5 Gangguan Mental yang Bisa Diatasi dengan Terapi Perilaku Dialektika

Awalnya digunakan untuk pasien borderline personality disorder

Terapi perilaku dialektika atau dikenal dengan nama dialectic behavioral therapy (DBT) merupakan salah satu metode konseling yang kerap digunakan untuk mengobati pasien dengan borderline personality disorder (BPD). Ini merupakan gangguan psikologis serius yang memengaruhi cara berpikir dan perasaan kita terhadap orang lain.

Karakteristik utama dari DBT adalah pasien dibimbing oleh konselor untuk menerima kondisi atau keadaan diri sendiri sembari belajar untuk mengatasi emosi/kegalauan hati. Pasien juga diajak untuk belajar berkomunikasi yang sehat dengan sesama dan keluarga.

Meskipun pada awalnya DBT digunakan untuk mengobati pasien dengan BPD, metode terapi ini juga memiliki manfaat untuk penyakit kejiwaan yang lain. Berikut adalah informasi mengenai bagaimana DBT dapat membantu pasien untuk keluar dari kondisi gangguan mental mereka.

1. Bulimia nervosa

5 Gangguan Mental yang Bisa Diatasi dengan Terapi Perilaku Dialektikailustrasi anoreksia (pexels.com/SHVETS production)

Bulimia nervosa adalah salah satu jenis eating disorder di mana seseorang akan makan dalam porsi yang besar seperti lepas kendali, tapi memuntahkannya. Biasanya ini dilakukan untuk mencegah berat badan bertambah (binge-purge).

Orang yang mengidap bulimia nervosa akan menggunakan cara yang tidak sehat untuk mengeluarkan makanan dari perutnya. Misal minum obat laksatif, memasukkan jari ke dalam mulut, mengonsumsi suplemen penurun berat badan, dan berolahraga secara ekstrem. 

Sebuah laporan ilmiah yang terbit di Journal of Counseling and Development tahun 2014 menyebutkan terapi perilaku dialektika berpotensi efektif untuk mengurangi frekuensi episode gangguan makan seperti diet dan olahraga yang ekstrem untuk mencegah berat badan naik dan binge-purge. Sekadar informasi, DBT tidak dianjurkan untuk mereka yang memiliki anoreksia nervosa.

2. Post traumatic stress disorder (PTSD)

5 Gangguan Mental yang Bisa Diatasi dengan Terapi Perilaku Dialektikailustrasi trauma akibat kekerasan (pexels.com/RODNAE Productions)

Post traumatic stress disorder atau PTSD adalah penyakit kejiwaan yang terjadi pada seseorang yang mengalami trauma seperti bencana alam, kecelakaan, perang, dan kekerasan seksual. Pada umumnya pasien yang memiliki PTSD menerima terapi kognitif, namun terapi perilaku dialektika berpotensi untuk mengurangi gejala trauma khususnya pada pasien PTSD dengan trauma yang cukup signifikan.

Merujuk dari serial podcast di Psychotheraphy Academy dengan Dr. Martin Bohus, uji acak terkendali yang dilakukan oleh dokter tersebut dengan timnya di tahun 2013 mendapati bahwa pasien perempuan yang memiliki PTSD dan trauma kekerasan saat kecil menunjukkan response rate 40 persen setelah mengikuti sesi DBT-PTSD dibandingkan dengan kelompok kontrol yang hanya 3 persen. Kelompok kontrol adalah mereka yang tidak menerima terapi DBT. 

Baca Juga: Terapi Bioenergi: Definisi, Cara Melakukan, dan Manfaatnya

3. Kecanduan alkohol dan penggunaan obat terlarang

5 Gangguan Mental yang Bisa Diatasi dengan Terapi Perilaku Dialektikailustrasi seseorang merasa pusing setelah minum alkohol (unsplash.com/Zachary Kadolph)

DBT juga dapat digunakan untuk menangani pasien yang memiliki ketergantungan terhadap minuman beralkohol dan obat terlarang atau narkotika. Pelaksanaan DBT umumnya digunakan bersamaan dengan metode pengobatan yang lain contohnya seperti partisipasi di grup konseling. 

Pada sesi DBT, konselor akan mendorong pasien untuk setuju berhenti mengonsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang dan benar-benar melakukannya. Konselor juga sekaligus mendorong mereka untuk berubah menjadi individu yang lebih baik.

Dirangkum dari laman American Addiction Centers, DBT berpotensi untuk mengobati pasien yang mempunyai ketergantungan terhadap obat terlarang dan penyakit komorbid lainnya. DBT juga dapat digunakan untuk pasien yang tidak menunjukkan respons terhadap metode terapi lain yang umumnya digunakan untuk mengobati ketergantungan terhadap alkohol dan obat-obatan.

4. Depresi

5 Gangguan Mental yang Bisa Diatasi dengan Terapi Perilaku Dialektikailustrasi perempuan murung (pixabay.com/xusenru)

Sebuah studi yang dilakukan oleh Departement of Psychology Science and Research Branch, Islamic Azad University di Tehran, Iran tahun 2011 mendapati bahwa metode yang diajarkan di DBT dapat mengurangi perilaku atau gejala depresi pada pasien. Metode tersebut mengajari pasien untuk bersikap fleksibel.

Pasien juga dibimbing untuk dapat mengambil solusi terbaik dari situasi yang kurang menyenangkan. Hasil dari penerapan metode-metode di DBT tersebut membantu mereka untuk tidak berpikir negatif.

Selain dapat mengurangi gejala depresi, DBT mempertinggi tingkat kepatuhan pasien dalam mengikuti terapi. Dikutip dari jurnal Borderline Personality Disorder and Emotion Dysregulation tahun 2017, pasien yang mengikuti sesi DBT dan secara khusus mempelajari metode DBT seperti regulasi emosi dan mindfulness menunjukkan tingkat drop out yang rendah. Hal ini menandakan bahwa mereka mengikuti sesi terapi secara rutin sesuai dengan anjuran.

5. Percobaan bunuh diri

5 Gangguan Mental yang Bisa Diatasi dengan Terapi Perilaku Dialektikailustrasi overdosis (pixabay.com/clarkdonald413)

DBT dapat digunakan untuk membantu pasien yang memiliki riwayat melukai diri sendiri, pernah mencoba untuk bunuh diri, dan berpikir untuk bunuh diri. Dilansir dari Behavioral Tech, DBT secara langsung membahas faktor apa yang memicu pasien tersebut untuk melakukan bunuh diri. Konselor juga akan menggunakan Linehan Risk Assessment and Management Protocol (LRAMP) untuk mengetahui seberapa besar risiko pasien tersebut untuk melakukan bunuh diri. 

Seperti yang sudah dijelaskan di poin-poin sebelumnya, DBT mengajarkan kepada pasien cara untuk menangani emosi, berdamai dengan diri sendiri, berkomunikasi yang sehat kepada sesama, dan mencari solusi terbaik dari situasi yang tidak menyenangkan. Teknik atau cara-cara ini diharapkan dapat mengurangi atau menghilangkan pemikiran untuk melakukan aksi bunuh diri. 

DBT yang awalnya digunakan untuk menangani borderline personality disorder (BPD) ternyata dapat digunakan untuk gangguan mental lain. Apabila orang terdekatmu atau diri sendiri yang mengalami salah satu dari lima kondisi di atas, segera konsultasi dengan psikolog. Namun, bila belum pernah berkonsultasi dengan psikolog tetapi mempunyai masalah seperti depresi dan trauma sebaiknya segera ke klinik untuk meminta bantuan dari profesional.  

Baca Juga: 10 Istilah Psikologis yang Sering Keliru Dimaknai oleh Publik

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya