Virus Corona Pasti Tidak Airborne? IG dan Situs WHO Menyatakan Berbeda

WHO mengatakan tidak airborne tapi ada pengecualian tertentu

Apakah COVID-19 bisa menular lewat udara (airborne)? Pertanyaan ini terus dilontarkan oleh publik melihat bahwa virus tersebut bisa menular dengan sangat cepat ke seluruh penjuru dunia. Hal ini pun menjadi perdebatan baik di kalangan masyarakat maupun para ahli. 

Pasalnya selama ini, SARS-CoV-2 atau yang lebih dikenal sebagai virus corona dikenal dengan penularannya yang melalui droplet. Lalu seperti apa kenyataan yang sebenarnya? Simak penjelasannya berikut ini! Pastikan kamu membaca secara lengkap untuk bisa memahaminya, ya!

1. WHO mengumumkan melalui akun Instagramnya bahwa SARS-CoV-2 tidak airborne

Baru-baru ini, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengumumkan di akun Instagramnya bahwa virus corona tidak bisa ditularkan melalui udara atau tidak airborne. Berdasarkan keterangan resmi tersebut, mereka mengatakan bahwa COVID-19 utamanya ditransmisikan melalui droplet yang keluar dari mulut ketika pasien batuk, bersin, atau berbicara.

“Droplet tersebut terlalu berat untuk bergantungan di udara. Mereka akan cepat jatuh ke lantai atau permukaan-permukaan. Kamu masih bisa tertular ketika berada dalam jarak satu meter dengan pasien COVID-19 atau menyentuh permukaan benda yang terkontaminasi kemudian menyentuh mata, hidung, dan mulut sebelum mencuci tangan,” terangnya. 

Postingan tersebut memang diunggah pada Senin (30/3). Namun label di gambar menyatakan bahwa ia dibuat dua hari sebelumnya, yaitu Sabtu (28/3). Sementara itu, mari kita lihat keterangan resmi WHO di situsnya pada Minggu (29/3).

2. Keterangan resmi di situs WHO mengatakan hal yang berbeda

Virus Corona Pasti Tidak Airborne? IG dan Situs WHO Menyatakan Berbedayoutube.com/World Health Organization (WHO)

WHO tidak hanya mengumumkan hal itu melalui Instagram. Di situs resminya, mereka juga menerbitkan keterangan berjudul “Modes of transmission of virus causing COVID-19: implications for IPC precaution recommendations” yang diterbitkan pada Jumat, 27 Maret 2020 dan mengalami penyuntingan pada Minggu, 29 Maret 2020.

Virus Corona Pasti Tidak Airborne? IG dan Situs WHO Menyatakan BerbedaCuplikan keterangan WHO di situs resminya, yang diambil pada tanggal 29 Maret 2020. (who.int)

Namun berbeda dengan pernyataannya di Instagram, WHO mengatakan bahwa transmisi virus corona melalui udara masih bisa terjadi dengan kondisi tertentu. Kondisi yang dimaksud adalah ketika terdapat beberapa prosedur medis yang melepaskan aerosol di udara. Apa maksudnya? 

Baca Juga: Jika Daerahmu Sampai Harus Lockdown, Ini 8 Hal yang Perlu Kamu Siapkan

3. COVID-19 bisa hidup di udara beraerosol, apa artinya?

Virus Corona Pasti Tidak Airborne? IG dan Situs WHO Menyatakan Berbedawikimedia.org

Sebenarnya udara dengan aerosol itu seperti apa? Aerosol sendiri merupakan partikel padat atau cair yang sangat kecil yang ada di udara (fine particle). Contoh alaminya adalah asap dan kabut. 

Kamu juga bisa menemukannya pada produk spray parfum ruangan, hair spray, parfum, dan asap rokok. WHO juga mengemukakan sejumlah prosedur medis yang melibatkan aerosol. Contohnya bronkoskopi, open suctioning, endotracheal intubation, tracheostomy, dan lain-lain.

Lalu apa artinya? Apakah virus corona bisa menempel pada udara dengan aerosol tersebut? Itulah kemungkinan yang terjadi sekarang, seperti yang dipaparkan oleh WHO. Padahal di Instagram, mereka tidak mencantumkan hal ini.

Sebelumnya, ada pula penelitian dari New England Journal of Medicine (NEJM) yang menemukan bahwa virus tersebut bisa bertahan tiga jam di udara beraerosol. Namun WHO menolak hasil studi itu, karena dinilai kurang menggambarkan kondisi yang sesungguhnya.

4. Jadi, apakah kita bisa menyebut bahwa virus corona ini airborne?

Virus Corona Pasti Tidak Airborne? IG dan Situs WHO Menyatakan Berbedapexels.com/Gustavo Fring

Untuk memperjelas persoalan ini, IDN Times menghubungi Sidrotun Naim, Ph.D., M.P.A., virolog dan analis kebijakan Indonesia Strategic Institute (Instrat) Bandung. Berikut ini penjelasannya.

"Dari publikasi jurnal NEJM, berapa lama (virus) bertahan sebagai aerosol di udara itu eksperimental, menggunakan nebulizer untuk simulasi meniru batuk atau bersin. Hasilnya bertahan selama tiga jam. 

Sekali lagi, itu kategorinya eksperimental karena tidak mungkin sengaja mengamati orang batuk atau bersin kemudian mengejar virusnya di udara. 

Jadi, SARS-CoV-2 dianggap mungkin airborne sebagai kehati-hatian karena hasil eksperimen di atas (ini berlaku terutama di lingkungan medis). Tapi, secara umum, SARS-CoV-2 tidak airborne. Kalau di rumah sakit, bisa kalau kena karena nasocomial (infeksi yang berasal dari rumah sakit),"  terangnya.

Jadi SARS-CoV-2 atau virus corona tidak airborne dalam kondisi normal, misalnya di lingkungan rumah atau masyarakat. Virus itu tidak bisa ditransmisikan dengan udara biasa yang kita hirup sehari-hari. Namun ketika di lingkungan medis, penularan tersebut masih mungkin terjadi terutama ketika ada prosedur yang melibatkan aerosol. 

5. Petugas medis harus menggunakan APD yang sesuai dengan standar airborne seperti anjuran CDC

Nah, sekarang kita sudah tahu bahwa di lingkungan medis, penanganan untuk pasien virus corona harus ekstra hati-hati karena ada kemungkinan penularan airborne di udara beraerosol. Itulah kenapa seorang dokter asal Amerika Serikat, Eddy Joe melalui Instagramnya mengimbau rekan-rekannya agar mengenakan alat perlindungan diri (APD) yang disarankan dalam situasi airborne.

Disclaimer: jurnal dari University of Nebraska Medical Center, yang digunakan Eddy Joe, yang menyatakan bahwa COVID-19 adalah airborne itu belum dilakukan peer-review, sehingga belum bisa dipastikan valid atau tidaknya. Terlepas dari itu, WHO sendiri sudah mengatakan melalui situs resminya bahwa COVID-19 memungkinkan airborne dalam tindakan medis tertentu. Sehingga Eddy Joe mengajak rekan-rekan tenaga medis agar menerapkan keamanan penanganan medis yang standarnya waspada penyakit airborne.

Centers for Disease Control and Prevention (CDC) pun sudah merekomendasikan hal yang serupa. Namun banyak rumah sakit di dunia yang menggunakan APD biasa, karena mengira penularan hanya terjadi melalui droplet

APD standar airborne yang dimaksud adalah masker N95, baju gaun, pelindung mata/wajah, dan detail lain yang termasuk dalam airborne precautions. Mereka menyarankan demikian untuk berjaga-jaga karena melihat bahwa virus tersebut bisa disebut "airborne" dalam situasi medis. 

Virus Corona Pasti Tidak Airborne? IG dan Situs WHO Menyatakan BerbedaYang perlu kamu perhatikan jika terpaksa keluar dari rumah. (IDN Times/Sukma Shakti)

Kesimpulannya, kita sebagai masyarakat awam tidak perlu khawatir berlebihan mengenai hal ini. Akan tetapi, para petugas medis wajib mengenakan APD yang standar untuk penanganan penyakit airborne. Dengan begitu, jumlah petugas yang tumbang bisa diminimalkan. 

Pembaca bisa membantu kelengkapan perlindungan bagi para tenaga medis dengan donasi di program #KitaIDN: Bergandeng Tangan Melawan Corona di Kitabisa.com (http://kitabisa.com/kitaidnlawancorona)

Baca Juga: Apakah Aman Pesan Makanan Online saat Wabah COVID-19? Ini Faktanya!

Topik:

  • Izza Namira
  • Bayu D. Wicaksono
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya