Parasomnia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Perilaku yang tidak biasa dan tidak diinginkan saat tidur

Parasomnia adalah gangguan tidur yang menyebabkan perilaku abnormal saat tidur. Perilaku tersebut dapat terjadi pada setiap tahap tidur, termasuk transisi dari terjaga ke tidur dan sebaliknya.

Pada orang dengan parasomnia, ia mungkin bergerak, berbicara, atau melakukan hal-hal yang tidak biasa selama tidur. Orang lain mungkin mengira ia sudah bangun, tetapi sebenarnya tidak sadar. Orang dengan parasomnia biasanya tidak ingat kejadian tersebut.

Walaupun parasomnia cukup umum terjadi, tetapi kondisi ini bisa membuat seseorang sulit tidur nyenyak dan bisa juga mengganggu tidur orang di sekitar, misalnya pasangan.

Selain itu, beberapa parasomnia bisa berbahaya karena pengidapnya tidak menyadari lingkungan di sekitarnya. Mereka juga bisa memiliki efek samping yang berhubungan dengan kesehatan, seperti stres psikologis.

1. Apa itu parasomnia?

Parasomnia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi parasomnia (unsplash.com/Kinga Cichewicz)

Istilah parasomnia mengacu pada perilaku yang tidak biasa dan tidak diinginkan yang terjadi selama tidur. Ini bisa terjadi selama tahap tidur apa pun. Tahapan tidur termasuk non-rapid eye movement sleep (NREM), rapid eye movement sleep (REM), dan transisi antara terjaga dan tidur.

Menurut laporan dalam jurnal Missouri Medicine tahun 2018, parasomnia lebih sering terjadi selama masa kanak-kanak dan menjadi lebih jarang selama masa dewasa. Parasomnia memengaruhi sekitar 4 persen populasi orang dewasa.

2. Jenis

Parasomnia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi parasomnia (pexels.com/cottonbro)

Parasomnia mencakup berbagai perilaku abnormal, seperti berjalan atau berbicara saat tidur dan ini dapat terjadi dalam setiap tahapan tidur. Dua fase tidur umum adalah NREM dan REM. Tubuh biasanya melewati tahapan tidur ini 4–6 kali pada malam hari. Setiap fase tidur melibatkan berbagai jenis aktivitas gelombang otak dan perubahan fisiologis.

Fase tidur NREM atau juga dikenal sebagai tidur diam memiliki tiga tahap, yaitu:

  • Tahap 1: Ini termasuk transisi dari terjaga ke tidur. Aktivitas gelombang otak mulai melambat selama tahap tidur ini.
  • Tahap 2: Periode tidur ringan saat detak jantung dan pernapasan melambat, suhu tubuhnya turun, otot-ototnya rileks, dan gerakan matanya berhenti.
  • Tahap 3: Melibatkan tidur yang nyenyak dan restoratif. Fase tidur ini terjadi pada paruh pertama malam.

Tidur REM dimulai sekitar satu setengah jam setelah seseorang tertidur. Fase tidur REM melibatkan gerakan mata dari sisi ke sisi yang cepat, peningkatan aktivitas gelombang otak, dan pernapasan yang tidak teratur.

1. Parasomnia NREM

Contoh parasomnia yang terjadi pada fase tidur pertama antara lain:

  • Sleepwalking: Kondisi ketika seseorang bangun dari tidurnya dan berjalan-jalan saat tidur. Berjalan dalam tidur juga dapat melibatkan berbicara sambil tidur atau melakukan aktivitas rutin, seperti menyiapkan makanan atau mengemudi.
  • Bruksisme saat tidur: Gangguan gerakan yang melibatkan mengatupkan atau menggemeretakkan gigi saat tidur. Menurut studi dalam Journal of Conservative Dentistry tahun 2016, sekitar 13 persen orang dewasa memiliki kondisi ini.
  • Confusional arousal: Terjadi ketika seseorang bangun dalam keadaan bingung. Seseorang mungkin tidak tahu di mana ia berada atau apa yang mereka lakukan. Gejala lainnya bisa meliputi bicara lebih lambat dari biasanya, waktu reaksi lebih lambat, menangis, berteriak, ingatan buruk, dan koordinasi yang buruk. Studi melaporkan ini muncul pada 17 persen anak-anak dan episode dapat berlangsung dari beberapa menit hingga beberapa jam.
  • Sleep terror atau night terror: Terjadi ketika ketika seseorang mengalami perasaan panik atau takut yang intens selama sepertiga pertama malam. Ini paling sering terjadi pada anak-anak berusia 3–7 tahun. Gejala lainnya termasuk berteriak atau meronta-ronta, detak jantung cepat, pernapasan cepat yang tidak normal, pupil melebar, dan berkeringat. Episodenya bisa berlangsung antara 10–20 menit. Kebanyakan anak kembali tertidur dan tidak ingat dirinya mengalami sleep terror. 

Baca Juga: Melihat Fenomena Ketindihan dari Sisi Medis, Ini Faktanya!

2. Parasomnia REM

Parasomnia REM terjadi selama tahap tidur terakhir, yang melibatkan peningkatan aktivitas otak, kelumpuhan otot, dan peningkatan denyut jantung dan pernapasan.

  • Gangguan perilaku tidur REM: Ini ketika seseorang secara fisik memerankan mimpi yang jelas. Dalam keadaan normal, tubuh memasuki keadaan kelumpuhan sementara selama tidur REM. Namun, orang dengan gangguan ini mengalami kelumpuhan yang tidak lengkap atau tidak ada sama sekali. Gangguan perilaku tidur REM tidak selalu terjadi setiap malam, tetapi mimpi yang sangat realistis, brutal, atau menakutkan dapat memicu gejala. Beberapa episode dapat terjadi sepanjang malam dengan setiap fase REM. Walaupun gangguan tidur ini tidak memengaruhi tidur, tetapi ini dapat meningkatkan risiko cedera. Kondisi ini umumnya memengaruhi pria usia di atas 50 tahun dan punya kaitan dengan gangguan neurodegeneratif seperti penyakit Parkinson dan demensia Lewy body.
  • Mimpi buruk: Mimpi buruk adalah mimpi yang jelas dan mengganggu yang dapat menyebabkan perasaan cemas, takut, atau teror. Seseorang yang sering mengalami mimpi buruk atau mimpi buruk yang secara signifikan memengaruhi tidurnya mungkin mengalami gangguan mimpi buruk.
  • Paralisis: Otot-otot tubuh rileks saat seseorang tertidur. Selama tidur REM, otot-otot lebih rileks dan menjadi diam (atonia). Kelumpuhan tidur terjadi ketika atonia otot terjadi saat seseorang masih terjaga. Seseorang mungkin mengalami kelumpuhan otot atau ketidakmampuan untuk berbicara saat tertidur atau saat bangun tidur. Seseorang dengan kelumpuhan tidur juga dapat mengalami mimpi yang jelas, mimpi bangun, atau halusinasi, selama sebuah episode. Episode paralisis bisa berlangsung selama beberapa detik atau menit. Episode biasanya sembuh secara spontan, tetapi seseorang dapat mengakhiri episode jika mereka memaksa diri untuk bergerak.

3. Parasomnia lainnya

  • Mengompol atau enuresis tidur: Mengacu pada buang air kecil yang tidak disengaja yang terjadi selama tidur. Kebanyakan anak mengompol sesekali. Mengontrol fungsi kandung kemih saat tidur adalah salah satu tahap akhir dari potty training atau pelatihan buang air. Dokter tidak menganggap sering mengompol sebagai parasomnia kecuali jika usia anak di atas 5 tahun.
  • Exploding head syndrome: Kondisi saat seseorang membayangkan suara keras, mirip dengan ledakan, tepat sebelum mereka tertidur.
  • Halusinasi terkait tidur: Pengalaman visual, pendengaran, atau sentuhan yang tidak nyata yang terjadi selama transisi antara tidur dan bangun.

Baca Juga: Gangguan Tidur dan Psikis Dongkrak Risiko Diabetes Tipe 2

3. Penyebab

Parasomnia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi parasomnia (pexels.com/cottonbro)

Dilansir Healthline, ada beberapa kemungkinan penyebab parasomnia. Gangguan ini mungkin juga bisa berkaitan dengan beberapa pemicu, termasuk:

  • Stres.
  • Kecemasan.
  • Depresi.
  • Gangguan stres pascatrauma (PTSD).
  • Penggunaan zat.
  • Beberapa obat-obatan.
  • Jadwal tidur tidak teratur, seperti pekerja shift.
  • Kurang tidur.
  • Gangguan tidur lainnya, seperti insomnia.
  • Kondisi neurologis, seperti penyakit Parkinson.

4. Gejala

Parasomnia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi susah tidur (pexels.com/cottonbro)

Setiap jenis parasomnia memiliki fitur dan pemicu unik. Namun, beberapa gejala umumnya meliputi:

  • Sulit tidur lelap sepanjang malam.
  • Bangun tidur merasa bingung atau disorientasi.
  • Merasa lelah pada siang hari.
  • Menemukan luka atau memar di tubuh dan tidak ingat penyebabnya.
  • Menampilkan gerakan, ekspresi, vokalisasi, atau aktivitas, misalnya diberi tahu oleh pasangan tetapi kamu tidak mengingatnya.

5. Diagnosis

Parasomnia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi polisomnogram atau polisomnografi (commons.wikimedia.org/Clinique Somnomed)

Dokter spesialis tidur akan menanyakan pasien dan pasangannya tentang gejala tidur. Dokter juga akan menanyakan riwayat kesehatan, riwayat keluarga, penggunaan alkohol, dan penyalahgunaan obat apa pun, serta obat-obatan yang sedang digunakan. Pasien mungkin akan diminta untuk membuat buku harian tidur dan pasangan mungkin akan dimintai tolong untuk memantau tidur pasien.

Tes gangguan tidur lainnya yang dapat digunakan oleh dokter meliputi:

  • Studi tidur (polisomnogram): Ini adalah laboratorium tidur di mana pasien akan dipantau saat tidur. Gelombang otak, detak jantung, gerakan mata, dan pernapasan akan direkam saat tidur. Video akan merekam gerakan dan perilaku. Sementara beberapa studi tidur dapat dilakukan di rumah, studi di laboratorium akan direkomendasikan jika ada kekhawatiran terhadap parasomnia.
  • Video electroencephogram (EEG) atau EEG tidur: Tes ini membantu dokter melihat dan merekam aktivitas otak selama peristiwa otak.
  • Pemeriksaan neurologis, CT atau MRI scan: Untuk mendeteksi degenerasi otak atau kemungkinan penyebab neurologis lain dari gejala.

6. Pengobatan

Parasomnia: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi tidur (pexels.com/cottonbro)

Perawatan dimulai dengan mengidentifikasi dan mengobati masalah tidur lainnya dan masalah kesehatan lainnya serta meninjau obat yang dapat memicu parasomnia.

Strategi manajemen umum untuk gangguan tidur non-REM dan REM adalah:

  • Ikuti kebiasaan sleep hygiene yang baik (tidur 7-9 jam per malam, mematikan lampu, TV, dan perangkat elektronik lainnya, jaga suhu ruangan tetap sejuk, serta hindari kafein dan olahraga berat menjelang waktu tidur).
  • Pertahankan jadwal tidur-bangun yang teratur termasuk saat hari libur.
  • Batasi atau hindari alkohol atau narkoba.
  • Konsumsi semua obat yang diresepkan seperti instruksi dokter.

Perawatan lain untuk gangguan tidur non-REM:

  • Obat biasanya tidak diresepkan untuk parasomnia non-REM. Namun, ketika digunakan, benzodiazepin adalah obat pilihan untuk parasomnia yang berlangsung lama atau berpotensi berbahaya. Antidepresan trisiklik juga mungkin diberikan. Pendekatan psikologis (seperti hipnosis, terapi relaksasi atau terapi perilaku kognitif, psikoterapi) juga bisa dipertimbangkan.

Perawatan lain untuk gangguan tidur REM:

  • Clonazepam dan melatonin adalah obat yang biasa digunakan untuk mengatasi gangguan tidur REM.

Dokter akan akan mendiskusikan pilihan pengobatan terbaik untuk jenis parasomnia spesifik dengan mempertimbangkan riwayat kesehatan dan masalah medis pasien.

Selain itu, diskusikan juga dengan dokter apakah ada saran untuk keamanan pasien dengan parasomnia, seperti:

  • Simpan atau pindahkan benda-benda tajam atau berbahaya dari kamar tidur.
  • Amankan lampu meja.
  • Gunakan bantalan lantai untuk mencegah cedera akibat terjatuh.
  • Menutupi sisi tajam benda, seperti meja, dengan pad.
  • Gunakan botol atau gelas plastik untuk diletakkan di meja sebelah kasur.
  • Pasang alarm di jendela atau pintu untuk orang-orang yang punya gangguan sleepwalking.
  • Tidur di kasur yang berbeda jika orang dengan parasomnia menunjukkan perilaku agresif, seperti menendang atau memukul.

Bila tidak ditangani, parasomnia dapat menyulitkan pengidapnya untuk mendapatkan tidur yang berkualitas. Parasomnia juga dapat meningkatkan risiko kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kurang istirahat. 

Kabar baiknya, parasomnia dapat diobati. Jadi, apabila kamu mengalami gejala yang mengarah para kondisi parasomnia, sebaiknya buat janji temu dengan dokter spesialis tidur. Dokter akan membantu mencari tahun penyebab yang mendasari dan memberikan pengobatan terbaik untuk gejala yang dialami.

Baca Juga: 5 Gangguan Tidur Mengerikan yang Lebih Buruk daripada Insomnia

Lois Maria Andries Photo Verified Writer Lois Maria Andries

19

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya