Benarkah Mutasi Virus Corona E484K bisa Menghindari Antibodi?

Ini penjelasannya menurut para pakar!

Akhir-akhir ini, mutasi virus corona E484K sedang hangat dibicarakan. Mutasi yang dijuluki "Eek" (dibaca: "iik") ini ditemukan di beberapa negara. Salah satunya di Jepang, di mana 70 persen pasien di rumah sakit di Tokyo terinfeksi mutasi virus corona E484K.

Berbagai pertanyaan pun muncul, apakah mutasi E484K lebih menular atau lebih mematikan? Dan apakah berpengaruh pada kemanjuran vaksin?

1. Diperkirakan sebanyak 1,9 persen dari total mutasi SARS-CoV-2 di dunia adalah mutasi E484K

Benarkah Mutasi Virus Corona E484K bisa Menghindari Antibodi?Ilustrasi mutasi virus corona. sciencemediahub.eu

Riza Putranto, ahli biomolekuler, menjelaskan tentang mutasi E484K secara detail di unggahan Instagram-nya. Menurutnya, mutasi S E484K adalah perubahan asam amino urutan ke-484 dari E menjadi K pada protein spike dari SARS-CoV-2.

"Mutasinya terletak di Receptor Binding Domain (RBD), bagian penting protein spike dan beberapa penelitian membuktikan mutasi ini menyebabkan penurunan efikasi antibodi," jelasnya.

Mengutip data GISAID per 5 April 2021, terdapat 18.762 virus yang membawa mutasi E484K dari total 986.156 genom SARS-CoV-2. Jika diubah menjadi persentase, maka 1,9 persen dari total mutasi SARS-CoV-2 di dunia adalah mutasi E484K.

2. Tidak lebih menular atau lebih mematikan

Benarkah Mutasi Virus Corona E484K bisa Menghindari Antibodi?lustrasi virus corona SARS-CoV-2. pixabay.com/TheDigitalArtist

Mutasi E484K dikhawatirkan lebih cepat menular atau lebih mematikan. Namun, dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid, Juru Bicara Vaksin dari Kementerian Kesehatan RI, menepis anggapan itu.

"Ini mutasi singel. Bukan varian baru COVID-19 jadi tidak menular atau lebih mematikan," ujarnya saat dihubungi pada Rabu (7/4/2021).

Menurutnya, mutasi E484K ditemukan pada virus corona varian B1351 (Afrika Selatan) dan P1 (Jepang atau Brasil). Mutasi E484K sudah masuk Indonesia sejak Februari 2021 silam.

Temuan ini diperoleh dalam pemeriksaan sampel dari salah satu rumah sakit di Jakarta Barat. Menurut dr. Nadia, pasien dengan mutasi E484K sudah sembuh, telah dilakukan tracing kontak dan hasilnya tidak ada yang dinyatakan positif.

3. Bisa menghindari antibodi sehingga lebih mudah menginfeksi?

Benarkah Mutasi Virus Corona E484K bisa Menghindari Antibodi?Ilustrasi pandemi COVID-19. pixabay.com/Tumisu

BBC menjuluki E484K sebagai double mutant atau mutan ganda. Sebab, E484K mengandung dua mutasi mengkhawatirkan dalam komposisi genetiknya yang telah diidentifikasi oleh Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC).

Lewat cuitannya di akun Twitter @ProfesorZubairi, Prof. dr. Zubairi Djoerban, Sp.PD-KHOM, mengatakan bahwa E484K terbukti membantu virus corona menghindari antibodi yang dihasilkan oleh infeksi sebelumnya, sehingga membuatnya kurang rentan terhadap obat antibodi, termasuk vaksin.

"Karena E484K kurang rentan terhadap antibodi, maka akan ada dampaknya pada efikasi vaksin. Tapi, saya masih menunggu hasil studi lanjutan dan bagaimana efeknya terhadap vaksin yang selama ini beredar," ungkapnya.

Di sisi lain, dr. Nadia menegaskan bahwa vaksin saat ini masih sangat efektif dari studi yang ada dan rekomendasi Badan Kesehatan Dunia (WHO). Prof. Zubairi menambahkan bahwa E484K ada dalam variant of concern (VOC) WHO per 1 April 2021 dan CDC per 24 Maret 2021.

Sembari menanti hasil studi lanjutan, kewaspadaan yang diterapkan tetaplah sama, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir, serta menjaga jarak.

Baca Juga: Virus Corona Varian B117 Masuk Indonesia, Seperti Apa Gejalanya?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya