Pria Rentan Mengalami 5 Gangguan Mental Ini, Waspada!

Contohnya yaitu skizofrenia dan gangguan bipolar

Sekitar 1 dari 4 orang di seluruh dunia akan mengembangkan penyakit mental pada beberapa titik dalam hidup mereka. Perempuan terkena dampak pada tingkat yang lebih tinggi daripada laki-laki, dengan 1 dari 5 perempuan mengalami penyakit mental yang lazim (misalnya kecemasan dan depresi) dibandingkan hanya 1 dari 8 pada pria, mengutip Psychiatric Times.

Walaupun statistik menyebut bahwa perempuan lebih berisiko, tetapi laki-laki juga tetap dapat mengembangkan kondisi mental sehingga harus diwaspadai. Bahkan, bukan tidak mungkin pria tidak tahu dirinya memiliki masalah kejiwaan yang memerlukan pertolongan medis.

Penyebab perempuan lebih banyak didiagnosis gangguan mental, seperti yang disebutkan dalam jurnal Frontiers in Public Health tahun 2021, adalah karena mereka lebih sering melaporkan masalah kejiwaan yang dialami daripada laki-laki.

Lewat artikel ini, kamu akan mengetahui apa saja gangguan mental yang rentan dialami oleh pria.

1. Skizofrenia

Pria Rentan Mengalami 5 Gangguan Mental Ini, Waspada!ilustrasi gejala kehilangan semangat pada penderita Skizofrenia (pexels.com/Andrew Neel)

Gejala skizofrenia mulai tampak pada laki-laki saat orang tersebut berusia 18–25 tahun dan biasanya gejala lebih cepat muncul dibanding perempuan. Dilansir PsychCentral, penyebab gejala skizofrenia pada perempuan lebih lambat dibanding laki-laki adalah karena tingginya hormon estrogen.

Sebuah laporan dalam jurnal Schizophrenia Research and Treatment tahun 2012 menjelaskan bahwa pria dengan skizofrenia mengalami gejala negatif yang berat menunjukkan disorganisasi dan berisiko untuk menyalahgunakan zat, khususnya ganja. Gejala negatif yang kerap muncul pada laki-laki antara lain tidak bisa mengekspresikan diri, tidak semangat, dan kurang interaksi dengan sesama.

2. Penyalahgunaan zat

Pria Rentan Mengalami 5 Gangguan Mental Ini, Waspada!ilustrasi ganja (unsplash.com/ Kilian Seiler)

Mengutip laman The PEW Charitable Trusts, trauma menjadi faktor risiko utama yang memicu seseorang untuk menyalahgunakan zat, kemudian gangguan stres pascatrauma (PTSD) bisa komorbid dengan penyalahgunaan zat.

Tingkat bunuh diri pada laki-laki empat kali lebih besar dibanding perempuan terkait dengan penyalahgunaan zat. Pada tahun 2014, sebanyak 40 persen dari mereka yang melakukan tindakan bunuh diri menggunakan minuman beralkohol, sebanyak 30 persen menggunakan opioid, dan 21 persen menggunakan ganja.

Baca Juga: Faktor Keagamaan dalam Gangguan Mental, Bagaimana Kaitannya?

3. PTSD

Pria Rentan Mengalami 5 Gangguan Mental Ini, Waspada!ilustrasi seorang pria yang merasa tertekan akibat dari PTSD (pexels.com/Alex Green)

Merujuk PsychCentral, gejala PTSD pada laki-laki sedikit berbeda dari gejala PTSD pada perempuan. Laki-laki yang mengalami PTSD mempunyai riwayat pekerjaan yang sangat berisiko dan/atau pernah berperang. Gejala yang dialami oleh laki-laki juga tercatat muncul belakangan.

Karakteristik utama dari PTSD adalah penderitanya mengalami kilas balik atau flashback dan ini terjadi secara tiba-tiba. Akibatnya, penderita PTSD berusaha untuk menjauhi aktivitas atau hal-hal yang akan mengingatkan mereka akan peristiwa traumatis yang dialaminya.

Dilansir Psychiatric Times, pria dengan PTSD lebih cepat marah dan sulit untuk mengendalikan emosi. Mereka menganggap gejala yang dialami adalah sebuah masalah yang harus atau mampu diselesaikan sendiri. Faktor inilah yang menyebabkan gejala PTSD pada pria sering kali tidak terdeteksi.

Gejala PTSD yang tidak mendapat penanganan perlahan bisa memburuk. Akibatnya, orang dengan gejala tersebut berisiko mengonsumsi obat-obatan terlarang dan minum minuman keras.

4. Gangguan obsesif kompulsif

Pria Rentan Mengalami 5 Gangguan Mental Ini, Waspada!ilustrasi salah satu gejala kompulsif pada penderita OCD (pixabay.com/Couleur)

Tidak jauh berbeda dari kondisi skizofrenia, laki-laki juga lebih cepat menunjukkan gejala gangguan obsesif kompulsif (OCD) dibanding perempuan. Dilansir Men's Health, laki-laki cenderung menyangkal dirinya mengalami kesulitan dibanding perempuan.

Dilansir Verywell Mind, orang yang menunjukkan gejala OCD lebih cepat atau dikenal dengan istilah early-onset berisiko tinggi untuk mengalami gejala OCD yang lebih berat dibanding orang-orang yang gejala OCD-nya baru muncul di atas usia 10 tahun. 

Contoh gejala OCD di antaranya mencuci tangan berulang kali karena takut dirinya terkontaminasi kuman penyakit. 

Mereka yang mengalami early-onset OCD juga berisiko untuk mengembangkan tics disorder.

5. Gangguan bipolar

Pria Rentan Mengalami 5 Gangguan Mental Ini, Waspada!ilustrasi gejala depresi pada gangguan bipolar (unsplash.com/Nick Shuliahin)

Dilansir dari Psycom, stereotip gender menyebabkan gejala mania pada pria sulit untuk dideteksi. Ini karena pria yang menunjukkan sikap terlalu percaya diri dinilai oleh masyarakat sebagai sesuatu yang wajar, tetapi tidak untuk perempuan.

Perilaku mania yang berkaitan dengan gangguan bipolar pada pria antara lain seperti:

  • Tidak bisa tidur.
  • Hiperaktif.
  • Suka melakukan tindakan yang bahaya dan berisiko tinggi.

Pria yang mengalami gangguan bipolar berpeluang tinggi untuk menyalahgunakan zat, memiliki OCD, dan mengalami gangguan kecemasan.

Dari informasi yang dipaparkan di atas, bisa ditarik kesimpulan bahwa gangguan mental pada pria sering kali tidak terdeteksi. Keterlambatan dalam intervensi dapat mengakibatkan orang dengan gangguan mental melakukan tindakan yang berbahaya, misalnya seperti melukai diri, menyalahgunakan zat, dan minum minuman beralkohol.

Pencegahan yang dapat dilakukan adalah dengan meminta bantuan dari psikolog atau psikiater apabila kamu atau orang yang kamu kenal mengalami masalah mental, agar kondisi tersebut segera mendapat penanganan yang tepat. Selain itu, tunjukkan empati kepada orang dengan gangguan mental dan beri bantuan jika memungkinkan.

Baca Juga: Studi: Pasien COVID-19 Lebih Berisiko Kena Gangguan Mental

Maria  Sutrisno Photo Verified Writer Maria Sutrisno

"Less is More" Ludwig Mies Van der Rohe.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya