Ciri-ciri atau Gejala Omicron Pada Anak, Catat ya!

Cenderung menyerang saluran pernapasan atas

Varian Omicron dikonfirmasi sebagai varian dominan di berbagai negara, termasuk Indonesia. Bukan hal yang aneh jika orang tua mencemaskan pengaruh Omicron pada anak-anak mereka. Bahkan, batuk atau pilek bisa membuat mereka overthinking!

Lantas, seperti apa ciri-ciri atau gejala Omicron pada anak? Inilah beberapa gejala yang bisa dikenali!

1. Yang diserang adalah saluran udara bagian atas

Ciri-ciri atau Gejala Omicron Pada Anak, Catat ya!ilustrasi anak sakit (unsplash.com/Vitolda Klein)

Data dari orang dewasa yang terinfeksi menunjukkan bahwa varian Omicron memang tidak separah varian Delta. Akan tetapi, gejalanya masih lebih berat dari flu biasa, terutama pada individu yang tidak divaksinasi.

"Omicron cenderung menyerang saluran udara bagian atas lebih banyak daripada saluran udara bagian bawah. Kami melihat banyak anak datang dengan sakit tenggorokan yang sangat parah, batuk, hidung tersumbat, dan demam," ungkap Eric Ball, MD, dokter anak dari Providence Mission Hospital di Orange County, Amerika Serikat, mengutip Verywell Family.

2. Beberapa anak kesulitan bernapas

Ciri-ciri atau Gejala Omicron Pada Anak, Catat ya!ilustrasi anak rewel karena sulit bernapas (pixabay.com/Ben_Kerckx)

Sama seperti orang dewasa, gejala varian Omicron pada anak mirip dengan gejala pilek, tetapi dalam versi yang lebih parah. Sebagian anak mengalami demam tinggi dan kesulitan bernapas karena infeksi COVID-19.

Bahkan, banyak anak yang memiliki gejala seperti croup. Dilansir Mayo Clinic, croup mengacu pada infeksi saluran napas bagian atas yang menghalangi pernapasan dan menyebabkan batuk khas yang terdengar seperti menggonggong.

"Beberapa dari anak-anak ini perlu pergi ke rumah sakit atau menerima pengobatan khusus untuk membantu mereka bernapas lebih nyaman," ujar Eric.

3. Saluran hidung anak relatif kecil sehingga mudah tersumbat

Ciri-ciri atau Gejala Omicron Pada Anak, Catat ya!ilustrasi hidung anak (pixabay.com/robertofoto)

Menurut Andrew Pavia, kepala divisi penyakit menular pediatrik dari University of Utah Health, AS, varian Omicron memang tidak menginfeksi sel paru-paru seperti varian sebelumnya. Lebih sedikit sel paru-paru yang terinfeksi, gejalanya menjadi tidak terlalu parah.

Namun, saluran hidung anak-anak relatif kecil sehingga lebih mudah tersumbat. Itulah mengapa anak yang mengalami infeksi saluran pernapasan atas memerlukan perhatian ekstra dibanding orang dewasa, mengutip Nature.

Baca Juga: COVID-19 Varian Omicron vs Delta, Mana yang Lebih Parah?

4. Anak berpotensi mengembangkan long COVID dan MIS-C

Ciri-ciri atau Gejala Omicron Pada Anak, Catat ya!ilustrasi anak sakit (unsplash.com/Aditya Romansa)

Anak yang sembuh dari infeksi akut Omicron mungkin akan mengembangkan long COVID yang gejalanya bertahan selama berbulan-bulan atau mengalami kondisi langka yang disebut MIS-C, yaitu sistem inflamasi multisistem pada anak-anak.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) mengatakan bahwa MIS-C menyebabkan peradangan pada jantung, paru-paru, ginjal, organ pencernaan, otak, kulit, hingga mata. Menurut Michael Absoud, spesialis kesehatan perempuan dan anak dari King's College London, Inggris, gejala MIS-C biasanya berkembang sekitar 2–4 minggu setelah terinfeksi.

Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam Pediatric Infectious Disease Journal tahun 2021, MIS-C terjadi pada proporsi kecil, yaitu kurang dari 0,1 persen. Sementara itu, gejala long COVID paling umum yang dialami anak-anak adalah kelelahan, sulit konsentrasi, sakit kepala, sakit perut, hingga gangguan tidur.

5. Untungnya, anak usia di atas 6 tahun sudah boleh divaksinasi

Ciri-ciri atau Gejala Omicron Pada Anak, Catat ya!ilustrasi vaksinasi anak (pexels.com/CDC)

Indonesian Technical Advisory Group on Immunization (ITAGI) telah mengeluarkan rekomendasi vaksinasi COVID-19 untuk anak usia 6-11 tahun. Vaksinasi untuk kalangan usia tersebut sudah dimulai sejak 14 Desember lalu.

Menurut Kementerian Kesehatan RI dalam laman resminya, jumlah sasaran vaksinasi mencapai 26,5 juta anak. Jenis vaksin yang digunakan pada anak adalah Sinovac karena memiliki Emergency Use Authorization (EUA), yang diberikan dua kali dengan interval minimal 28 hari.

Vaksin bisa didapatkan di puskesmas, rumah sakit atau fasilitas layanan kesehatan lainnya, baik milik pemerintah maupun swasta. Selain itu, vaksin juga bisa diperoleh di pos-pos pelayanan vaksinasi dan sentra vaksinasi.

"Ini dilakukan betul-betul karena kita ingin mempercepat vaksinasi semua penduduk di Indonesia dan juga mencegah penularan COVID-19," ujar dr. Maxi Rein Rondonuwu, Plt. Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kemenkes.

Baca Juga: Mutasi Virus Meningkatkan Risiko Reinfeksi COVID-19

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya