Preeklamsia: Penyebab, Diagnosis, Komplikasi, hingga Pencegahan

Merupakan penyebab kematian ibu dan anak paling banyak

Demi memiliki kandungan yang sehat, terdapat banyak hal yang perlu diperhatikan. Mulai dari memenuhi asupan nutrisi bahkan hingga pemeriksaan kehamilan secara rutin. Ini dilakukan untuk mencegah komplikasi kehamilan yang bisa mengancam kesehatan ibu dan janin.

Salah satu bentuk komplikasi yang bisa dijumpai pada ibu hamil ialah preeklamsia. Berdasarkan hasil Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) pada 2017, angka kejadian preeklamsia di Indonesia berkisar antara 3 sampai 15 persen. Ini menjadikan preeklamsia sebagai gangguan kehamilan terbanyak di Indonesia.

Untuk mencegahnya, yuk, pahami deretan fakta mengenai preeklamsia yang perlu diwaspadai berikut ini. Simak penjelasannya sampai habis ya!

1. Pengertian dan penyebab

Preeklamsia: Penyebab, Diagnosis, Komplikasi, hingga Pencegahanilustrasi wanita hamil (pexels.com/SHVETS Production)

Preeklamsia merupakan komplikasi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi pada ibu. Kondisi ini biasa dimulai sejak minggu ke-20 kehamilan, atau saat trimester 2. Faktanya, preeklamsia bisa terjadi bahkan jika ibu tidak memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.

Dilansir Mayoclinic, preeklamsia diperkirakan terjadi akibat perkembangan plasenta yang abnormal. Saat hamil, tubuh ibu akan membuat jalur pembuluh darah baru menuju plasenta agar janin mendapatkan suplai oksigen dan nutrisi yang cukup.

Sayangnya pada kondisi preeklamsia, pembuluh darah baru ini gagal berkembang dan tak mampu berfungsi secara optimal. Ini bisa terlihat dari pembuluh darahnya yang lebih kecil daripada pembuluh darah biasa. Dengan demikian, sel-sel darah semakin sulit mengalir di dalamnya.

2. Faktor risiko

Preeklamsia: Penyebab, Diagnosis, Komplikasi, hingga Pencegahanilustrasi wanita hamil (unsplash.com/Ryan Franco)

Meski penyebab pasti preeklamsia masih didalami para ahli, namun terdapat berbagai faktor risiko yang dipercaya sebagai aktor di balik perkembangan penyakit komplikasi ini. Menurut keterangan National Health Service, berikut ini beberapa hal yang bisa meningkatkan risiko preeklamsia pada ibu hamil:

  • Memiliki riwayat diabetes, penyakit ginjal, atau hipertensi sebelum hamil
  • Menderita penyakit autoimun, seperti lupus atau sindroma antifosfolipid
  • Pernah mengalami preeklamsia di kehamilan sebelumnya atau memiliki riwayat preeklamsia dalam keluarga

Selain tiga faktor di atas, terdapat pula beberapa kondisi yang berisiko menyebabkan preeklamsia pada ibu. Berikut di antaranya:

  • Berusia di atas 40 tahun
  • Jarak kehamilan melebihi 10 tahun
  • Hamil anak kembar
  • Memiliki status gizi obesitas yang ditandai dengan nilai indeks massa tubuh melebihi 35 kg/m2

Baca Juga: 6 Kandungan Makanan Ini Bikin Cepat Hamil, Rata-rata dalam 1 Bulan

3. Gejala dan diagnosis

Preeklamsia: Penyebab, Diagnosis, Komplikasi, hingga Pencegahanilustrasi orang mengukur tekanan darah (pexels.com/Thirdman)

Pada kondisi umum, seseorang dikatakan hipertensi jika tekanan darahnya melebihi 120/80 mmHg. Namun pada ibu hamil, didiagnosis preeklamsia jika hasil pengukuran tekanan sistolnya melebihi 140 mm/Hg dan tekanan diastolnya melebihi 90 mm/Hg. Penegakan diagnosis preeklamsia juga bisa dilakukan jika molekul protein ditemukan dalam urin. 

Seperti hipertensi pada umumnya, ibu hamil biasanya tak merasakan gejala apa pun. Namun di beberapa kasus, penderita mengalami kondisi-kondisi tertentu, seperti sakit kepala berat, gangguan penglihatan (menjadi lebih blur), merasa sakit di bawah tulang rusuk, muntah-muntah, serta mengalami pembengkakan di kaki.

4. Komplikasi

Preeklamsia: Penyebab, Diagnosis, Komplikasi, hingga Pencegahanilustrasi ibu hamil dirawat di rumah sakit (freepik.com/DCStudio)

Saat preeklamsia terjadi, aliran darah menuju plasenta berkurang signifikan akibat pembuluh darah yang gagal berkembang. Padahal darah memegang peran vital lantaran bertugas mengangkut oksigen dan sari-sari makanan yang dibutuhkan janin untuk berkembang. Jika janin tak mendapat nutrisi yang cukup, maka proses tumbuh kembangnya bisa terhambat.

Dilansir Mayoclinic, berikut ini komplikasi kehamilan akibat preeklamsia:

  • Berat badan bayi lahir rendah (BBLR);
  • Kelahiran prematur;
  • Eklamsia. Ini terjadi jika preeklamsia tidak tertangani dengan baik. Eklamsia merupakan kondisi kehamilan yang ditandai dengan tekanan darah tinggi dan kejang. Kondisi ini lebih membahayakan ibu dan janin;
  • Sindroma HELLP. Ini merupakan gangguan organ hati selama kehamilan yang ditandai dengan hemolisis, peningkatan enzim liver, dan penurunan jumlah trombosit;
  • Kerusakan organ lain, seperti ginjal, paru-paru, jantung, atau mata. Pada kondisi yang lebih parah, preeklamsia berisiko menyebabkan penyakit jantung dan pembuluh darah, seperti stroke.

5. Pengobatan dan pencegahan

Preeklamsia: Penyebab, Diagnosis, Komplikasi, hingga Pencegahanilustrasi ibu hamil berkonsultasi dengan dokter (pexels.com/Mart Production)

Satu-satunya penanganan preeklamsia ialah dengan segera melakukan persalinan. Setelah didiagnosis preeklamsia, ibu akan dirujuk menjalani perawatan inap di rumah sakit agar bisa dimonitor dengan ketat.

Terdapat beberapa indikator yang diperhatikan, yakni tekanan darah, uji darah lengkap, tes urine, pemeriksaan USG, dan prosedur lain seperti kardiotokografi untuk melihat perkembangan janin. Selain itu, ibu juga akan diberikan obat untuk menurunkan tekanan darah sebelum melahirkan.

Meski begitu, ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegah preeklamsia. Salah satunya ialah melalui pengaturan pola hidup sehat. Penuhi kebutuhan nutrisi harian agar bisa mencapai kenaikan berat badan sesuai rekomendasi. Bagi ibu yang mengalami obesitas bisa mengurangi asupan energi sesuai anjuran dokter.

Demikian fakta mengenai preeklamsia yang harus dipahami oleh bumil. Demi kesehatan ibu dan janin, lakukanlah pemeriksaan kehamilan secara rutin agar mendeteksi gangguan sejak dini. Dengan demikian, penanganannya bisa dilakukan lebih awal sehingga bisa mencegah komplikasi yang berat. 

Baca Juga: Pentingnya Deteksi Dini Preeklamsia untuk Cegah Kematian Ibu dan Janin

Nadhifa Aulia Arnesya Photo Verified Writer Nadhifa Aulia Arnesya

There's art in (art)icle. Hence, writing an article equals to creating an art.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Izza Namira

Berita Terkini Lainnya