3 Risiko Terbesar Penyebab Demensia

Kabar baiknya, faktor-faktor risiko ini bisa dimodifikasi

Intinya Sih...

  • Peneliti mengidentifikasi wilayah otak yang rentan terhadap penuaan dan demensia.
  • Studi menemukan tiga faktor risiko demensia yang paling merusak otak.
  • Faktor risiko dapat dimodifikasi untuk mencegah atau menunda timbulnya penyakit demensia.

Para peneliti telah mengidentifikasi dampak pada area otak yang paling rentan terhadap penuaan dan kondisi penyakit seperti penyakit Alzheimer.

Dipublikasikan dalam jurnal Nature Communications pada 27 Maret 2024, tim peneliti memindai otak dari sekitar 40.000 peserta UK Biobank dan menilai 161 faktor risiko demensia yang dapat dimodifikasi atau diubah.

Demensia sendiri adalah suatu kondisi neurologis yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif seperti memori, penalaran, dan berpikir. Tanda-tandanya dapat muncul sejak usia 45 tahun, tetapi sebagian besar didiagnosis pada orang berusia 85 tahun ke atas.

Baca Juga: Orang Dewasa yang Punya ADHD 2,7 Kali Lebih Mungkin Kena Demensia

Faktor utama penyebab demensia

3 Risiko Terbesar Penyebab Demensiailustrasi diabetes (pexels.com/Towfiqubarbhuiya)

Tim peneliti yang sama dari Universitas Oxford di Inggris sebelumnya mengidentifikasi jaringan wilayah otak yang rentan terhadap efek penuaan dan kondisi seperti skizofrenia dan penyakit Alzheimer.

Namun, masih belum diketahui apakah faktor risiko yang dapat dimodifikasi seperti pilihan gaya hidup, olahraga, dan pola makan dapat berdampak pada wilayah otak yang rentan dan pada akhirnya menyebabkan demensia.

Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah perubahan yang bisa kamu lakukan dalam kehidupan sehari-hari untuk mencegah atau menunda timbulnya suatu penyakit.

Menghindari atau membatasi faktor-faktor risiko ini sangat penting, terutama bagi orang kulit berwarna dan masyarakat berpenghasilan rendah, yang mempunyai kemungkinan lebih tinggi terkena demensia.

Dalam studi baru ini, tim peneliti mengklasifikasikan faktor risiko yang dapat dimodifikasi ke dalam 15 kategori besar:

  1. Tekanan darah.
  2. Kolesterol.
  3. Diabetes.
  4. Berat badan.
  5. Konsumsi alkohol.
  6. Merokok.
  7. Suasana hati yang depresi.
  8. Peradangan.
  9. Polusi.
  10. Pendengaran.
  11. Tidur.
  12. Sosialisasi.
  13. Diet.
  14. Aktivitas fisik.
  15. Pendidikan.

Menggunakan pemindaian otak dan data UK Biobank peserta, para peneliti menilai faktor risiko mana yang lebih berdampak pada wilayah otak tertentu dibandingkan proses penuaan yang normal.

Setelah menganalisis data, tim peneliti menemukan tiga faktor risiko demensia yang paling merusak area otak yang rentan, yakni:

  • Diabetes.
  • Nitrogen dioksida dari polusi udara terkait lalu lintas.
  • Frekuensi konsumsi alkohol.

Bisa dimodifikasi

Dalam siaran persnya, penulis utama, Profesor Gwenaëlle Douaud dari Departemen Ilmu Saraf Klinis di Universitas Oxford mengatakan, konstelasi wilayah otak mengalami kemunduran lebih awal seiring bertambahnya usia.

"Dalam studi baru ini, kami telah menunjukkan bahwa bagian-bagian tertentu di otak paling rentan terhadap diabetes, polusi udara yang berhubungan dengan lalu lintas—yang makin menjadi penyebab utama demensia—dan alkohol, dari semua faktor risiko umum untuk demensia," katanya.

Dari tiga faktor risiko utama demensia yang diidentifikasi para peneliti, dua di antaranya lebih mudah dimodifikasi. Misalnya, meskipun menghindari polusi lalu lintas mungkin sulit, masyarakat dapat mengambil langkah-langkah untuk mengurangi konsumsi alkohol.

Selain itu, individu yang berisiko mengalami diabetes dapat menerapkan strategi pencegahan, seperti menjaga berat badan ideal, berolahraga, dan mengonsumsi makanan sehat untuk membantu mengurangi risiko demensia.

Tips terhindar dari demensia

3 Risiko Terbesar Penyebab Demensiailustrasi otak manusia (pexels.com/Tara Winstead)

Ada beberapa langkah yang dapat kamu lakukan untuk meminimalkan risiko demensia, seperti:

  • Jaga pikiran tetap aktif: Aktivitas yang merangsang mental dapat menunda timbulnya demensia dan mengurangi dampaknya. Luangkan waktu untuk membaca, memecahkan teka-teki, dan bermain permainan kata.
  • Aktif secara fisik dan sosial: Aktivitas fisik dan interaksi sosial dapat menunda timbulnya demensia dan mengurangi gejalanya. Usahakan untuk berolahraga 150 menit dalam seminggu.
  • Berhenti merokok: Beberapa penelitian menunjukkan bahwa merokok pada usia paruh baya dan seterusnya dapat meningkatkan risiko demensia.
  • Dapatkan cukup vitamin. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang dengan kadar vitamin D yang rendah dalam darahnya lebih mungkin terkena penyakit Alzheimer dan bentuk demensia lainnya. Kamu bisa meningkatkan kadar vitamin D dengan makanan tertentu, suplemen, dan paparan sinar matahari.
  • Kelola faktor risiko kardiovaskular: Mengobati darah tinggi, kolesterol tinggi, dan diabetes.
  • Rawat kondisi kesehatan: Temui dokter untuk pengobatan depresi atau kecemasan.
  • Pertahankan pola makan yang sehat: Pola makan seperti diet Mediterania mungkin meningkatkan kesehatan dan menurunkan risiko demensia. Pola makan Mediterania kaya akan buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan asam lemak omega-3, yang umumnya ditemukan pada ikan dan kacang-kacangan tertentu. Pola makan ini juga meningkatkan kesehatan jantung, yang juga dapat membantu menurunkan risiko demensia.
  • Dapatkan tidur yang berkualitas: Berkonsultasilah dengan dokter jika memiliki masalah mendengkur keras atau mengalami periode henti napas atau terengah-engah saat tidur.
  • Mengatasi masalah pendengaran: Orang dengan gangguan pendengaran memiliki peluang lebih besar untuk mengalami masalah berpikir, yang dikenal sebagai penurunan kognitif. Perawatan dini terhadap gangguan pendengaran, seperti penggunaan alat bantu dengar, dapat membantu mengurangi risiko demensia.

Baca Juga: 10 Gejala Demensia Alzheimer yang Wajib Kamu Ketahui

Referensi

Nature Communications, 27 Maret 2024. The effects of genetic and modifiable risk factors on brain regions vulnerable to ageing and disease.
Healthnews, diakses pada April 2024. Study: Here Are the Three Biggest Risk Factors for Dementia.
Mayo Clinic, diakses pada April 2024. Dementia.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya