Distosia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penanganan 

Atau dikenal dengan persalinan macet di tengah jalan

Dystocia atau distosia adalah gangguan melahirkan pada ibu hamil yang melakukan persalinan pervaginam, yaitu proses kelahiran melalui jalan lahir atau vagina. Distosia persalinan mengacu pada persalinan lambat yang tidak normal, atau sering disebut sebagai persalinan macet di tengah jalan.

Banyak dokter tidak setuju pada karakteristik distosia, sehingga definisi tersebut bervariasi. Istilah lain yang digunakan untuk distosia persalinan termasuk persalinan sulit, persalinan disfungsional, disproporsi sefalopelvik (CPD), dan persalinan macet.

Terdapat dua jenis distosia, yaitu distosia janin (fetal dystocia) dan distosia bahu (shoulder dystocia). Kedua jenis distosia tersebut memiliki penyebab yang berbeda.

Untuk mengenali distosia lebih lanjut, berikut ini adalah ulasan mengenai penyebab, faktor risiko, dan komplikasi yang bisa ditimbulkannya.

1. Penyebab

Distosia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penanganan ilustrasi distosia bahu (clinicalgate.com)

Ada variasi yang cukup besar dalam kriteria diagnostik untuk distosia persalinan. Karenanya, distosia persalinan adalah istilah umum yang dapat mencakup sejumlah keadaan selama persalinan, mengutip Verywell Health.

Secara umum, istilah ini mengacu pada kondisi yang mengakibatkan persalinan yang sulit, lama, atau terhambat. Ini semua termasuk dalam istilah distosia:

  • Turunnya janin secara abnormal lambat selama tahapan kedua persalinan.
  • Dilatasi serviks yang lambat secara abnormal selama persalinan aktif.
  • Penempatan bahu janin setelah kepala lahir (distosia bahu).

Distosia persalinan dapat terjadi baik pada fase laten maupun fase aktif pada tahapan pertama persalinan dan selama tahapan kedua persalinan.

Penyebab distosia janin adalah ukuran bayi yang terlalu besar untuk lubang panggul atau posisinya yang tidak normal. Posisi normal pada bayi yang siap melahirkan adalah wajah menghadap ke punggung belakang ibu, tubuh miring, leher tertekuk, dan posisi kepala di bawah.

Pada posisi abnormal, bayi bisa saja menghadap ke depan, wajah menghadap ke jalan lahir, punggung bayi berada persis di atas jalan lahir dan posisi bayi tidak terbalik dengan bokong berada pada jalan lahir.

Distosia bahu terjadi karena pada saat melahirkan, kepala bayi sudah keluar namun bahunya tersangkut pada tulang panggul ibu. Kejadian ini terjadi pada 0,7 persen kelahiran pervaginam. Terdapat banyak kasus distosia bahu yang tidak bisa dijelaskan penyebabnya.

2. Faktor risiko

Distosia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penanganan ilustrasi persalinan pervaginam (peanut-app.io)

Ada sejumlah faktor risiko untuk distosia persalinan, yaitu:

  • Jumlah kehamilan: Distosia lebih sering terjadi pada perempuan yang belum pernah memiliki bayi sebelumnya. Kegagalan untuk progres pada fase pertama persalinan yang menyebabkan persalinan sesar atau pada tahapan kedua persalinan yang berkepanjangan sebagian besar memengaruhi perempuan yang belum pernah memiliki bayi sebelumnya.

    Mereka yang pernah melahirkan namun belum pernah melahirkan pervaginam memiliki peningkatan risiko distosia dibanding orang lain yang pernah melahirkan dan melahirkan pervaginam.

  • Indeks massa tubuh ibu hamil: Ibu hamil yang memiliki indeks massa tubuh tinggi diketahui mengalami tahapan pertama persalinan yang lebih lama, terutama pada kehamilan pertama.

    Penelitian telah menunjukkan bahwa pada mereka yang sebelumnya pernah hamil, fase aktif persalinan lebih lama pada mereka yang mengalami obesitas. Umumnya, ada perkembangan persalinan yang lebih lambat pada tahap pertama persalinan di antara mereka yang kelebihan berat badan atau obesitas.

  • Usia ibu: Usia ibu yang lebih tua telah dikaitkan dengan distosia persalinan. Penelitian telah menemukan bahwa orangtua yang belum pernah hamil sebelumnya (atau belum memiliki bayi) memiliki kejadian distosia yang lebih tinggi baik pada tahap pertama dan kedua persalinan jika dibandingkan dengan usia yang lebih muda.

  • Faktor lainnya: Ada sejumlah faktor lain yang dapat meningkatkan risiko distosia. Berada dalam fase laten dan memiliki posisi kepala janin yang tinggi (posisi janin dalam hubungannya dengan panggul) selama masuk untuk persalinan adalah beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko distosia.

    Fase laten persalinan yang berkepanjangan meningkatkan risiko distosia, seperti halnya peningkatan usia kehamilan.

Baca Juga: 6 Kandungan Makanan Ini Bikin Cepat Hamil, Rata-rata dalam 1 Bulan

3. Diagnosis

Distosia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penanganan ilustrasi prosedur intrauterine pressure catheter (nursekey.com)

Saat proses persalinan normal dirasa berlangsung lebih lama dari normalnya atau distosia, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan, seperti frekuensi kontraksi dan kekuatan kontraksi.

Pemeriksaan distosia adalah dengan cara-cara berikut ini:

  • Penggunaan intrauterine pressure catheter (IUPC): Dokter menempatkan alat berupa monitor kecil di dalam rahim, tepatnya di samping bayi. Ini bertujuan supaya dokter tahu berapa kali frekuensi kontraksi dan seberapa besar kekuatannya.
  • Penggunaan electronic fetal monitoring (EFM): Alat ini digunakan untuk mengukur denyut jantung bayi.

4. Komplikasi yang dapat terjadi

Distosia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penanganan ilustrasi bayi baru dilahirkan (Pexels.com/Jonathan Borba)

Beberapa masalah yang dapat terjadi pada bayi akibat mengalami distosia antara lain:

  • Patah tulang lengan dan selangka.
  • Kerusakan pada saraf pleksus brakialis, yaitu saraf yang memberikan rasa dan gerakan di bahu, lengan dan tangan. Lebih lanjut, kerusakan ini dapat menyebabkan kelemahan bahkan kelumpuhan pada lengan atau bahu.
  • Asfiksia, yaitu kurangnya suplai oksigen ke dalam tubuh. Kasus yang lebih parah dapat menyebabkan cedera otak bahkan kematian, tetapi hal ini jarang terjadi.

Sementara itu, masalah yang dapat terjadi pada ibu adalah:

  • Pendarahan pospartum, yaitu pendarahan hebat yang terjadi setelah melahirkan.
  • Terjadi robekan parah pada perineum (daerah antara vagina dan rektum).
  • Ruptur uteri, yaitu robekan pada rahim saat melahirkan, tetapi ini jarang terjadi.
  • Kerusakan saraf pada paha.

5. Penanganan

Distosia: Penyebab, Gejala, Komplikasi, dan Penanganan ilustrasi operasi caesar (pexels.com/Jonathan Borba)

Biasanya, dokter akan merekomendasikan tindakan operasi sesar dan menjadwalkannya setidaknya pada usia 39 minggu kehamilan apabila menemukan kondisi berikut ini:

  • Berat bayi mencapai 5 kilogram (5 kg) dan ibu dalam keadaan sehat.
  • Berat badan bayi 4,5 kg dan ibu mengalami diabetes melitus.
  • Panggul ibu berukuran lebih kecil daripada ukuran umumnya.
  • Ibu memiliki riwayat distosia pada kehamilan sebelumnya.

Pada kasus distosia bahu, metode penanganan yang dapat dilakukan adalah:

  • Meminta ibu untuk berhenti mengejan.
  • Mengubah ke posisi manuver McRoberts, yaitu menekan paha ibu ke atas perut.
  • Tekanan suprapubik, yaitu menekan perut bagian bawah tepat di atas tulang kemaluan ibu.
  • Menjangkau ke dalam vagina untuk mencoba membalikkan posisi bayi.
  • Membalikkan posisi ibu ke posisi merangkak.
  • Melakukan episiotomi, yaitu membuat sayatan untuk melebarkan vagina.
  • Melakukan operasi sesar atau prosedur bedah lainnya.

Pada kasus distosia bahu yang parah, mungkin tulang selangka bayi dipatahkan untuk melepaskan bahunya yang tersangkut. Ini dilakukan jika tidak dapat diatasi dengan metode lain.

Distosia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan persalinan lambat yang tidak normal. Kondisi ini dapat disebabkan oleh berbagai alasan dan dapat terjadi pada tahap satu atau tahap dua persalinan.

Beberapa faktor risikonya termasuk kehamilan pertama kali, usia ibu hamil yang lebih tua, serta indeks massa tubuh yang tinggi.

Distosia persalinan dapat mengakibatkan komplikasi baik bagi ibu hamil maupun janin. Jika kamu punya kekhawatiran tentang kehamilan atau persalinan, bicarakanlah dengan dokter yang merawat.

Beberapa hal yang bisa dilakukan oleh ibu hamil untuk meminimalkan risiko distosia adalah dengan menjalankan pola hidup sehat, memperhatikan asupan kalori saat hamil agar tidak mengalami obesitas, dan mengontrol konsumsi gula untuk mencegah diabetes.

Baca Juga: 16 Infeksi saat Kehamilan yang Berisiko Fatal pada Janin

Lula Lula Photo Verified Writer Lula Lula

you can reach me on my IG @lulumaryamah23

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya