Jusuf Kalla: Segitiga Virus Corona dan Prioritas Nyawa di Atas Ekonomi

JK: "Virus tidak bisa diajak berdamai"

Upaya disinfektan jalanan, imbauan untuk tetap di rumah, hingga anjuran untuk tidak mudik adalah kebijakan yang kini dilakukan Indonesia dalam rangka menekan laju penyebaran COVID-19. Namun kenyataannya, semua kebijakan tersebut bisa dibilang tidak sepenuhnya efektif. 

Kamu pasti telah menyaksikan bagaimana masyarakat tetap ke pasar, pusat perbelanjaan, dan bahkan pulang ke kampung halaman walau tidak dalam keadaan mendesak, kan? Itu semua menjadi bukti bahwa kesadaran masyarakat akan seriusnya masalah pandemik ini belum tumbuh.

Bukan hanya kalangan publik saja, para petinggi pun kini menyarankan agar masyarakat segera beraktivitas seperti sebelumnya untuk “berdamai” dengan virus corona. Mantan wakil presiden sekaligus Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Jusuf Kalla menyoroti masalah ini dalam webinar bertajuk “Segitiga Virus Corona” yang diselenggarakan oleh Universitas Indonesia, Selasa (19/5). 

Ia tak ragu mencurahkan pendapat, kritik tajam, serta menawarkan solusi untuk penanganan COVID-19 di Indonesia yang kini serba mengambang. Laki-laki yang kini berusia 78 tahun tersebut membawakan sebuah konsep yang ia namakan sebagai Segitiga Virus Corona.

1. Mengenal “Segitiga Virus Corona” dari Jusuf Kalla

Jusuf Kalla: Segitiga Virus Corona dan Prioritas Nyawa di Atas EkonomiKetua Umum PMI Jusuf Kalla dan pengurus bertemu dengan pemimpin redaksi media massa di Jakarta, 5 Februari 2020 (IDN Times/Umi Kalsum)

Konsep yang dibawakan Jusuf Kalla ini sempat ia tuliskan dalam kolom opini di Kompas yang terbit pada 9 Mei 2020. JK mengatakan bahwa “segitiga” yang ia maksud ini adalah langkah yang seharusnya diambil oleh pemerintah dan masyarakat untuk mengatasi pandemik ganas yang sedang kita hadapi. 

Segitiga tersebut terdiri dari upaya pencegahan, perlawanan, serta pengobatan. Ketiganya dibutuhkan untuk menekan laju penyebaran virus corona yang sangat cepat di Indonesia.

“Segitiga ini harus berjalanan bersamaan. Mereka, kan, terikat satu sama lain, harus bersamaan agar kita bisa berhasil. Ketika kita fokus ke satu saja, bebannya akan tinggi sekali,” ungkap JK.

2. Langkah pertama adalah pencegahan

Jusuf Kalla: Segitiga Virus Corona dan Prioritas Nyawa di Atas Ekonomiwikimedia.org

“Lebih baik mencegah daripada mengobati.” Ungkapan tersebut agaknya selaras dengan “kaki segitiga” yang satu ini. Seperti yang dijelaskan Jusuf Kalla, langkah pertama yang harusnya kita lakukan dalam menghadapi pandemik adalah pencegahan. Hindarkanlah diri kita jangan sampai tertular. 

“Kalau ini (virus) ganas, lebih baik dihindari. Bukan sembunyi, tapi menghindar karena ada di mana-mana virus ini,” kata JK.

Itulah kenapa dari awal COVID-19 hadir di Indonesia, semua pihak berusaha sebaik mungkin untuk menyosialisasikan berbagai upaya pencegahan. Mulai dari physical distancing, work from home bagi yang memungkinkan, cuci tangan, dan selalu memakai masker. 

Semakin sedikit orang yang tertular, semakin fokus pula tenaga medis kita. Mereka bisa mengerahkan tenaganya untuk menyembuhkan mereka yang mengalami keluhan berat dan sampai menggunakan ventilator. 

Sebaliknya, jika kita tidak mengindahkan semua upaya pencegahan yang dianjurkan, fasilitas medis akan semakin penuh, overload, dan tenaga pun tak mencukupi. Alhasil, semakin banyak korban jiwa yang berjatuhan.

3. Langkah kedua adalah perlawanan

Jusuf Kalla: Segitiga Virus Corona dan Prioritas Nyawa di Atas EkonomiDok. Humas Pemkab Kepulauan Selayar

Mencegah saja tidak cukup untuk menghadapi virus kelas dunia ini. Mantan wapres tersebut mengatakan bahwa harus ada intervensi dari luar untuk membunuh virus yang berkeliaran di sekitar kita. Itulah yang ia sebut sebagai langkah perlawanan.

JK mengungkapkan bahwa upaya terbaik dalam hal ini adalah penyemprotan disinfektan di sekitar lingkungan tinggal masyarakat. Ia sebagai Ketua Umum PMI mengatakan bahwa timnya telah mengerahkan berbagai kendaraan penyemprot disinfektan ke seluruh pelosok. Namun fokusnya kini ke Jakarta dan Jawa Timur, yang merupakan episentrum terbesar COVID-19.

“Untuk mematikan virus itu hanya dengan disinfektan, tak ada cara lain. Karena kita masih tidak tahu mana yang benar, maka sterilisasi saja kota. Ini juga sudah dilakukan di Cina, Korea, Taiwan makanya mereka berhasil. Jika mengandalkan kedisiplinan masyarakat saja, kita tidak akan bisa melawan,” ungkapnya.

Cairan disinfektan memang telah terbukti bisa mematikan virus corona. Namun untuk kasus penyemprotan ke udara, masih belum ada bukti yang jelas apakah cara ini efektif atau tidak. Pasalnya penularan COVID-19 lebih sering terjadi melalui droplet dan sentuhan dengan objek yang mengandung virus, bukan melalui udara.

Baca Juga: Ini 8 Jenis Obat COVID-19 yang Terdaftar Secara Resmi pada BPOM

4. Langkah ketiga adalah pengobatan

Jusuf Kalla: Segitiga Virus Corona dan Prioritas Nyawa di Atas EkonomiDua orang tenaga medis memakai APD lengkap saat menangani bayi yang lahir dari seorang ibu PDP Corona di Labuhanbatu, Sumatera Utara, Rabu (22/4) (Istimewa)

Setelah semua upaya pencegahan dilakukan, langkah terakhir yang penting untuk dipikirkan adalah pengobatan. Ini dapat dilakukan dengan memperbaiki fasilitas kesehatan, mencari dan menguji obat-obatan yang bisa memerangi virus corona dalam tubuh pasien, serta pembuatan vaksin.

Namun JK menyoroti agar pemerintah mendahulukan dua upaya sebelumnya. Sebab ketika upaya pencegahan dan perlawanan berhasil, upaya pengobatan bisa diringankan. Kinerja para garda terdepan pun dapat tercurahkan secara terpusat pada pasien dengan kondisi kritis.

5. "Prioritaskan penanganan virus corona, jangan bicara ekonomi saja"

Jusuf Kalla: Segitiga Virus Corona dan Prioritas Nyawa di Atas EkonomiWakil Presiden periode 2014-2019 Jusuf Kalla melayat Jose Jurnalis di Pendopo Silaturahim, Bekasi, Senin (20/1). (IDN Times/Irfan Fathurohman)

Tak hanya menjelaskan tentang konsep “Segitiga Virus Corona”, dalam webinar kali ini, Jusuf Kalla juga memberikan kritik terhadap semua pihak. Menurutnya, prioritas utama saat ini seharusnya berada pada penyelesaian virus dibandingkan perekonomian. Dalam artian lain, yang harus diutamakan adalah nyawa dan kesehatan dibandingkan ekonomi.

“Prioritas utama adalah menyelesaikan virusnya. Menahan, mengurangi, mematikan. Jangan bicara ekonomi saja. Mau apa pun bicara ekonomi, selama ini masih begini, orang tinggal di rumah, tidak bekerja, orang kena, ketakutan, ya akan begini terus. Ini teori sebab akibat, selesaikan sebabnya.” katanya.

6. Kebijakan harus ketat, masyarakat harus disiplin

Bicara soal penyelesaian pandemik, Indonesia tampak berada jauh di belakang negara lain. Terlebih lagi akhir-akhir ini semakin jelas terlihat bahwa tak semua orang mau kooperatif dalam menjalankan aturan yang ada. Buktinya, banyak orang yang malah ke pusat perbelanjaan, berkumpul dengan teman, dan tak menghiraukan pantangan mudik. 

Menurut JK, kedisipilinan masyarakat Indonesia hanya dapat terbangun ketika ada dua unsur di dalamnya. Pertama, ada sanksi yang jelas. Kedua, kebutuhan mereka harus terjamin.

Jadi, ketika semua orang diharuskan tetap di rumah, mereka akan takut melanggar karena ada sanksi. Mereka pun tak perlu pergi bekerja sementara karena ada jaminan kebutuhan.

Tampaknya kedua hal tersebut saat ini belum dipilih oleh masyarakat dan pemerintah Indonesia. Alih-alih, muncul gagasan untuk berdamai dengan virus corona yang diutarakan oleh Presiden Joko Widodo. 

7. Berdamai dengan virus corona, JK: risikonya mati

Jusuf Kalla: Segitiga Virus Corona dan Prioritas Nyawa di Atas EkonomiInstitut Teknologi Bandung (ITB) menggelar Sidang Terbuka Penganugerahan Doktor Honoris Causa kepada mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla di Aula Barat Kampus ITB, Jalan Ganesa nomor 10 Bandung, Jawa Barat, Senin (13/ 1). (IDN Times/Azzis Zulkhairil)

Berdamai dengan virus corona, memulai hidup yang baru berdampingan dengan momok yang tak kasat mata, dan new normal. Namun dengan sedikit perubahan gaya hidup, yaitu dengan memakai masker, cuci tangan, dan memakai hand sanitizer.

Hal ini begitu digaungkan oleh pemerintah. Larangan-larangan dicabut, semua kebijakan agaknya dilonggarkan, para pemuda harus mulai kerja lagi layaknya kondisi normal. Kira-kira seperti itulah gambaran kehidupan kita sebentar lagi. Berdamai dengan virus corona.

Menanggapi kebijakan ini, JK dengan tegas mengatakan “Virus ini tidak bisa diajak berdamai.” Menurutnya, istilah tersebut agak kurang pas karena seharusnya “berdamai” membutuhkan kesepakatan antara dua belah pihak.

Menurutnya yang lebih tepat adalah hidup dengan melakukan upaya-upaya pencegahan seperti yang telah dipaparkan di atas. Kebiasaan masyarakat yang harus berubah agar penularan bisa diminimalkan.

“Tidak berarti tidak berdamai dan berdampingan dengan virus corona. Karena risikonya mati,” tambah Jusuf Kalla.

Terlepas dari itu, semua upaya penanganan COVID-19 ini harus dilaksanakan oleh seluruh pihak. Tak hanya pemerintah, masyarakat juga harus kooperatif dalam menjalankan semua langkah pencegahan, anjuran, dan larangan yang ada. 

Kita bisa menang melawan virus ini. Namun hanya satu caranya, yaitu peduli, tidak egois, ikuti semua protokol yang ada. Dengan begitu, penularan pun bisa semakin ditekan.

Pembaca bisa membantu kelengkapan perlindungan bagi para tenaga medis dengan donasi di program #KitaIDN: Bergandeng Tangan Melawan Corona di Kitabisa.com (http://kitabisa.com/kitaidnlawancorona)

Baca Juga: Terapi Plasma Konvalesen di Indonesia, Harapan Besar Melawan COVID-19

Topik:

  • Izza Namira
  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya