Antibodi Monoklonal, Proteksi Tambahan untuk Kelompok Rentan

Supaya terlindungi dari COVID-19

Menjelang akhir tahun, kasus COVID-19 harian di Indonesia kembali melonjak. Penyebabnya adalah subvarian Omicron seperti BA.4, BA.5, dan XBB yang lebih cepat menular. Ini mengkhawatirkan, terutama bagi kelompok rentan yang lebih berisiko mengalami gejala berat dan kematian.

Pada kelompok rentan, pembentukan antibodinya lambat, bahkan setelah divaksinasi. Mereka memerlukan proteksi tambahan, salah satunya dengan antibodi monoklonal.

Kenali lebih dekat lewat media webinar yang diselenggarakan oleh AstraZeneca dengan tema "Pentingnya Perlindungan Khusus pada Kelompok Rentan di Era Pandemi COVID-19" pada Kamis (24/11/2022). Pembicara yang dihadirkan ialah Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, SpPD, K-AI, FINASIM, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Alergi Imunologi Indonesia. Simak, yuk!

1. Kasus COVID-19 harian bertambah akhir-akhir ini

Mengutip Worldometer, per Sabtu (26/11/2022) pukul 09:46 GMT (setara dengan 16:46 WIB), terdapat 206.135 kasus COVID-19 baru di seluruh dunia. Sementara, menurut data yang dipaparkan oleh Prof. Iris, terdapat 7.221 kasus COVID-19 baru di Indonesia per Rabu (23/11/2022).

Ini lebih dari tiga kali lipat jika dibandingkan dengan satu bulan yang lalu. Per Jumat (21/10/2022), terdapat 2.227 kasus COVID-19 baru di Indonesia. Dengan demikian, kewaspadaan harus lebih ditingkatkan agar tidak terinfeksi virus SARS-CoV-2.

2. Kelompok rentan harus lebih waspada dibanding sebelumnya

Antibodi Monoklonal, Proteksi Tambahan untuk Kelompok Rentanilustrasi lansia (pexels.com/Pixabay)

Ada orang-orang yang lebih rentan terkena COVID-19. Menurut covid19.go.id, ini merujuk pada orang-orang yang memiliki penyakit penyerta (komorbid), lanjut usia (lansia), memiliki daya tahan tubuh rendah, dan obesitas.

"Selain itu, yang termasuk kelompok rentan adalah pasien kanker yang menerima pengobatan kanker secara aktif, penerima transplantasi organ, orang yang mengonsumsi obat-obatan imunosupresan, hingga pasien HIV. Mereka mudah sekali terkena penyakit kalau tidak dijaga," ujar Prof. Iris.

3. Risiko yang mereka hadapi lebih serius dan fatal

Kelompok rentan menghadapi risiko yang lebih serius dan fatal jika terkena COVID-19. Mereka 3 kali lebih mungkin membutuhkan rawat inap, 1,5 kali lebih mungkin dirawat di intensive care unit (ICU), 2 kali lebih mungkin membutuhkan pengobatan tambahan, dan 2 kali lebih mungkin meninggal.

Bahkan, meskipun sudah divaksinasi, respons imun mereka masih sangat kurang dan pembentukan antibodinya lambat. Mereka memerlukan perlindungan khusus karena vaksinasi saja tidak cukup.

Baca Juga: Fakta Terapi Antibodi Monoklonal untuk Penanganan COVID-19

4. Antibodi monoklonal dinilai bisa lindungi kelompok rentan

Prof. Iris mengatakan bahwa ada dua jenis imunisasi, yaitu aktif (di mana tubuh aktif membentuk antibodi) dan pasif (tubuh tidak membentuk antibodi, tetapi diberi dari luar).

"Jika sudah divaksinasi tapi kurang efektif, mungkin bisa dikombinasi dengan antibodi monoklonal, yaitu protein yang dibuat di laboratorium khusus dan bertindak seperti antibodi manusia. Antibodi ini menargetkan spike protein dan menghambat virus masuk ke dalam sel," jelasnya.

5. Selain itu, tetap patuhi protokol kesehatan

Antibodi Monoklonal, Proteksi Tambahan untuk Kelompok Rentanilustrasi memakai masker (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Antibodi monoklonal merupakan antibodi yang dibuat khusus untuk varian Omicron dan turunannya, sehingga efektif untuk mencegah virus masuk ke dalam tubuh. Prof. Iris menegaskan bahwa antibodi monoklonal diprioritaskan untuk kelompok rentan karena pembentukan antibodi mereka kurang optimal.

Selain itu, jangan lupa untuk tetap mematuhi protokol kesehatan, seperti memakai masker, mencuci tangan dengan air dan sabun, serta menghindari kerumunan. Kelompok rentan perlu melindungi diri lebih ekstra dengan mandi, keramas, dan berganti pakaian setelah bepergian.

 "Jaga prokes dengan ketat. Apalagi, libur natal dan tahun baru ada di depan mata. Akan banyak orang yang berkumpul di satu tempat," ia berpesan.

Baca Juga: Kejar Vaksinasi Booster untuk Tingkatkan Kadar Antibodi

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya