Mengenal AMD, Penyebab Kebutaan Paling Umum Ketiga di Dunia

AMD ialah singkatan dari age-related macular degeneration

Indonesia adalah salah satu dari lima negara yang mengalami gangguan penglihatan terbanyak. Salah satu gangguan penglihatan adalah kebutaan (blindness). Secara berurutan, tiga penyebab kebutaan paling umum di dunia ialah katarak, kelainan refraksi, dan age-related macular degeneration (AMD) atau degenerasi makula terkait usia.

Jumlah populasi lansia di Indonesia diprediksi akan terus meningkat menjadi sekitar 20 persen di tahun 2040. Bahkan, pada tahun 2050 menjadi 25 persen dari total penduduk atau sekitar 74 juta jiwa. Hal ini berbanding lurus dengan risiko meningkatnya AMD di Indonesia.

Dalam rangka memperingati Hari Penglihatan Sedunia 2021 atau World Sight Day 2021, Perhimpunan Dokter Spesialis Mata Indonesia (PERDAMI) dan PT Bayer Indonesia mengadakan virtual media briefing bertema "Pentingnya Deteksi Dini dan Pengobatan Pasien AMD Berkelanjutan di Masa Pandemi COVID-19" pada Kamis (14/10/2021).

Narasumber yang didatangkan ialah dr. M. Sidik, SpM(K), Ketua Umum PERDAMI; Dr. dr. Gitalisa Andayani, SpM(K), Dokter Spesialis Mata Konsultan RSCM; dan Dr. Dewi Muliatin Santoso, Head of Medical Pharmaceuticals PT Bayer Indonesia. Tanpa berbasa-basi, simak, yuk!

1. Apa itu AMD?

Mengenal AMD, Penyebab Kebutaan Paling Umum Ketiga di Duniailustrasi mata normal dan AMD (southwesteye.com)

Secara umum, penyakit mata dibagi menjadi dua, yaitu penyakit mata bagian depan dan penyakit mata bagian belakang. AMD dikategorikan sebagai salah satu penyakit mata bagian belakang.

Menurut Dr. Gitalisa, AMD didefinisikan sebagai kerusakan pada bagian sentral retina (makula) yang menyebabkan kehilangan penglihatan sentral. Gangguannya dapat berupa distorsi bentuk atau penglihatan buram.

"Lalu, pasien akan kehilangan kemampuan melihat detail halus, sulit membaca dan menulis, bahkan tak dapat melihat wajah orang di hadapannya. Sifatnya irreversible alias tidak bisa kembali ke kondisi semula," jelasnya.

Rupanya, AMD adalah penyebab kebutaan terbanyak ketiga di dunia setelah katarak dan kelainan refraksi. AMD menyumbang 5 persen pada kasus kebutaan global. Pada tahun 2020, terdapat 196 juta orang yang mengidap AMD dan akan meningkat menjadi 288 juta di tahun 2040.

2. AMD dibagi menjadi dua, yaitu tipe kering dan basah

Mengenal AMD, Penyebab Kebutaan Paling Umum Ketiga di Duniailustrasi AMD tipe kering dan basah (acms.org)

Seperti namanya, risiko AMD meningkat seiring bertambahnya usia. Secara global, prevalensi AMD meningkat setelah usia 50 tahun. Namun, belum ada data nasional tentang degenerasi makula di Indonesia, Dr. Gitalisa memaparkan.

AMD diklasifikasikan menjadi dua tipe, yaitu AMD tipe kering atau AMD atrofik dan AMD tipe basah atau AMD neovaskular. Mengutip data dari American Academy of Ophthalmology, sebanyak 80 persen kasus AMD adalah AMD kering, yang didefinisikan sebagai kerusakan makula bertahap selama bertahun-tahun di mana sel-sel retina mati dan tidak beregenerasi.

Sisanya adalah AMD tipe basah, di mana pembuluh darah abnormal (neovaskular) tumbuh ke dalam makula. Lalu, terjadi pendarahan atau timbunan cairan di makula. Kemudian, timbul jaringan parut pada makula yang menyebabkan pasien kehilangan penglihatan sentral.

Dikatakan oleh Dr. Gitalisa, sekitar 10-15 persen AMD tipe kering akan berkembang menjadi tipe basah. Dan ada subtipe AMD basah yang umum ditemukan pada orang-orang dari ras Asia, yaitu polypoidal choroidal vasculopathy (PCV).

Baca Juga: Penyakit Mata karena Usia, Kenali 6 Fakta AMD Basah

3. Seperti apa gejala yang bisa dikenali?

Mengenal AMD, Penyebab Kebutaan Paling Umum Ketiga di Duniailustrasi penglihatan normal dan AMD (cliniquebellevue.com)

Pada tahap awal, biasanya AMD tidak menunjukkan gejala. Lalu, seiring berjalannya waktu akan timbul keluhan seperti penglihatan menjadi buram, distorsi penglihatan kronis, penglihatan mendadak terhalang, garis lurus menjadi melengkung (metamorfopsia), dan penglihatan tengah mata berwarna hitam (skotoma).

"AMD adalah permasalahan yang serius karena hilangnya penglihatan sentral menyebabkan penurunan aktivitas sehari-hari, masalah mobilitas, peningkatan risiko jatuh dan patah tulang, dan depresi pada orang tua (lansia)," ungkap Dr. Gitalisa.

Hal yang senada diutarakan oleh dr. Sidik. Menurutnya, gangguan (akibat AMD) terjadi secara perlahan dan progresif, sehingga memerlukan pemantauan ketat serta kontrol dokter dan pengobatan berkala. Terutama AMD tipe basah yang memerlukan pengobatan jangka panjang untuk mencegah kekambuhan dan perburukan penglihatan.

4. Apa pengobatan yang tepat untuk AMD?

Mengenal AMD, Penyebab Kebutaan Paling Umum Ketiga di Duniailustrasi injeksi anti-VEGF (insightnews.com.au)

Sayangnya, sampai saat ini belum ada pengobatan yang efektif untuk AMD tipe kering. Namun, menurut beberapa studi, suplemen vitamin antioksidan bisa memperlambat keparahan AMD dan kehilangan penglihatan.

Bagaimana dengan AMD tipe basah? Biasanya, anti vascular endothelial growth factor (VEGF) diberikan untuk mengurangi perkembangan kebutaan. VEGF sendiri merupakan protein alamiah di dalam tubuh yang fungsinya merangsang pembentukan pembuluh darah baru (angiogenesis).

Obat anti-VEGF disuntikkan atau diinjeksikan ke dalam mata memakai jarum tipis dan pendek. Lalu, cairan yang disuntikkan akan diserap oleh makula. Cara kerjanya adalah menghambat pembentukan pembuluh darah baru. Tak perlu khawatir, karena prosedur ini tidak sakit dan hanya memakan waktu beberapa menit.

"Rata-rata pengobatan AMD dengan injeksi anti-VEGF perlu disuntikkan setiap bulan atau dua bulan sekali untuk mencegah perburukan," ujar Dr. Gitalisa.

5. Pasien AMD tetap perlu kontrol ke rumah sakit selama pandemik

Mengenal AMD, Penyebab Kebutaan Paling Umum Ketiga di Duniailustrasi konsultasi dokter (rcni.com)

Sebagian orang masih takut untuk kontrol ke rumah sakit selama pandemik, termasuk pasien AMD yang memerlukan pengobatan berkelanjutan. Terganggunya pengobatan pasien bisa memperburuk kondisi, terutama untuk AMD tipe basah.

Untuk pasien AMD tipe kering, Dr. Gitalisa menyarankan untuk melanjutkan pemeriksaan dengan aman, melakukan pemantauan di rumah, menerapkan gaya hidup sehat, serta mengonsumsi suplemen yang mengandung lutein dan zeaksantin. Selain itu, selalu laporkan ke dokter bila ada perubahan pada penglihatan.

Sementara itu, untuk AMD tipe basah, pasien harus rutin mendapatkan suntikan anti-VEGF dan tidak boleh terlewat. Pada pasien yang penglihatannya mulai stabil, jeda waktu antar suntikan mungkin bisa diperpanjang.

Baca Juga: 7 Gejala Mata Kering Kronis yang Sering Diabaikan, Bahaya

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya