Protokol Ketat dan Disiplin, Ini Cara Thailand Menekan Kasus COVID-19

Disiplin menerapkan protokol bisa meminimalisir kasus baru

Tahukah kamu kalau Thailand menduduki peringkat ke-2 pada rasio penyembuhan COVID-19? Berdasarkan data dari Global Covid-19 Index Report, Thailand memiliki indeks kesembuhan sebesar 83,34 per 100 kasus. Sementara, menurut data dari Worldometer, per 2 Juli 2020, ada 3.173 kasus COVID-19 di Thailand dengan 58 kematian dan 3.059 orang yang berhasil sembuh. Luar biasa!

Tentu, Indonesia ingin meniru kesuksesan Thailand dalam penanganan COVID-19. Salah satu kuncinya adalah menerapkan protokol khusus pada prosedur operasi. Simak penjelasan lengkap dari Assoc. Prof. Dr. Panpit Suwangool, Direktur Senior Pengendalian Infeksi dari Bangkok Headquarter Hospital, BDMS - Thailand lewat webinar bersama Siloam Hospitals pada Rabu (1/7).

1. Kasus COVID-19 pertama di Thailand terjadi pada 13 Januari 2020, membuat otoritas kesehatan bekerja cepat

Protokol Ketat dan Disiplin, Ini Cara Thailand Menekan Kasus COVID-19asia.fnst.org

Kasus COVID-19 pertama di Thailand terjadi lebih cepat dari Indonesia, yakni pada 13 Januari 2020. Ini sekaligus menjadi kasus pertama COVID-19 di luar Tiongkok. Kasus ini hanya berselang dua pekan sejak Komisi Kesehatan Kota Wuhan mengumumkan kasus pneumonia pada 31 Desember 2019.

Tak pelak, ini membuat pemerintah Thailand memperketat pengamanannya. Apalagi, Thailand termasuk dalam 10 tujuan internasional teratas dari Wuhan. Tiga bandara yang paling banyak dikunjungi oleh turis Wuhan adalah bandara Suvarnabhumi (11.558 kursi), Don Mueang (9.000 kursi), dan Phuket (6.116 kursi), menurut data yang dipaparkan oleh Dr. Panpit Suwangool.

2. Otoritas kesehatan Thailand membagi tingkat kewaspadaan epidemi menjadi tiga

Protokol Ketat dan Disiplin, Ini Cara Thailand Menekan Kasus COVID-19bangkokpost.com

Sebagai persiapan menghadapi pandemi COVID-19, otoritas kesehatan Thailand membagi penanganan menjadi tiga. Yaitu tingkat kewaspadaan epidemi level 1, 2, dan 3. Menurut Dr. Panpit Suwangool, tingkat kewaspadaan level 1 diwujudkan dengan melakukan skrining, mempromosikan cuci tangan, menyediakan personal protective equipment (PPE), dan memberi staf informasi seputar COVID-19.

Lalu, pada tingkat kewaspadaan level 2, otoritas kesehatan mulai menyiapkan inventaris medis, fasilitas, dan staf, memberi pelatihan, serta berkomunikasi dengan staf, pasien, dan keluarganya. Dan pada tingkat kewaspadaan level 3, mulai diberlakukan kontrol akses, memberlakukan titik skrining, menyiapkan ruang isolasi, serta berkomunikasi dengan staf, pasien, keluarganya, dan pihak eksternal.

3. Cara memakai alat pelindung diri pun perlu diperhatikan

Protokol Ketat dan Disiplin, Ini Cara Thailand Menekan Kasus COVID-19cjoy.com

Tidak hanya itu, cara memakai alat pelindung diri pun perlu diperhatikan. Dianjurkan untuk memakai sarung tangan ketika melakukan kontak dengan darah, cairan tubuh, selaput lendir atau membran mukosa, menyentuh kulit, atau peralatan yang terkontaminasi, saran Dr. Panpit Suwangool.

"Jangan memakai sarung tangan yang sama untuk merawat lebih dari satu pasien, jangan mencuci sarung tangan atau menggunakannya kembali, serta perhatikan kebersihan tangan sebelum memakai sarung tangan dan setelah melepasnya," terang dokter yang menempuh pendidikan di Universitas Chulalongkorn, Thailand ini.

Petugas kesehatan juga diharuskan memakai gaun medis untuk melindungi kulit dan pakaian saat melakukan kontak dengan darah atau cairan tubuh. Ingat, jangan gunakan gaun medis yang sama jika menangani lebih dari satu pasien.

Tak lupa, gunakan masker wajah ketika ada potensi kontak dengan sekresi pernapasan, darah atau cairan tubuh. Ini bisa dikombinasikan dengan kacamata (goggles) dan pelindung wajah (face shield) untuk memproteksi mulut, hidung, dan mata. Apabila virus berpotensi menyebar lewat transmisi airborne, pakai masker khusus seperti N95.

Baca Juga: Masyarakat Diimbau Pakai Masker Kain, Masker Bedah untuk Tenaga Medis

4. Tak hanya itu, melepas alat pelindung diri harus dilakukan dengan hati-hati

Protokol Ketat dan Disiplin, Ini Cara Thailand Menekan Kasus COVID-19freepik.com

Protokol ketat diterapkan agar petugas kesehatan tidak terinfeksi atau menginfeksi orang lain. Tidak hanya ketika mengenakan alat pelindung diri, tetapi juga saat melepasnya. Dr. Panpit Suwangool mengatakan ada 18 langkah untuk melepas APD.

  1. Periksa APD, apakah ada kontaminasi atau sobekan.
  2. Lakukan enam langkah cuci tangan dengan pembersih tangan berbasis alkohol.
  3. Lepaskan gaun medis dan sarung tangan luar.
  4. Periksa sarung tangan bagian dalam
  5. Lakukan lagi enam langkah cuci tangan dengan hand sanitizer berbasis alkohol
  6. Lepaskan face shield atau pelindung wajah
  7. Ulangi enam langkah cuci tangan dengan pembersih tangan berbasis alkohol
  8. Lepaskan overall
  9. Lakukan lagi enam langkah cuci tangan dengan hand sanitizer berbasis alkohol
  10. Lepaskan penutup sepatu pada setiap kaki, lalu kembali cuci tangan
  11. Lepaskan sarung tangan bagian dalam
  12. Ulangi enam langkah cuci tangan dengan air dan sabun
  13. Kenakan sarung tangan baru
  14. Lepaskan penutup rambut
  15. Lepaskan kacamata atau goggles
  16. Lepaskan respirator atau masker N95
  17. Lepaskan sarung tangan
  18. Akhiri dengan menerapkan enam langkah cuci tangan dengan sabun dan air mengalir

Bagaimana, banyak kan? Jika seluruh prosedur ini dijalani dengan benar dan disiplin, maka akan mengurangi risiko infeksi atau menginfeksi orang lain.

5. Pasien potensial harus menjalani skrining dan tes PCR (swab)

Protokol Ketat dan Disiplin, Ini Cara Thailand Menekan Kasus COVID-19consumerreports.org

Sistem tracking Thailand sangat maju hingga jumlah kasus COVID-19 di negaranya dapat ditekan. Pasien dalam penyelidikan atau PUI (patient under investigation) harus menjalani skrining dan tes PCR (swab). Apalagi, jika mereka memenuhi kriteria di bawah ini:

  • Petugas layanan kesehatan yang merawat pasien yang dikonfirmasi dengan COVID-19 dalam sebulan terakhir
  • Memiliki riwayat bepergian dari luar negeri dalam sebulan terakhir
  • Memiliki riwayat kontak dengan pasien yang dikonfirmasi dengan COVID-19 dalam sebulan terakhir
  • Memiliki riwayat bepergian ke atau dari daerah yang merupakan klaster COVID-19 dalam sebulan terakhir
  • Memiliki riwayat pneumonia yang tidak atau belum diketahui penyebabnya dalam sebulan terakhir

"PUI juga harus menjalani PCR atau swab dulu. Tidak ada yang lebih baik dari PCR, karena PCR adalah yang paling efektif. Kami tidak merekomendasikan tes rapid untuk diagnosis atau rekomendasi untuk operasi," tegas Dr. Panpit Suwangool.

Baca Juga: Makin Banyak Hidden Carrier COVID-19, Semua Bisa Tertular dan Menulari

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Septi Riyani

Berita Terkini Lainnya