Dilansir Yale Medicine, ketika mendapatkan vaksin ini, tubuh kita akan diberi instruksi membuat spike protein yang akan melatih sistem imun untuk mengenalinya di masa depan.

Tubuh kita "ditipu" seolah-olah mendapatkan virus, padahal tidak. Untuk di Indonesia, vaksin ini direncanakan akan datang setelah Pfizer-BioNTech. Berikut ini detail informasi mengenai Moderna:

  • Rekomendasi: untuk usia 18 tahun ke atas
  • Dosis: 2 kali injeksi (0,5 mililiter) dengan tenggat waktu 28 hari
  • Efikasi: dalam uji klinis, efikasi mencapai 94,1 persen terhadap SARS-CoV-2 untuk pasien bergejala
  • Efek samping: tubuh menggigil, sakit kepala, nyeri, bengkak, dan kemerahan di area bekas suntikan
  • Efek terhadap mutasi virus: sejauh ini, dilaporkan bahwa Moderna mampu melindungi penerima vaksin terhadap varian Alpha dan Beta. Uji lebih lanjut masih diperlukan. 

Seperti yang telah dijabarkan, kamu bisa melihat bahwa setiap vaksin mengusung teknologi yang berbeda. Akan tetapi, semuanya memiliki fungsi yang sama, yaitu untuk membantu tubuh mengenali SARS-CoV-2 sehingga terbentuk kekebalan. 

Vaksinasi adalah upaya yang harus dilakukan bersama-sama. Jika giliranmu tiba, tak perlu ragu untuk segera mendapatkannya, kecuali kalau kamu memiliki kondisi kesehatan tertentu yang perlu diperhatikan. Ketika mayoritas orang telah divaksinasi, virus tidak akan memiliki inang lagi untuk diinfeksi. Pandemik pun bisa segera diakhiri. 

Baca Juga: Obat Cacing Ivermectin untuk COVID-19, Efektif Sembuhkan Pasien?

Topik:

  • Izza Namira
  • Bayu D. Wicaksono
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya