Benarkah Rokok Elektrik Lebih Aman dari Rokok Konvensional?

Berikut penjelasan dari dokter spesialis paru!

Sekitar 53,7 juta orang Indonesia adalah perokok. Kebanyakan dari mereka mengisap rokok konvensional, yaitu gulungan kertas berisi tembakau yang dibakar dengan api. Selain rokok konvensional, ada pula rokok elektrik atau vape.

Per Juli 2022, ada 2,2 juta orang Indonesia yang menggunakan rokok elektrik. Mayoritas penggunanya adalah anak muda dan berjenis kelamin laki-laki. Makin banyak orang yang menggunakan rokok elektrik karena dianggap lebih aman daripada rokok konvensional.

Benarkah demikian? Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) menjawab pertanyaan tersebut dalam media group interview yang diselenggarakan secara virtual pada Sabtu sore (14/1/2023).

Narasumber yang dihadirkan ialah Dr. dr. Erlina Burhan, MSc, SpP(K), dokter spesialis paru sekaligus pengurus Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI) dan Ketua Satgas Covid PB IDI. Simak, yuk!

1. Tidak menghasilkan asap, melainkan uap

Rokok elektrik adalah alat yang berfungsi seperti rokok, tetapi tidak menggunakan atau membakar daun tembakau, melainkan mengubah cairan menjadi uap yang dihisap dan masuk ke paru-paru. Nama lain dari rokok elektrik adalah e-cigarette, vape, vapour, atau pod.

Dokter Erlina menjelaskan bahwa rokok elektrik terdiri dari tiga komponen, yakni baterai, pemanas, dan tabung berisi e-liquid. Cairan e-liquid itu sendiri mengandung nikotin, propylene glycol, gliserin, dan perasa (flavoring).

2. Perbandingan nikotinnya dengan rokok konvensional

Benarkah Rokok Elektrik Lebih Aman dari Rokok Konvensional?ilustrasi rokok konvensional (pexels.com/Basil MK)

Menurut Dr. Erlina, kadar nikotin dalam rokok elektrik bervariasi, antara 14,8–87,2 mg per ml e-liquid. Sementara itu, sumber lain mengatakan bahwa terdapat 0–35 µg (mikrogram) nikotin setiap kali dihisap.

Bagaimana perbandingannya dengan rokok konvensional? Ia mengatakan bahwa kadar nikotin dalam 30 kali isapan rokok elektrik setara dengan kadar nikotin dalam satu batang rokok konvensional.

Lantas, apa efek nikotin bagi kesehatan? Berdasarkan studi dalam Indian Journal of Medical and Paediatric Oncology pada tahun 2015, nikotin bisa meningkatkan risiko gangguan kardiovaskular, pernapasan, dan gastrointestinal. Selain itu, bisa menurunkan kekebalan tubuh dan berdampak negatif pada organ reproduksi.

3. Mengandung bahan-bahan lain yang bersifat toksik dan karsinogenik

Bukan hanya nikotin yang perlu dikhawatirkan, tetapi juga bahan-bahan lain seperti logam berat (arsenik, kromium, nikel, dan timbal), formaldehida, aldehida, nitrosamin, particulate matter (PM), serta silikat dan nanopartikel yang bisa masuk ke bagian terdalam paru-paru. Bahan-bahan ini bersifat toksik dan karsinogenik (bisa memicu pertumbuhan sel kanker).

Lebih lanjut, Dr. Erlina menjelaskan bahwa nikotin bisa menyebabkan adiksi (kecanduan), glycol dan gliserol bisa mengiritasi saluran napas dan paru, serta aldehida dan formaldehida yang bersifat karsinogenik dan menyebabkan inflamasi paru.

Selain itu, logam berat dan particulate matter bisa menyebabkan inflamasi (paru, jantung, dan sistemik) dan bersifat karsinogenik. Bahkan, zat berbahaya tersebut bisa masuk ke paru-paru orang di sekitarnya yang tak sengaja menghirup uap rokok elektrik.

Baca Juga: Limbah Rokok Elektrik, Ancaman atau Potensi? 

4. Kecanduan rokok konvensional belum tentu bisa diatasi dengan rokok elektrik

Pabrik rokok mengklaim bahwa rokok elektrik bisa membuat kita terlepas dari kecanduan rokok konvensional. Padahal, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) belum menyetujui rokok elektrik sebagai alat bantu berhenti merokok.

"Dalam banyak kasus, bukannya membantu berhenti merokok, justru malah dipakai dua-duanya (konvensional dan elektrik). Selain itu, karena dianggap lebih aman, akhirnya diisap lebih sering," tutur dr. Erlina.

5. Yang lebih mengerikan, rokok elektrik bisa meledak dan menyebabkan luka bakar

Benarkah Rokok Elektrik Lebih Aman dari Rokok Konvensional?ilustrasi luka (pixabay.com/Shutterbug75)

Satu hal yang jarang disadari adalah rokok elektrik bisa meledak dan menyebabkan luka bakar. Ada 25 insiden ledakan rokok elektrik di Amerika Serikat dari tahun 2009 hingga 2014. Menurut studi yang diterbitkan dalam The New England Journal of Medicine pada tahun 2016, ledakan terjadi karena baterai yang terlalu panas (overheat).

Kebanyakan pasien mengalami luka bakar di paha atau selangkangan (53 persen), tangan (33 persen), dan wajah (20 persen). Banyak yang membutuhkan perawatan intensif dan pencangkokan kulit.

Food and Drug Administration (FDA) memberi saran untuk mencegah ledakan, seperti tidak meninggalkan rokok elektrik di bawah sinar matahari langsung dan menunda mengisi daya jika suhunya masih panas.

Seluruh uraian di atas membuktikan bahwa rokok elektrik tidak lebih aman dari rokok konvensional, mengingat bahan-bahan di dalamnya bersifat adiktif, toksik, dan karsinogenik serta memiliki kemungkinan untuk meledak.

Baca Juga: Benarkah Uap dari Rokok Elektrik Aman Jika Terhirup?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya