5 Jenis Intervensi Psikososial untuk Menangani Skizofrenia

Contohnya adalah terapi kognitif dan keterampilan sosial

Skizofrenia adalah gangguan kejiwaan yang mengakibatkan seseorang mengalami halusinasi, delusi, gangguan pada komunikasi. Para penderitanya bisa mengutarakan kalimat yang tidak dapat dipahami oleh orang lain dan menunjukkan perilaku yang tidak wajar. Akibat dari gangguan-gangguan ini adalah orang tersebut kesulitan bisa beraktivitas di lingkungan.

Selain mengonsumsi obat antipsikotik (antipsychotic medication), seseorang yang memiliki skizofrenia juga perlu untuk mengikuti intervensi psikososial. Dilansir jurnal Neuropsychiatric Disease and Treatment tahun 2013, intervensi psikosial dapat mengurangi gejala, mencegah gejala kambuh (relapse), dan meningkatkan kepatuhan pasien di dalam mengikuti terapi pengobatan.

Apa sajakah jenis intervensi psikososial yang kerap digunakan oleh dokter untuk mengobati penderita skizofrenia? Simak penjabarannya di bawah ini!

1.  Terapi kognitif

5 Jenis Intervensi Psikososial untuk Menangani Skizofreniailustrasi sesi konseling dengan psikolog (pexels.com/cottonbro)

Terapi kognitif perilaku atau dikenal dengan istilah CBT adalah metode yang mengajari pasien untuk memodifikasi pemikiran dan/atau perilaku yang mengarah kepada perasaan serta perilaku negatif. Dengan CBT, pasien diharapkan dapat mengubah pemikiran buruk dan reaksi yang ekstrem saat dihadapkan dengan situasi tertentu.

Dirangkum dari laman New York University Langone Health, sesi CBT untuk penderita skizofrenia dilangsungkan sekali dalam seminggu dalam kurun waktu 12 hingga 16 minggu. Sesi dibimbing oleh psikiater atau psikolog yang sudah berpengalaman di bidang CBT.

Selama sesi, pasien diajak untuk mengidentifikasi pemikiran negatif dan mengevaluasi apakah pemikiran tersebut valid atau tidak. Pasien juga dibimbing untuk membentuk respons yang positif bila dihadapkan dengan situasi yang mengarah kepada pemikiran negatif. Lebih lanjut, pasien skizofrenia yang mengikuti sesi CBT juga akan belajar cara memonitor emosi diri (self-monitoring).

Seperti yang dijelaskan di laman Society of Clinical Psychology Division 12 American Psychological Association, tujuan akhir sesi CBT bukan untuk menyembuhkan, melainkan untuk meningkatkan kemampuan pasien dalam mengatasi gejala secara mandiri. Mereka juga akan dilatih untuk mengurangi rasa stres dan frustrasi yang dialaminya.

2. Program psikoedukasi

5 Jenis Intervensi Psikososial untuk Menangani Skizofreniailustrasi sesi psikoedukasi antara konselor dengan pasien (pexels.com/mentatdgt)

Program psikoedukasi dalam konteks ini adalah pemberian informasi mengenai kondisi skizofrenia kepada pasien. Ini meliputi pengetahuan tentang gejala, penyebab, obat-obatan, dan jenis terapi yang perlu diikuti secara rutin. Program ini dapat dilakukan dalam bentuk grup maupun perorangan.

Merangkum dari sebuah laporan berjudul "Psychoeducation for Schizophrenia (Review)" yang terbit di Cochrane Database of Systemic Reviews tahun 2011, psikoedukasi berpotensi tinggi untuk mengurangi munculnya  gejala-gejala skizofrenia (relapse). Upaya ini juga bisa mengurangi durasi rawat inap di rumah sakit dan meningkatkan kepatuhan pasien dalam mengonsumsi obat dari dokter.

Baca Juga: Bisakah Penderita Skizofrenia Bebas Minum Obat Selamanya?

3. Intervensi keluarga (family intervention)

5 Jenis Intervensi Psikososial untuk Menangani Skizofreniailustrasi sesi intervensi keluarga (pexels.com/Antoni Shkaraba)

Pengobatan skizofrenia tidak hanya difokuskan kepada pasien saja, tetapi juga keluarganya. Hal ini disebabkan tidak sedikit dari mereka yang mempunyai kondisi skizofrenia tinggal bersama dengan keluarga.

Intervensi keluarga berpotensi untuk mencegah risiko kambuhnya gejala dan meningkatkan global functioning pada diri pasien. Global functioning adalah skala numerik yang digunakan oleh dokter untuk mengukur fungsi sosial, kesehatan mental, dan pekerjaan seseorang.

Komponen atau tata pelaksanaan intervensi keluarga untuk pasien skizofrenia berupa psikoedukasi, pemecahan masalah, emotional processing, manajemen stres, dan komunikasi. Intervensi keluarga dapat dilakukan di klinik atau di rumah. Upaya ini juga dapat dilakukan secara private, yaitu hanya dengan keluarga dari pasien yang bersangkutan, atau dalam bentuk grup (dengan anggota keluarga dari pasien yang lain).

Lisa Dixon, seorang profesor psikiatri di Columbia University Medical Center melalui wawancaranya dengan Psychiatric News menjelaskan intervensi keluarga dapat dimulai dengan meminta pasien menentukan anggota keluarga yang terlibat. Ia juga menganjurkan konselor untuk meminta pendapat pasien mengenai upaya apa yang bisa membantu mereka dan apa yang kurang bermanfaat baginya dalam menghadapi skizofrenia. 

4. Keterampilan sosial (social skill)

5 Jenis Intervensi Psikososial untuk Menangani Skizofreniailustrasi sesi grup keterampilan sosial (pexels.com/Tima Miroshnichenko)

Laman National Alliance on Mental Illness (NAMI) menyebutkan gejala skizofrenia umumnya muncul saat usia remaja hingga 20 tahunan. Mereka yang mempunyai kondisi ini mengalami kesulitan untuk berpikir secara jernih, mengatur emosi, dan berhubungan dengan orang sekitar. Faktor-faktor ini membuatnya kesulitan beradaptasi di lingkungan.

Keterampilan sosial dianjurkan untuk diikuti oleh pasien skizofrenia dengan harapan agar mereka mempunyai kemampuan untuk mengatasi beberapa hal. Di antaranya, situasi yang membuatnya stres, meningkatkan kualitas hidup, serta berkomunikasi secara verbal dan nonverbal.

Sebuah artikel berjudul "Social Skills Training for Negative Symptoms of Schizophrenia" di Schizophrenia Bulletin tahun 2018 menambahkan keterampilan sosial berpotensi membawa dampak positif dalam mengurangi gejala sindrom negatif pada pasien. Gejala sindrom negatif meliputi kesulitan mengekspresikan diri, tidak tertarik untuk melakukan aktivitas, tidak bisa mengikuti atau menyelesaikan aktivitas hingga tuntas, dan menjaga hubungan sosial.

5. Supported employment

5 Jenis Intervensi Psikososial untuk Menangani Skizofreniailustrasi seseorang selesai menandatangani kontrak kerja (pexels.com/ Sora Shimazaki)

Jenis intervensi psikososial terakhir yang digunakan untuk menangani pasien skizofrenia adalah supported employment (SE) program. Dilansir Society of Clinical Psychology Division 12 American Psychological Association, dukungan kerja ini merupakan bagian dari layanan kesehatan mental di mana pasien ditempatkan di tempat kerja yang sesuai dengan kemampuannya dengan bimbingan konselor.

Melalui program ini, pasien diharapkan dapat memiliki rasa percaya diri yang tinggi dan dapat hidup secara mandiri. Disebutkan di dalam artikel berjudul "Employment and Schizophrenia: Three Innovative Research Approaches" di Schizophrenia Bulletin tahun 2018, mempunyai pekerjaan menjadi tujuan yang realistis bagi penderita skizofrenia dan penyakit kejiwaan yang lain. Tidak hanya itu, SE merupakan metode intervensi yang efektif bagi psikiatri dan rehabilitasi vokal untuk memperoleh hasil diharapkan.

Dapat disimpulkan bahwa kelima intervensi ini berkaitan satu dengan yang lain. Tujuan akhirnya adalah menjadikan pasien skizofrenia sebagai individu yang mandiri, dapat hidup secara layak, dan bisa beradaptasi di lingkungan.

Baca Juga: 6 Mitos dan Fakta mengenai Skizofrenia, Jangan Sampai Keliru!

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya