Operasi Bariatrik: Prosedur, Manfaat, dan Risikonya

Operasi untuk membantu menurunkan berat badan

Obesitas menjadi persoalan serius yang dapat mengganggu keseimbangan tubuh dan menyebabkan masalah kesehatan. Jika diet dan olahraga tetap gak mampu menurunkan berat badan berlebih, maka seseorang memerlukan bantuan medis, salah satunya melalui operasi.

Dalam bidang kesehatan, pembedahan untuk mengurangi kelebihan berat badan ini disebut sebagai operasi bariatrik. Lalu, bagaimana prosedurnya dan apa saja manfaat serta risikonya? Simak di bawah, ya!

Apa itu operasi bariatrik?

Dilansir American Society for Metabolic and Bariatric Surgery, operasi bariatrik merupakan tindakan pembedahan yang dilakukan untuk menurunkan berat badan. Operasi ini juga dikenal sebagai operasi metabolik. Nama ini diberikan, karena berdampak pada metabolisme pasien, yakni kemampuan pemecahan makanan menjadi energi.

Operasi ini dilakukan apabila prosedur diet dan olahraga gak kunjung membuahkan hasil. Terlebih jika individu memiliki penyakit bawaan yang dipengaruhi oleh berat badan dan menimbulkan efek samping serius, seperti:

  • Penyakit jantung
  • Stroke
  • Tekanan darah tinggi
  • Penyakit hati berlemak bukan karena alkohol
  • Sleep apnea
  • Diabetes tipe 2

Dilansir NHS, berikut syarat operasi bariatrik:

  • Pasien memiliki  indeks massa tubuh (BMI) 40 atau lebih, atau BMI antara 35 dan 40 yang disertai kondisi terkait obesitas. Namun,  kondisi tersebut kemungkinan akan membaik apabila mengalami penurunan berat badan, seperti diabetes tipe 2
  • Pasien telah mencoba semua metode penurunan berat badan, seperti diet dan olahraga, tetapi tetap kesulitan menurunkan berat badan atau mempertahankan berat badan sehat yang ideal
  • Pasien harus menyetujui melakukan tindak lanjut jangka panjang setelah operasi. Termasuk perubahan gaya hidup menjadi lebih sehat dan pemeriksaan rutin.

Apabila kamu mengalami tiga poin di atas, konsultasikan pada dokter terkait kemungkinan pembedahan bariatrik. Dokter akan mengevaluasi terlebih dahulu, sekaligus menyarankan jenis operasi bariatrik yang cocok untukmu. 

Jenis-jenis operasi bariatrik

Operasi Bariatrik: Prosedur, Manfaat, dan Risikonyailustrasi tindakan operasi bariatrik (pexels.com/Anna Shvets)

Terdapat beberapa jenis operasi bariatrik yang prosedur pelaksanaannya berbeda. Tindakan yang paling populer yakni dengan membatasi kapasitas perut untuk menampung makanan, mengurangi kemampuan tubuh menyerap nutrisi, atau kombinasi keduanya. 

Selain itu, ada pula metode pemotongan lambung atau yang dikenal dengan duodenal switch. Tindakan ini cenderung jarang dilakukan, karena memiliki efek samping cukup serius. Lebih lengkapnya cek di bawah, ya. 

1. Gastric bypass atau operasi bypass lambung

Prosedur pembedahan bypass lambung yang juga disebut Roux-en-Y merupakan tindakan bariatrik paling umum. Bypass akan mengubah hormon, bakteri, dan zat lain di saluran pencernaan yang dapat memengaruhi nafsu makan dan metabolisme. Dilansir National Institute of Diabetes and Digestive and Kidney Disease, operasi ini dilakukan dengan tiga tahapan utama.

Pertama, ahli bedah akan membuat kantong kecil di bagian atas perut. Tindakan ini dilakukan dengan menjepit lambung sehingga membaginya menjadi dua. Dengan ukuran lambung yang lebih kecil, maka pasien alan makan lebih sedikit karena merasa cepat kenyang.

Setelah membagi lambung, tindakan selanjutnya yakni memotong sebagian usus kecil pasien. Usus ini lalu ditempelkan langsung ke kantong lambung yang berukuran kecil di tahap sebelumnya. Pemotongan usus ini mempercepat proses pengolahan makanan sehingga tubuh menyerap lebih sedikit kalori.

2. Sleeve gastrectomy

Ketika kemampuan makan meningkat, lambung pun ikut menyesuaikan ukuran guna menampung kapasitas konsumsi yang besar. Sleeve gastrectomy dilakukan dengan memotong dan mengangkat 70 hingga 80 bagian lambung. Dari bentuk lambung yang melebar, hanya akan menyisakan bagian selongsong yang mirip pisang. 

Dengan ruangan yang berkurang, lambung pun gak menampung banyak makanan. Di sisi lain, pemotongan bagian lambung ini juga mengurangi produksi hormon ghrelin yang mengatur nafsu makan

3. Adjustable gastric band

Jenis operasi bariatrik yang ketiga ini menggunakan cincin dengan pita karet bagian dalam yang diletakkan di sekitar bagian atas lambung. Penempatan cincin ini membuat lambung terpisah menjadi bagian lebih kecil. Hasilnya, seseorang akan lebih cepat kenyang dengan mengonsumsi makanan dalam jumlah sedikit.

Pita yang ditempatkan sebagai pengikat lambung ini memiliki balon melingkar di dalamnya yang diisi dengan larutan garam. Dokter bedah bisa menyesuaikan ukuran ikatan dengan menyuntikkan atau mengeluarkan larutan garam melalui alat bernama port, yang ditempatkan di bawah kulit pasien.

Adjustable gastric band memerlukan pengawasan beberapa saat setelah pemasangan. Pasien masih harus melakukan kunjungan dokter untuk menyesuaikan pita dan memantau apakah pita berfungsi dengan baik. Dilansir Obesity Surgery metode ini berisiko lebih tinggi akan komplikasi dan intoleransi, serta lebih sedikit pengurangan berat badan.  

4. Biliopancreatic diversion with duodenal switch

Tindakan ini juga disebut sebagai operasi bariatrik bedah campuran karena mengombinasikan dua prosedur terpisah. Pertama, lambung akan dipotong layaknya tindakan sleeve gastrectomy. Namun, katup yang melepaskan makanan ke usus kecil (katup pilorus) tetap ada.

Lalu, hasil pemotongan tersebut dihubungkan ke bagian ujung usus ke duodenum dekat lambung. Bisa dibilang, biliopancreatic diversion with duodenal switch merupakan kombinasi gastric bypass dan sleeve gastrectomy. Setelah melakukan prosedur ini, makanan tetap akan diproses seperti sebelum operasi, yakni bercampur dengan asam lambung, cairan empedu, dan enzim pencernaan di usus besar. 

Di antara operasi bariatrik lain, biliopancreatic diversion with duodenal switch dianggap sebagai tindakan paling efektif untuk menurunkan berat badan berlebih. Namun, juga paling berisiko menyebabkan masalah terkait operasi dan kekurangan nutrisi. Karena pertimbangan medis, duodenal switch lebih dianjurkan pada pasien yang memiliki BMI 50 ke atas. 

Baca Juga: Ancaman Obesitas, Diet Anti Ribet Jadi Pilihan Para Wanita Produktif

Manfaat operasi bariatrik

Operasi Bariatrik: Prosedur, Manfaat, dan Risikonyailustrasi berat badan turun (pexels.com/SHVETS production)

Manfaat utama operasi bariatrik tentu saja menurunkan berat badan secara drastis. Dengan berkurangnya kapasitas lambung dan penurunan kemampuan penyerapan nutrisi, seseorang yang telah melakukan operasi bariatrik akan mudah kenyang. Selain itu, tindakan bedah ini juga memiliki manfaat lain. Berikut uraiannya seperti melansir Cleveland Clinic:

  1. Opsi mengobati diabetes tipe-2. Penelitian dalam jurnal Annals of Surgery menunjukkan tindakan operasi bariatrik dapat mengurangi ketergantungan seseorang terhadap insulin, setidaknya hingga tiga tahun setelah operasi
  2. Peningkatan kesehatan kardiovaskular. Berkurangnya berat badan memungkinkan tekanan darah dan kolesterol ikut menurun. Hasilnya, dapat membantu mengurangi risiko dan kematian akibat penyakit jantung, stroke, hipertensi dan infark miokard
  3. Menghilangkan sleep apnea obstruktif. Individu dengan sleep apnea yang mengurangi berat badan dapat berhenti menggunakan mesin CPAP ketika tidur
  4. Meningkatkan kesehatan tubuh secara keseluruhan. Obesitas sering menyebabkan nyeri sendi, memengaruhi kesuburan, hingga menimbulkan perasaan kurang nyaman terhadap diri sendiri. Dengan operasi bariatrik, kondisi tersebut ikut menurun dan dapat mengembalikan kepercayaan diri. 

Risiko operasi bariatrik

Operasi Bariatrik: Prosedur, Manfaat, dan Risikonyailustrasi seseorang mengalami diare karena fistula gastrointestinal (pexels.com/Sora Shimazaki)

Meski dapat menjadi 'jalan pintas' untuk mengurangi berat badan dan menurunkan risiko kesehatan lainnya, operasi bariatrik tetap memiliki efek samping. Termasuk masalah prosedur pembedahan yang meliputi:

  • pendarahan berlebihan;
  • infeksi;
  • reaksi merugikan terhadap anestesi bekuan darah;
  • masalah paru-paru atau pernapasan; dan
  • kebocoran di sistem pencernaan.

Selain itu, prosedur operasi bariatrik yang mengubah sistem pencernaan pun memiliki risiko jangka panjang. Dilansir MayoClinic, beberapa di antaranya yakni:

  • Sumbatan usus
  • Sindrom dumping yang menyebabkan diare, muka memerah, pusing, mual atau muntah akibat makanan terlalu cepat melewati usus halus
  • Batu empedu akibat penurunan berat badan secara drastis
  • Hernia
  • Gula darah rendah (hipoglikemia)
  • Malnutrisi berkaitan dengan kurangnya kemampuan penyerapan zat besi, kalsium, dan vitamin-vitamin, di antaranya vitamin B12 dan vitamin E
  • Bisul
  • Refluks asam dan muntah
  • Kebutuhan prosedur lanjutan hingga perbaikan alias revisi tindakan.

Demikian uraian mengenai operasi bariatrik yang perlu diketahui. Sebelum melakukannya, baiknya konsultasikan ke dokter dulu untuk menghindari risikonya, ya. 

Baca Juga: Memiliki Tingkat Obesitas Terendah di Dunia, Apa Rahasia Jepang?

Topik:

  • Laili Zain
  • Lea Lyliana
  • Bayu Aditya Suryanto
  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani
  • Indra Zakaria

Berita Terkini Lainnya