Mengenal Iatrogenik, Kondisi Akibat Kesalahan Medis

Bisa karena salah diagnosis atau kealpaan medis

Kemajuan keilmuan dan teknologi turut mendukung bidang kedokteran menjadi lebih canggih. Perawatan, pengobatan, hingga operasi seluruhnya jauh lebih maju dibanding waktu lampau. Meski demikian, gak menutup kemungkinan adanya risiko kesalahan selama menjalankan prosedur.

Adanya kekeliruan yang dapat memperburuk kondisi disebut iatrogenik. Potensi efek samping dari hal tersebut dapat menyebabkan masalah kesehatan baru yang gak terkait dengan penyakit awal. Apakah berbahaya?

Apa itu iatrogenik?

Kata iatrogenik berasal dari gabungan bahasa Yunani iatros yang berarti 'tabib', atau sekarang lebih dikenal sebagai 'dokter', sedangkan gennan berarti 'akibat'. Secara harfiah, iatrogenik adalah kondisi yang timbul sebagai akibat dari tindakan dokter, melansir Very Well Health.

Bentuk iatrogenik bisa berupa kekeliruan diagnosis, komplikasi, kealpaan, atau kesalahan pribadi dokter. Selain itu, kondisi ini bisa terjadi ketika seseorang mendapat perawatan di layanan kesehatan maupun rawat jalan. 

Akibat yang timbul dari iatrogenik beragam. Termasuk di antaranya masalah fisik, mental, maupun emosional. Dalam beberapa kasus, paling fatal menyebabkan kematian. 

Bentuk dan penyebab iatrogenik

Mengenal Iatrogenik, Kondisi Akibat Kesalahan Medisilustrasi rawat inap (pexels.com/Anna Shvets)

Iatrogenik memiliki beberapa bentuk berbeda yang juga dipengaruhi oleh penyebabnya. Faktor penyebab iatrogenik di antaranya:

  • Infeksi iatrogenik. Hal ini terjadi ketika pasien terinfeksi akibat penyedia layanan kesehatan (dokter, perawat, atau petugas medis lain), seperti gak mencuci tangan sebelum menyentuh pasien baru
  • Cedera iatrogenik. Merupakan kondisi ketika pasien mengalami kekeliruan akibat prosedur kesehatan yang dijalani. Misalnya, kesalahan pengangkatan ginjal atau salah bedah kaki kanan padahal yang sakit kiri
  • Efek iatrogenik. Sebutan ini diberikan apabila pasien mendapatkan dua resep berbeda yang saling berinteraksi tanpa pemberitahuan yang jelas. Akibatnya, pasien mendapatkan efek samping yang merugikan
  • Penyakit iatrogenik. Misalnya, ketika seseorang mendapatkan terapi psikologis, tetapi kondisi mental semakin memburuk akibat satu lain hal.

Iatrogenik bisa sangat memengaruhi kondisi pasien. Misalnya saja, penggunaan sarung tangan yang gak higienis atau petugas medis gak mencuci tangan. Tindakan yang terkesan sederhana ini, dapat menimbulkan penularan melalui cairan tubuh yang gak disadari. 

Seberapa sering iatrogenik terjadi?

Mengenal Iatrogenik, Kondisi Akibat Kesalahan Medisilustrasi pasien mengalami iatrogenik (unsplash.com/Brittany Colette)

Centers for Disease Control and Prevention alias CDC memberikan pernyataan bahwa ada kalanya sekitar 1 dari 25 pasien rumah sakit mengalami infeksi atau kondisi khusus, terkait perawatannya. Namun, jumlah tepat kondisi ini gak bisa ditelusuri dengan pasti. 

Alasannya, gak banyak bentuk efek samping iatrogenik yang dilaporkan. Mayoritas data yang dilaporkan terbatas pada akibat fatal yakni kematian, karena lebih mudah diidentifikasi. Sebagian besar juga gak dilaporkan karena rasa takut, kurangnya pengakuan, atau sistem pelaporan yang kurang jelas. Selain itu, belum banyaknya penelitian spesifik yang membahas macam-macam iatrogenik, salah satunya pada limpa.

Meski cukup sulit menyimpulkan jumlah kejadian ini, penelitian tersebut sangat membantu pencegahan. Lebih jauh, gejala efek samping yang ambigu juga membuat diagnosis samar. Misalnya, saat seseorang mengalami muntah dan dehidrasi akibat pengobatan antibiotik. Munculnya indikator ini mungkin gak mungkin dianggap sebagai iatrogenik. 

Baca Juga: Radang Sendi (Artritis): Penyebab, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Mencegah iatrogenik

Mengenal Iatrogenik, Kondisi Akibat Kesalahan MedisIustrasi konsultasi dokter (pexels.com/cottonbro)

Meski kecanggihan ilmu pengetahuan membuat teknologi dan kemahiran berkembang, iatrogenik tetap bisa terjadi. Sebagai pasien atau keluarga, terdapat beberapa langkah yang bisa ditempuh guna mencegah terjadinya efek samping berbahaya. Berikut uraiannya:

  • Ketahui prosedur dengan detail

Sebelum mendapatkan perawatan atau pengobatan, pastikan telah mengetahui dengan jelas manfaat dan kemungkinan risiko yang terjadi. Tanyakan pada dokter dan petugas medis secara mendetail. Selain untuk pengetahuan, tindakan ini juga dapat menenangkan pikiran pasien dan keluarga. 

  • Memantau kondisi dengan cermat

Bahkan jika pasien mendapat pengobatan atau rawat jalan, mengetahui perkembangan kesehatan adalah hal wajib. Hindari melewatkan jadwal temu dengan dokter. Gunakan waktu tersebut untuk berkonsultasi terkait gejala yang mungkin muncul akibat pengobatan yang telah dilakukan. 

  • Ajak orang terdekat untuk konsultasi medis

Meski individu dapat mengingat detail perawatan, antisipasi back up 'telinga' merupakan jalan terbaik. Ajak keluarga atau kerabat terdekat saat mengunjungi dokter. Dengan begitu, ada orang lain yang mengingat perawatan untuk pasien dan mengetahui langkah tepat ketika mengalami efek samping. 

Di samping itu, usahakan untuk tetap menjalin komunikasi secara maksimal dengan dokter. Sekalipun terdapat kekeliruan, tetap sampaikan pendapat dengan baik. Dengan begitu, pasien dan keluarga bisa menerima informasi sebanyak-banyaknya dan kemungkinan pengobatan lebih baik.

Upaya terbaik ketika menangani iatrogenik adalah dengan melakukan pencegahan. Bersikap kolaboratif dan produktif bersama layanan kesehatan, akan sangat membantu untuk mencegah kesalahan medis terjadi. Dengan begitu, pasien bisa mendapatkan perawatan terbaik. 

Baca Juga: Empty Sella Syndrome: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Topik:

  • Lea Lyliana
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya