Idealnya, Harus Ada 1 Dokter Jantung Per 100.000 Penduduk

Namun, realitanya masih jauh dari itu

Penyakit jantung bukan sesuatu yang bisa dianggap remeh. Prevalensi penyakit jantung di Indonesia mencapai 1,5 persen, mengacu pada data Riskesdas 2018. Tiga provinsi dengan prevalensi tertinggi adalah Kalimantan Utara, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Gorontalo.

Menyikapi hal tersebut, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) mengadakan virtual press conference dengan tema "Peran Penting PERKI dalam Transformasi Kesehatan di Bidang Kardiovaskular" pada Kamis (4/8/2022).

Narasumber yang dihadirkan ialah dr. Radityo Prakoso, SpJP (K), FIHA, FAPSIC, FAsCC, Ketua PP PERKI, dan dr. Oktavia Lilyasari, SpJP (K), FIHA, Sekjen PP PERKI. Simak, yuk!

1. Penyakit jantung adalah pembunuh nomor satu di dunia

Dokter Oktavia mengawali dengan memaparkan data-data seputar penyakit jantung. Menurut Global Burden of Disease, 18,6 juta kematian di seluruh dunia disebabkan oleh penyakit kardiovaskular.

Dalam skala nasional, sebanyak 80.000 bayi di Indonesia lahir dengan penyakit jantung bawaan (PJB) dan seperempatnya menderita PJB kritis. Ini adalah data tahun 2018.

"Perubahan pola makan dan pola hidup meningkatkan risiko penyakit jantung. Seperti makan junk food, lebih banyak stres, dan lebih banyak main gadget. Selain itu, penyakit jantung bukan cuma terjadi pada kelas menengah ke atas, tetapi juga dari kelas sosial-ekonomi yang rendah," jelasnya.

2. Tingginya angka morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular menjadi tantangan

Idealnya, Harus Ada 1 Dokter Jantung Per 100.000 Pendudukilustrasi kematian (pixabay.com/soumen82hazra)

PERKI adalah organisasi profesi di bawah Ikatan Dokter Indonesia (IDI) yang mewadahi seluruh spesialis jantung dan pembuluh darah di Indonesia. Salah satu tantangan yang harus dihadapi PERKI adalah tingginya angka morbiditas dan mortalitas penyakit kardiovaskular.

Penyebab kematian utama di Indonesia adalah stroke di urutan pertama dan disusul dengan penyakit jantung iskemik di urutan kedua. Ini adalah data tahun 2019 untuk semua usia dan jenis kelamin.

Lantas, apa solusinya? Salah satunya dengan pemerataan layanan kesehatan. Targetnya adalah 34 provinsi mampu menyediakan layanan kateterisasi jantung (cath lab) dan bedah jantung terbuka.

3. Jumlah dokter spesialis jantung dan pembuluh darah masih sangat kurang

Idealnya, rasio dokter spesialis jantung dan pembuluh darah adalah 1 per 100.000 penduduk. Sayangnya, yang tersedia masih kurang dari itu. Penyebabnya ialah jumlah pusat pendidikan dan pelatihan SpJP yang masih belum memadai.

Belum lagi, peluang masuknya SpJP asing ke Indonesia, yang berpotensi menjadi pesaing. Salah satu jalan keluarnya adalah menambah program studi (prodi) spesialis seperti anestesi, bedah, dan jantung.

Per tahun 2022, hanya ada 1.485 ahli jantung atau kardiolog di seluruh Indonesia. Persebarannya kurang merata, paling banyak di Pulau Jawa. Sisanya tersebar di Sumatra (240 orang), Sulawesi (86 orang), Bali dan Nusa Tenggara (78 orang), Kalimantan (68 orang), serta Maluku dan Papua (14 orang).

Baca Juga: Irama Jantung Tidak Teratur Meningkatkan Risiko Stroke?

4. Strategi lainnya yang bisa dilakukan

Lebih lanjut, dr. Oktavia memaparkan strategi lainnya, seperti:

  • Menambah jumlah prodi fellowship dan penambahan dana untuk program fellowship.
  • Memudahkan regulasi untuk diaspora kesehatan lulusan luar negeri demi mendukung ketersediaan tenaga kesehatan.
  • Menyelenggarakan pelatihan kesehatan dalam rangka peningkatan dan pemantapan kompetensi.
  • Meningkatkan kolaborasi dengan pemangku kepentingan dan menguatkan posisi organisasi profesi.
  • Sharing competence antar spesialis dengan keilmuan yang berbeda.

5. Beberapa cara untuk menjaga jantung

Idealnya, Harus Ada 1 Dokter Jantung Per 100.000 Pendudukilustrasi berhenti merokok (pixabay.com/HansMartinPaul)

Secanggih apa pun fasilitas kesehatan, pasti kita tidak ingin dirawat di sana, kan? Oleh karena itu, lakukan upaya maksimal untuk menjaga jantung. Caranya dengan:

  • Kurangi gula dalam makanan dan minuman.
  • Perbanyak minum air untuk menjaga status hidrasi.
  • Usahakan konsumsi 5 porsi sayur dan buah setiap hari.
  • Batasi makanan tinggi garam.
  • Berhenti merokok.
  • Perbanyak olahraga kardio seperti berjalan, bersepeda, dan naik tangga.
  • Lakukan aktivitas fisik 5 kali seminggu dengan durasi 30 menit per sesi.
  • Download dan gunakan aplikasi untuk mencari resep makanan sehat serta memantau aktivitas fisik.

Baca Juga: Diagnosis Penyakit Jantung Lebih Akurat dengan OCT

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya