Kanker Payudara dan Kanker Serviks, Ancaman Utama Perempuan

Cegah supaya kita tidak menderita!

Kanker payudara dan kanker serviks masih menghantui kaum hawa. Berdasarkan data yang dirilis oleh The Global Cancer Observatory tahun 2020, pertambahan kasus baru pada kanker payudara adalah 30,8 persen dan 17,2 persen pada kanker serviks.

Perempuan diimbau untuk melakukan deteksi dini. Karena jika ditemukan pada stadium awal, kanker payudara dan kanker serviks memiliki peluang kesembuhan yang cukup tinggi.

Dalam rangka merayakan Hari Kartini, RS Pondok Indah (RSPI) Group mengadakan live webinar bertema "Stronger Together Against Cancer" pada Kamis (21/4/2022). 

Narasumber yang didatangkan ialah dr. Kristina Maria Siswiandari, SpB(K)Onk, dokter spesialis bedah subspesialis bedah onkologi, serta dr. Grace Valentine, SpOG, dokter spesialis kebidanan dan kandungan. Baca sampai tuntas, yuk!

1. Di Indonesia, terdapat 23.140 kasus baru kanker payudara setiap tahun

First of all, kita perlu mengetahui definisi kanker terlebih dahulu. Menurut American Cancer Society, kanker adalah sekelompok penyakit yang ditandai dengan pertumbuhan yang tidak terkendali dan penyebaran sel-sel abnormal yang bisa mengakibatkan kematian.

Dokter Kristina mengatakan bahwa kanker payudara di Indonesia menempati peringkat kedua setelah kanker leher rahim atau kanker serviks. Tak main-main, terdapat 23.140 kasus baru setiap tahunnya dan rata-rata pasien datang dengan stadium yang sudah lanjut.

2. Terdapat faktor risiko yang bisa dikontrol dan tidak

Faktor risiko kanker payudara dibagi menjadi dua, yaitu yang bisa dikontrol dan tidak. Mengutip Solis Mammography, yang tidak bisa dikontrol adalah:

  • Mutasi genetik: Terutama BRCA1 dan BRCA2. Namun, sebenarnya ada 11 gen yang terkait dengan kanker payudara.
  • Riwayat kanker keluarga: Risiko lebih tinggi jika memiliki kerabat tingkat pertama (ibu, saudara perempuan, dan anak perempuan) yang pernah atau sedang menderita kanker payudara.
  • Terpapar radiasi: Terutama jika radiasi diarahkan ke dada sebelum usia 30 tahun. Ini adalah terapi umum untuk limfoma Hodgkin, salah satu jenis kanker kelenjar getah bening.
  • Riwayat menstruasi: Perempuan yang pertama menstruasi sebelum usia 12 tahun dan pertama menopause setelah usia 55 tahun lebih rentan terkena kanker payudara.
  • Jaringan payudara yang terlalu padat: Ini menyulitkan untuk melihat apakah ada tumor ketika dilakukan mamografi, yaitu pemeriksaan untuk mendeteksi kelainan di jaringan payudara.

Jangan overthinking dulu! Ada faktor risiko yang bisa dikontrol, seperti:

  • Olahraga atau aktivitas fisik: Berolahraga minimal 30 menit sehari terbukti menurunkan insiden kanker payudara dan jenis kanker lainnya.
  • Indeks massa tubuh: Usahakan memiliki indeks massa tubuh yang normal karena setiap kenaikan 11 pon (5 kilogram) setelah menopause, risiko kanker payudara naik 3 persen.
  • Konsumsi alkohol: Minum minuman beralkohol 6–10 gelas per minggu meningkatkan risiko kanker payudara serta kanker kerongkongan, hati, dan kolorektal.
  • Terapi pengganti hormon: Terapi penggantian hormon yang mencakup estrogen dan progesteron selama menopause bisa meningkatkan risiko.
  • Riwayat reproduksi: Risiko meningkat jika tidak menyusui, punya anak setelah usia 30 tahun, atau tidak punya anak sama sekali.

3. Lakukan deteksi dini dengan periksa payudara sendiri (SADARI)

Kanker Payudara dan Kanker Serviks, Ancaman Utama Perempuanilustrasi pemeriksaan payudara (mfine.co)

Menurut dr. Kristina, makin dini kanker payudara dideteksi, tingkat kesembuhan akan makin baik. Salah satu cara deteksi dini adalah dengan periksa payudara sendiri (SADARI) supaya tahu apakah ada perubahan bentuk.

"Ini bisa dilakukan pada hari kedua atau ketiga setelah selesai haid, tetapi tetap harus dikonfirmasi ke dokter untuk memastikan," ujarnya.

Pemeriksaan bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu berdiri telanjang dada menghadap cermin dan sambil berbaring atau tiduran. Lalu, raba payudara secara menyeluruh. Tekan dengan lembut, tidak usah terlalu keras.

Seperti apa perubahan payudara yang perlu dicurigai? Yaitu ketika ada gumpalan, kulit mengerut, perubahan warna kulit dan tekstur, perubahan bentuk puting atau puting melesak ke dalam, hingga keluarnya cairan (bening, putih, darah, atau nanah) dari puting.

Ia juga menjelaskan ciri-ciri kanker payudara stadium lanjut, yakni ketika massa tumor makin besar dan terdapat koreng yang tak kunjung sembuh. Pada stadium lanjut, sel kanker mungkin menyebar ke ketiak, paru-paru, hati, tulang, bahkan otak!

Perawatan kanker payudara bergantung pada ukuran tumor, jenis (invasif atau in situ), dan apakah terjadi metastasis (penyebaran sel kanker ke organ lain). Opsi perawatan yang tersedia saat ini adalah pembedahan atau operasi, radiasi, kemoterapi, terapi hormonal, dan terapi target.

Baca Juga: Cegah Kanker Serviks dengan Rutin Pap Smear dan Vaksin HPV

4. Di sisi lain, sekitar 88 perempuan Indonesia didiagnosis kanker serviks setiap harinya

Usai membahas kanker payudara, saatnya beranjak ke kanker serviks. Berdasarkan data yang dipaparkan oleh dr. Grace, sekitar 88 perempuan Indonesia didiagnosis kanker serviks setiap harinya dan merenggut dua nyawa setiap jam.

Kanker serviks paling banyak dialami perempuan usia 36–55 tahun, yang mana ini masih merupakan usia produktif. Sayangnya, lebih dari 70 persen pasien datang dengan stadium lanjut. Yang paling banyak adalah stadium 3B.

Dokter Grace memaparkan faktor risiko kanker serviks, yaitu:

  • Memiliki riwayat kanker serviks dalam keluarga (genetik).
  • Infeksi human papillomavirus (HPV).
  • Memiliki riwayat penyakit kelamin.
  • Berusia di atas 40 tahun (lebih rentan daripada yang masih muda).
  • Aktif secara seksual di usia muda.
  • Bergonta-ganti pasangan seksual.
  • Memiliki banyak anak dengan jarak kelahiran yang pendek.
  • Higiene seksual yang buruk.
  • Merokok.

Namun, ia menegaskan bahwa 90 persen kasus kanker serviks dikarenakan infeksi virus HPV. Ada dua macam virus HPV, yaitu low risk (menyebabkan penyakit kutil kelamin) dan high risk. Yang paling berbahaya adalah virus HPV tipe 16 dan 18 karena berkontribusi pada 70 persen kasus kanker serviks di seluruh dunia.

5. Vaksin HPV adalah langkah pencegahan terbaik, dapatkan segera!

Kanker Payudara dan Kanker Serviks, Ancaman Utama Perempuanilustrasi vaksinasi (unsplash.com/CDC)

Menurut dr. Grace, kanker serviks adalah satu-satunya kanker yang bisa dicegah karena perjalanan penyakitnya lama. Butuh waktu sekitar 3–17 tahun sampai berubah menjadi kanker.

"Gejala yang sering muncul adalah spotting atau keluar flek, post-coital bleeding, keputihan yang lama dan berbau tidak sedap, serta rasa tidak nyaman atau nyeri pada perut bawah," jelasnya.

Sebagai langkah preventif, lakukan pencegahan primer dengan vaksinasi supaya tubuh punya kekebalan terhadap virus HPV. Vaksin HPV bisa diberikan untuk perempuan berusia 10–45 tahun.

Untuk usia 10–13 tahun, cukup dua dosis vaksin yang diberikan di bulan ke–0 dan ke–6. Sementara itu, untuk usia 13 tahun ke atas, perlu diberikan tiga dosis. Yang jelas, vaksin bekerja lebih baik jika diberikan ke perempuan yang belum aktif secara seksual.

Pencegahan sekunder kanker serviks adalah dengan melakukan pemeriksaan Pap smear atau infeksi visual asam asetat (IVA test). Tujuannya untuk mendeteksi apakah ada lesi pra-kanker di leher rahim.

Baca Juga: Pasien Kanker Payudara Hidup Lebih Lama berkat Enhertu AstraZeneca

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya