Kanker Kolorektal, Kanker Terbanyak Ketiga di Indonesia

Dialami oleh 12,8 per 100 ribu penduduk dewasa

Berdasarkan data dari Kementerian Kesehatan RI, kanker kolorektal adalah kanker terbanyak ketiga di Indonesia. Mengacu pada studi berjudul "Kanker Kolorektal" yang diterbitkan di jurnal Averrous tahun 2019, kanker kolorektal adalah suatu tumor maligna yang muncul dari jaringan epitel dari kolon atau rektum.

Insiden kanker kolorektal atau dikenal juga sebagai kanker usus besar di Indonesia adalah 12,8 per 100.000 penduduk, menurut data dari Globocan tahun 2012. Sekitar 70 persen kasus kanker kolorektal dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti kebiasaan makan, aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol.

Untuk membahas lebih lanjut tentang kanker kolorektal, diadakanlah virtual media briefing bertema "Apa dan Bagaimana Personalised Medicine dalam Kanker Kolorektal" pada Selasa (26/1/2021). Acara ini menghadirkan Dr. dr. Ikhwan Rinaldi, SpPD-KHOM, M.Epid, M.Pd.Ked, FINASIM, FACP, Konsultan Hematologi Onkologi Medik FKUI-RSCM sebagai narasumber. Simak yuk!

1. Mengenal kanker kolorektal

Kanker kolorektal adalah keganasan yang berasal dari jaringan usus besar, terdiri dari kolon (bagian terpanjang dari usus besar) dan/atau rektum (bagian kecil terakhir dari usus besar sebelum anus). Menurut dr. Ikhwan, kanker kolorektal dimulai di bagian dalam dinding usus besar dan tumbuh ke arah luar.

Awalnya, kebanyakan kanker usus besar dimulai dari polip bernama adenoma. Lalu, sel kanker bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui kelenjar getah bening atau darah. Kondisi ini disebut sebagai metastasis.

Gejala akan dirasakan saat kanker sudah berkembang jauh. Jenis gejala tergantung ukuran dan lokasi tumbuhnya kanker. Di antaranya adalah diare atau konstipasi, darah pada feses, buang air besar yang terasa tidak tuntas, perut terasa nyeri, perut kembung, atau kram, berat badan turun tanpa sebab yang jelas, mual, muntah, dan tubuh gampang lelah.

2. 70 persen kasus kanker kolorektal dipengaruhi oleh faktor lingkungan

Kanker Kolorektal, Kanker Terbanyak Ketiga di Indonesiailustrasi kanker kolorektal (pixabay.com/julientromeur)

Dikutip dari International Agency for Research on Cancer (IARC), sebanyak 70 persen kasus kanker kolorektal dipengaruhi oleh faktor lingkungan, seperti kebiasaan makan, aktivitas fisik, merokok, dan konsumsi alkohol. Sementara, sebanyak 25 persen dipengaruhi oleh kecenderungan genetik dan 5 persen pasien memiliki faktor keturunan yang terkait dengan perkembangannya.

Bahkan, menurut studi terbaru, insiden kanker kolorektal di Asia cenderung meningkat. Diperkirakan, ini akibat diet tinggi lemak dan rendah serat, obesitas, kurangnya aktivitas fisik, merokok, konsumsi alkohol, hingga polusi udara.

Risiko kanker kolorektal lebih kecil pada perempuan dibandingkan pada laki-laki. Lebih dari 86 persen pasien yang didiagnosis dengan kanker kolorektal berumur kurang dari 50 tahun dan asimtomatis (tanpa gejala).

Baca Juga: 12 Jenis Kanker yang Paling Umum di Dunia, Kamu Harus Tahu

3. Kanker kolorektal dapat diatasi dengan operasi, kemoterapi, dan terapi target

Menurut dr. Ikhwan, pengobatan kanker kolorektal dibagi menjadi tiga klasifikasi, yakni pengobatan pada kondisi lokal (awal), lokal lanjut (menengah), dan metastasis (lanjut).

Kondisi lokal dan lokal lanjut diatasi dengan tindakan operasi lalu dilanjutkan dengan kemoterapi tambahan, sering kali ditambahkan radioterapi (penyinaran).

Pada kondisi metastasis, diatasi dengan kemoterapi sebagai pengobatan utama, sedangkan operasi hanya dilakukan pada kondisi penyebaran kanker di satu lokasi atau hanya untuk membuat kantong penampung feses di sekitar perut.

"Dalam dekade terakhir ini, kemoterapi bukan satu-satunya obat yang diberikan untuk pasien kanker kolorektal stadium lanjut. Muncul obat-obatan lain yang dikelompokkan dalam terapi target sebagai tambahan pada kemoterapi untuk menambah efektivitas pengobatan. Diharapkan (bisa) memperpanjang ketahanan hidup pasien (kanker) kolorektal yang sudah bermetastasis jauh," ujar dr. Ikhwan.

4. Personalised medicine terbukti memberikan ketahanan hidup lebih panjang pada pasien kanker

Kanker Kolorektal, Kanker Terbanyak Ketiga di Indonesiailustrasi kanker kolorektal atau kanker usus besar (commons.wikimedia.org/Blausen Medical Communications, Inc.)

Mungkin, sebagian orang masih asing dengan istilah personalised medicine. Ini adalah konsep yang didasari dengan mempelajari genotipe pasien, sehingga pasien mendapatkan terapi atau obat yang tepat untuk penyakitnya.

Mula-mula, dokter akan melakukan uji genetik sebelum memberikan obat pada pasien. Dengan uji genetik, dokter bisa menentukan pengobatan yang cocok untuk masing-masing pasien, sehingga respons terhadap obat menjadi lebih baik.

Dengan personalised medicine, diharapkan dapat memberikan diagnosis yang tepat dan akurat, sehingga pasien bisa mendapatkan pengobatan yang lebih tepat, memaksimalkan potensi obat, dan memberikan ketahanan hidup lebih panjang pada pasien kanker kolorektal yang bermetastasis.

Baca Juga: Waspadai 7 Penyebab Kanker Usus yang Sering Terlewatkan

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya