Apakah Laki-Laki Bisa Hamil? Begini Medis Menjawabnya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Mendengar kata mengandung, otak secara otomatis menghubungkannya dengan perempuan. Pasalnya, demikianlah yang selama ini yang sering kita lihat. Laki-laki punya sperma untuk membuahi, sedangkan perempuan memiliki sel telur untuk dibuahi.
Namun, kecanggihan teknologi seolah bisa mengubah pandangan tersebut. Di media sosial pun ramai membahas tentang mpreg alias male pregnancy. Lantas, kalau melihat dari kecanggihan teknologi, apakah laki-laki bisa hamil? Yuk, cek fakta-faktanya!
Apakah laki-laki bisa hamil?
Sampai saat ini, hanya individu yang memiliki rahimlah yang bisa hamil. Pasalnya, rahim merupakan organ reproduksi utama pendukung perkembangan janin hingga siap lahir menjadi bayi, melansir Medical News Today.
Faktanya, seseorang yang terlahir dengan jenis kelamin laki-laki tidak mempunyai rahim sebagai organ reproduksinya. Artinya, laki-laki yang lahir dan hidup sebagai laki-laki tidak bisa mengalami kehamilan.
Sementara itu, individu dengan gender laki-laki transgender atau non-biner mungkin berpotensi mendapatkan kehamilan. Pasalnya, beberapa dari mereka terlahir dengan jenis kelamin biologis perempuan, tetapi mengidentifikasi gendernya sebagai laki-laki atau lainnya.
Laki-laki dan potensi kehamilan
Dijelaskan sebelumnya bahwa individu yang terlahir dengan jenis kelamin perempuan bisa mendapatkan kehamilan. Meski demikian, perawatan tertentu mungkin memengaruhi potensi pembuahan pada laki-laki.
Salah satunya yakni perawatan testosteron. Perawatan ini menekan efek hormon estrogen sembari merangsang perkembangan karakteristik maskulin. Hasilnya, seseorang bisa menumbuhkan rambut di wajah, mengalami pertumbuhan otot, hingga perubahan suara.
Penelitian dalam jurnal Transgender Health menyebutkan, perempuan yang mendapatkan terapi hormon testosteron bisa mengalami henti haid dalam kurun waktu 12 bulan. Meski demikian, sebagian besar perempuan pun mengalami henti haid setelah 6 bulan melakukan perawatan tersebut.
Terapi hormon testosteron memang tidak menyebabkan kemandulan. Namun, siklus menstruasi yang tak teratur lagi membuat laki-laki transgender atau non-biner membutuhkan beberapa waktu agar bisa hamil kembali.
Di sisi lain, kehamilan pasca terapi testosteron berisiko lebih tinggi mengalami masalah kehamilan. Jurnal Obstetric Medicine dari The Royal Society of Medicine Journal menyebutkan, efeknya termasuk solusio plasenta, persalinan prematur, anemia, dan hipertensi.
Editor’s picks
Baca Juga: 5 Risiko Kelebihan Berat Badan Saat Hamil, Apa Bahayanya?
Persalinan dan pasca kelahiran
Pada proses persalinan, seorang perempuan (yang terlahir dengan rahim) bisa melahirkan secara pervaginam. Meski demikian, tidak sedikit pula yang memilih operasi caesar untuk kenyamanan atau preferensinya sendiri.
Setelah lahir, beberapa orang mungkin ingin menyusui bayinya sendiri. Nah, laki-laki transgender memiliki kemungkinan menyusui walau telah menjalani operasi pengesahan gender di dada atau pengangkatan payudara.
Namun, sebagian perempuan yang telah mengalami operasi pengesahan gender mungkin mengalami kesulitan. Pasalnya, beberapa tindakan pembedahan medis untuk menegaskan jenis kelamin, seperti mastektomi atau cangkok puting bebas, dapat memengaruhi kelenjar, saraf, dan saluran payudara. Seluruhnya memengaruhi kemampuan tubuh memproduksi ASI.
Selain itu, bayi mungkin merasa kesulitan menghisap puting jika payudara hanya memiliki lebih sedikit jaringan lunak akibat operasi maupun kebiasaan mengikat payudara. Tindakan mengikat payudara untuk mengurangi jaringan lunak di dada juga dapat meningkatkan risiko infeksi mastitis jika dilakukan selama menyusui, melansir Health Grades.
Transplantasi rahim untuk laki-laki
Kecanggihan teknologi turut dimanfaatkan dalam bidang medis. Salah satunya yakni meningkatkan potensi kehamilan pada laki-laki. Upaya ini dilakukan melalui transplantasi rahim sebagai organ reproduksi yang mendukung kehamilan.
Prosedur transplantasi rahim telah dilakukan beberapa tahun lalu. Dilansir Healthline, bayi pertama dari rahim yang ditransplantasikan lahir di Swedia pada Oktober 2014. Namun, pada saat itu, metode ini masih diterapkan pada perempuan cisgender.
Dr. Richard Paulson, mantan presiden American Society for Reproductive Medicine mengungkapkan kemungkinan transplantasi rahim pada gender lainnya. Pengetahuan akan potensi ini masih diupayakan supaya bisa diwujudkan pada masa mendatang.
Meski memungkinkan, seseorang yang mendapat transplantasi rahim dan bukan perempuan cisgender mungkin memerlukan perawatan tambahan. Termasuk replikasi fase hormonal selama kehamilan dan menyusui serta melakukan operasi sesar untuk melahirkan bayinya.
Jadi, apakah laki-laki bisa hamil? Hal tersebut mungkin saja, tapi hanya terjadi pada laki-laki transgender. Sementara, pada seseorang yang terlahir dengan jenis kelamin biologis laki-laki mungkin perlu menunggu hingga inovasi medis transplantasi benar-benar terbukti aman dan dapat dilakukan.
Baca Juga: 7 Penyebab Rahim Kering yang Bikin Susah Hamil, Wajib Tahu!