Diabetes Gestasional: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Dialami 1,9 sampai 3,6 persen wanita hamil di Indonesia

Seperti halnya diabetes mellitus, diabetes gestasional merupakan gangguan toleransi glukosa atau gula darah yang menyebabkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Namun, diabetes gestasional muncul saat kehamilan walau sebelumnya ibu tidak menderita diabetes. Kondisi ini terjadi akibat perubahan fisiologis pada ibu hamil.

Setiap ibu hamil berisiko mengalami diabetes gestasional. Namun risiko meningkat pada wanita yang mengalami kegemukan sebelum dan saat hamil. Menurut keterangan Perkumpulan Kedokteran Endokrinologi Indonesia (PERKENI), sebanyak 1,9 sampai 3,6 persen ibu hamil di Indonesia mengalami diabetes gestasional.

Lantas, apakah diabetes gestasional berbahaya? Bagaimana dampaknya terhadap janin? Untuk mengetahui jawabannya, simak sampai tuntas, ya!

1. Penyebab

Diabetes Gestasional: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi wanita hamil (unsplash.com/Ryan Franco)

Diabetes gestasional biasanya terjadi pada trimester kedua, lebih tepatnya pada minggu ke-24 dan ke-28 kehamilan. Dilansir Healthline, perubahan hormon yang terjadi selama hamil, salah satunya ialah peningkatan hormon placental lactogen (hPl) yang dapat memicu resistansi insulin. 

Insulin diketahui merupakan hormon yang bertanggung jawab dalam metabolisme glukosa di sel. Insulin membantu glukosa untuk masuk ke dalam sel. Namun, saat tubuh mengalami resistansi insulin, sel tidak bisa meresponsnya sebagaimana mestinya.

Dalam kondisi normal, ini bertujuan agar bayi mendapat glukosa dari tubuh ibu. Namun pada resistansi insulin berat, tubuh ibu tidak bisa melakukan metabolisme glukosa sehingga kadar glukosa tetap tinggi dalam darah.

2. Faktor risiko 

Diabetes Gestasional: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi wanita hamil (pexels.com/SHVETS Production)

Telah disebutkan sebelumnya bahwa risiko diabetes gestasional meningkat pada ibu hamil yang mengalami kegemukan (overweight) atau obesitas. Dikutip dari Mayo Clinic, berikut ini faktor risiko diabetes gestasional lainnya pada ibu hamil.

  • Kurang beraktivitas fisik
  • Memiliki riwayat diabetes gestasional pada kehamilan sebelumnya
  • Memiliki riwayat diabetes dalam keluarga
  • Memiliki riwayat melahirkan anak dengan berat badan lahir melebihi 4,1 kilogram
  • Menderita polycystic ovary syndrome (PCOS)
  • Ras. Wanita berkulit hitam, wanita hispanik, wanita berdarah Amerika-India, dan Amerika-Asia memiliki risiko lebih besar mengalami diabetes gestasional

3. Gejala

Diabetes Gestasional: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi mengukur gula darah (pexels.com/Artem Podrez)

Seperti diabetes mellitus, ibu hamil yang menderita diabetes gestasional biasanya mengalami beberapa keluhan berikut ini:

  • Polifagia (mudah lapar)
  • Polidipsia (mudah haus)
  • Poliuria (sering buang air kecil)
  • Mudah lelah
  • Berat badan menurun
  • Mata berkunang-kunang
  • Mual berlebihan
  • Luka sulit sembuh
  • Sering kesemutan 

Baca Juga: Kelebihan Berat Badan dan Obesitas Tingkatkan Risiko Diabetes

4. Diagnosis 

Diabetes Gestasional: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi tes darah (unsplash.com/Nguyen Hiep)

Ketidakmampuan insulin dalam meregulasi gula darah mengakibatkan peningkatan kadar glukosa dalam darah. Karenanya, salah satu indikator diabetes gestasional ialah kadar gula darah yang tinggi. Biasanya dokter akan menyarankan skrining gula darah pada semua wanita hamil di minggu ke-24 dan ke-28 kehamilan.

  • Pemeriksaan gula darah puasa. Tes ini bertujuan untuk mengetahui kadar gula darah saat tubuh tidak mengonsumsi apa pun. Sebelum melakukan pemeriksaan ini, pastikan untuk berpuasa setidaknya 8 jam. Namun ibu diperbolehkan minum air mineral. Menurut keterangan Asosiasi Dokter Kandungan Amerika, diagnosis diabetes gestasional ditegakkan bila kadar gula darah puasa mencapai 126 mg/dL.
  • Pemeriksaan gula darah 2 jam post-prandial. Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengukur kadar gula darah 2 jam setelah makan. Ibu akan diminta untuk meminum larutan glukosa anhidrosa 75 gram. Kemudian sampel darah diambil setelah 2 jam. Kadar gula darah 2 jam post-prandial pada ibu hamil yang menderita diabetes gestasional ialah 200 mg/dL.

5. Komplikasi akibat diabetes gestasional

Diabetes Gestasional: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi ibu melahirkan (pexels.com/Jozemara Friorili Lemes)

Tingginya glukosa dalam darah bisa menyebabkan berbagai komplikasi pada ibu dan anak. Bahkan jika tidak ditangani dengan tepat, diabetes gestasional dapat mengakibatkan kematian pada ibu. Dilansir Mayo Clinic, berikut ini komplikasi diabetes gestasional pada ibu dan anak.

  • Preeklamsia atau tekanan darah tinggi. Kondisi ini meningkatkan risiko pendarahan saat persalinan. Hingga saat ini, preeklamsia menjadi penyebab kematian ibu paling banyak di Indonesia.
  • Berat badan lahir melebihi normal. Peningkatan glukosa pada tubuh ibu bisa menyebabkan kegemukan pada janin bahkan dalam kandungan. Dengan demikian, ibu perlu menjalani operasi sesar saat melahirkan.
  • Meningkatkan risiko penyakit kronis pada anak. Kegemukan dan obesitas yang dialami anak bisa memicu perkembangan berbagai penyakit seperti diabetes mellitus, hipertensi, penyakit jantung, dan stroke saat anak beranjak dewasa.
  • Berisiko mengalami hipoglikemia. Berlawanan dengan hiperglikemia, hipoglikemia merupakan kondisi rendahnya kadar gula darah. Ketika lahir, anak dengan hipoglikemia berisiko mengalami kejang.
  • Kesulitan bernapas. Anak dari ibu yang menderita diabetes gestasional biasanya mengidap acute respiratory distress syndrome (ARDS) yang membuatnya kesulitan bernapas. 
  • Melahirkan prematur. Tingginya gula darah pada ibu hamil dapat meningkatkan risiko kelahiran prematur.

6. Pencegahan dan pengobatan 

Diabetes Gestasional: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi wanita hamil (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Penanganan diabetes gestasional bergantung pada fluktuasi kadar glukosa ibu hamil. Pada kasus ringan, dokter hanya menganjurkan perubahan gaya hidup dengan mengadaptasi pola makan seimbang dan olahraga rutin. Namun pada kasus yang berat, terapi injeksi insulin dan metformin mungkin dibutuhkan.

Guna mengurangi risiko diabetes gestasional, berikut ini hal yang bisa dilakukan.

  1. Pola makan sehat. Seperti wanita pada umumnya, ibu hamil dianjurkan mengonsumsi makanan bergizi seimbang yang berasal dari sumber makanan sehat dan beragam. Namun untuk memenuhi kebutuhan beberapa nutrisi mikro, ibu hamil dianjurkan untuk mengonsumsi suplemen multivitamin dan multimineral.
  2. Berolahraga. Meski sedang hamil, aktivitas fisik tetap perlu dilakukan. Namun sesuaikan intensitas dan durasi olahraga dengan kondisi kehamilan. Pada kehamilan normal, cobalah berolahraga dengan intensitas sedang setidaknya 30 menit dalam sehari. 
  3. Memulai kehamilan dengan berat badan normal. Selain bertujuan mengurangi risiko diabetes gestasional, ini juga mencegah stunting atau kondisi kekerdilan serta komplikasi lainnya pada janin.
  4. Menambah berat badan hamil sesuai rekomendasi. Saat hamil, ibu memerlukan tambahan energi, protein, lemak, karbohidrat, folat, zat besi, dan zinc. Ini bertujuan untuk mendukung tumbuh kembang janin. Jumlah penambahan berat badan bergantung pada indeks massa tubuh ibu sebelum atau di awal kehamilan. 

Memiliki kehamilan yang sehat merupakan harapan setiap ibu hamil. Karenanya, ibu hamil dianjurkan menjaga kesehatan agar kehamilannya tetap optimal. Namun, adaptasi pola hidup sehat sebelum kehamilan dapat dilakukan guna mengurangi risiko komplikasi saat hamil. Bagaimanapun, mencegah lebih baik daripada mengobati, kan?

Baca Juga: 5 Cara Mengatasi Edema Selama Kehamilan, Bumil Sudah Tahu?

Nadhifa Aulia Arnesya Photo Verified Writer Nadhifa Aulia Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya